Selasa, Januari 02, 2018

Fase ke 19 tentang larangan jama1 salat .

Fase ke 19 tentang larangan jama1 salat .

Dlm al atsariyah com ada keterangan sbb:
Penjelasan ringkas:
Di antara kemudahan yang Allah Ta’ala berikan kepada para hamba adalah Dia mensyariatkan kepada mereka untuk menjamak shalat dalam keadaan safar. Hal itu karena musafir -biasanya- mendapatkan kesulitan dan kerepotan kalau mereka harus singgah ke sebuah tempat untuk mengerjakan setiap shalat pada waktunya masing-masing. Karenanya, boleh bagi musafir untuk menjamak shalat maghrib dan isya pada waktu salah satu dari keduanya (taqdim atau ta`khir) dan demikian pula antara shalat zuhur dan ashar. Jamak ini boleh dia lakukan selama dia masih berstatus sebagai musafir, baik sedang dalam perjalanan maupun dia singgah di sebuah tempat. Semua ini berdasarkan dalil-dalil yang tersebut di atas.
http://al-atsariyyah.com/jamak-shalat-bagi-musafir.html

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Sebagian dalil yg di gunakan tlh kita bhs tuntas kelemahannya . Lalu ada dalil lg yg di gunakan yaitu sbb:
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu dia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَإِنْ يَرْتَحِلْ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَنْزِلَ لِلْعَصْرِ وَفِي الْمَغْرِبِ مِثْلُ ذَلِكَ إِنْ غَابَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَإِنْ يَرْتَحِلْ قَبْلَ أَنْ تَغِيبَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى يَنْزِلَ لِلْعِشَاءِ ثُمَّ جَمَعَ بَيْنَهُمَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada perang Tabuk, ketika matahari telah tergelincir sebelum beliau berangkat, maka beliau menjamak antara shalat zuhur dan ashar (jamak taqdim). Dan jika beliau berangkat sebelum matahari tergelincir, maka beliau mengundurkan shalat zuhur sehingga beliau singgah untuk shalat Ashar (lalu mengerjakan keduanya dengan jamak ta`khir). Demikian pula ketika shalat maghrib, apabila matahari terbenam sebelum beliau berangkat, maka beliau menjamak antara maghrib dan isya (dengan jamak taqdim), dan jika beliau berangkat sebelum matahari terbenam maka beliau mengakhirkan shalat maghrib hingga beliau singgah pada untuk shalat isya, kemudian beliau menjamak keduanya (dengan jamak ta`khir).” (HR. Abu Daud no. 1220, At-Tirmizi no. 553, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Al-Misykah no. 1344)
Komentarku ( Mahrus ali ) :
سنن أبي داود ت الأرنؤوط (2/ 406)
(1) إسناده ضعيف، هشام بن سعد لين الحديث. وقال الحافظ في "الفتح" 2/ 583 قد خالف هشاماً الحفاظ من أصحاب أبي الزبير كمالك والثوري وقرة وغيرهم (تقدمت هذه الرواية برقم 1206) فلم يذكروا في روايتهم جمع التقديم.
وأخرجه الدارقطني (1462) و (1463)، والبيهقي 3/ 162 عن يزيد بن خالد الرملي، بهذا الإسناد.
Intinya; Sanadnya lemah.
Di bolehkan menjama` salat waktu berpergian itu sangat bertentangan dg perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan parasahabat nya ketika haji wada`. Mrk dari Medinah ke Mekkah dan dari Mekkah ke Madinah tdk menjama` salat . Bila jama ` itu benar di perbolehkan mengapa mereka tdk menjama`. Dan tdk ada salah seorang mereka yg menjama`.
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ
خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ فَكَانَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ قُلْتُ أَقَمْتُمْ بِمَكَّةَ شَيْئًا قَالَ أَقَمْنَا بِهَا عَشْرًا
(BUKHARI - 1019) : Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Ishaq berkata; Aku mendengar Anas radliallahu 'anhu berkata: "Kami pernah bepergian bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari kota Madinah menuju kota Makkah, selama kepergian itu Beliau melaksanakan shalat dua raka'at dua raka'at hingga kami kembali ke Madinah. Aku tanyakan: 'Berapa lama kalian menetap di Makkah?" Dia menjawab: "Kami menetap disana selama sepuluh hari". Muttafaq alaih.
Dlm ayat 102 Nisa` ada aturan salat dlm peperangan yaitu ttp dua rakaat / ttp mengqasar salat . dan Allah jg tdk memerintahkan menjama` salat . Pd hal , waktu perang adalah waktu yg genting. Mengapa salat masih ttp di lakukan sbgmn biasa, tdk di jama`. Apalagi berpergian kita ini yg tdk gawat sbgmn mrk yg menghadapi musuh dlm peperangan.
Kita ttp ikut ayat 103 Nisa`.

إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." [QS An-Nisaa' : 103]

Cari ilmu agama dg sistim dialog yg ilmiyah ttg buka ketika adzan Maghrib membatalkan puasa dg penuh persaudaraan di dua grup WA sy .
Mau ikut , hub 08813270751.082225929198 ,081384008118,0 857-8715-4455

0812-4194-6733
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan