Senin, Februari 21, 2011

Tahlilan dan selametan



                                            Tahlil dan selametan  
Di tulis oleh H Mahrus ali :
Dalam salah satu blog Muslim or id terdapat keterangan sbb :
  • Akhukum Fillah Oct 17, 2008, 9:29 menulis :
Pembaca sekalian yang semoga selalu mendapatkan taufik Allah Ta’ala
Ada yang berkomentar seperti ini : “Sudahlah masalah yasinan dan acara keselamatan tidak perlu dibahas. Ini kan masalah khilafiyah. Ada ulama yang membolehkan dan ada yang melarang”.
Saudaraku yang semoga kita semua dapat merasakan haudh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat nanti
Suatu pertanyaan yang mesti kita munculkan kembali :
[1] Apakah betul bahwa masalah yasinan dan acara keselamatan ada khilaf di antara para ulama?
[2] Apakah para Imam Madzhab -Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan Imam Syafi’i menganjurkan acara semacam ini yaitu -selamatan kematian atau pun tahlilan-
[3] Apakah betul Imam Madzhab (seperti Imam Syafi’i -semoga Allah selalu merahmati dan memberi berbagai kenikmatan di kuburnya) memasukkan acara-acara ini dalam bid’ah hasanah?
Sudahkah kita bisa menjawab ketiga pertanyaan ini. Terutama kami menujukan pertanyaan ini kepada -saudaraku yang semoga selalu mendapat taufik Allah- yang masih melakukan (tradisi) yasinan atau acara keselamatan. Atau kami tujukan juga pertanyaan ini kepada para rujukan umat dalam masalah agama.
Sebagai sedikit bantuan dari kami.
[1] Ketahuilah bahwa pensyariatan ibadah sudah selesai di zaman sahabat. Jadi tidak boleh ada pensyariatan baru lagi sesudah itu. Jika memang acara selamatan kematian disyariatkan, manakah riwayat dari para sahabat yang menunjukkan hal ini? Atau kalau kita tidak dapatkan dari mereka, minimal Imam Madzhab lah. Manakah perkataan ulama madzhab misalnya Syafi’iyah yang menganjurkan selamatan kematian? Kalau tidak kita temui, berarti acara semacam ini dapat kita curigai bahwa ini termasuk perkara agama yang diada-adakan.Kalau memang acara semacam ini tidak dianjurkan oleh sahabat atau Imam Madzhab, apakah pantas ini dikatakan khilafiyah?
[2] Setahu kami, menurut Imam Syafi’i acara kumpul-kumpul setelah kematian di rumah si mayit malah akan menambah kesedihan sehingga perbuatan semacam ini tidak beliau sukai. Imam Syafi’i mengatakan dalam Al Umm,
“Aku tidak menyukai ma’tam yaitu berkumpul di rumah keluarga mayit setelah dimakamkan, meskipun di situ tidak ada tangisan karena hal itu malah akan menimbulkan kesedihan baru.”
Adapun mengirimkan pahala untuk mayit dengan mengirim bacaan Al Qur’an, maka menurut Imam Syafi’i pahala dari amalan ini tidak sampai kepada mayit. (lihat perkataan An Nawawi dalam Syarh Muslim). Alasan gampangnya karena tidak ada dalil yang menunjukkan amalan tersebut sampai pada mayit. Berbeda dengan do’a anak dari si mayit atau do’a muslim secara umum, maka ini ada dalil yang menunjukkan sampainya pahala amalan ini.
[3] Bagaimana mungkin Imam Syafi’i memasukkan acara yasinan atau selamatan kematian sebagai bid’ah hasanah padahal beliau melarang berkumpul-kumpul setelah kematian di tempat si mayit karena itu malah akan menambah kesedihan. Dan lebih tepat, acara semacam ini -dari pendapat beliau di atas- masuk pada bid’ah sayyi’ah (yang jelek dan tercela dan bukan bid’ah yang baik).
Renungkanlah saudaraku pertanyaan-pertanyaan ini. Semoga kita semua selalu mendapatkan taufik Allah. Semoga Allah mengumpulkan kita semua bersama para Nabi, para shidiqin, para syuhada’ dan orang-orang sholih. Amin Ya Mujibas Sa’ilin
Dari Saudaramu yang mencintaimu karena Allah
Semoga kecintaan ini bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat kecintaan kecuali atas dasar taqwa.


  • Fahrul Oct 20, 2008, 17:16 menulis :
Sesungguhnya masalah ttg bid’ah ini mudah dicerna dgn akal sehat , kalau bid’ah (perkara baru) dlm agama adalah sesat dan menyesatkan. Kalau ada bilang mobil,listrik,dan motor ialah bid’ah dalam agama ,orang tsb gila. Karena agama telah mengatur bahwa perkara duniawi dihukumi mubah sebelum ada dalil yg megharamkannya,sedangkan ibadah ilah haram sebelum ada dalil yg memerintahnya. Bukankah mobil,listrik ,motor termasuk perkara duniawi di mana belum ada dalil mengharamkannya, sedangkan mencuri, merampok atau makan babi dihukumi haram walaupun perkara dunia krn ada dalil yg mengharamkannya. Itulah pemaparan saya jadi klo masih membela bid’ah dlm agama artinya orang itu tolol dan gila[1]
Komentarku ( Mahrus ali )  :
Mobil , listrik dan motor bukan ajaran , jadi bukan bid`ah , silahkan saja memakainya , begitu juga kramik yang indah atau tikel biasa . Ia bukan sariat sehingga keberadaannya tidak termasuk sariat . lihat saja tikel dan istana Nabi Sulaiman  sebagaimana ayat :
قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيرَ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".[2]
Bila masalah sariat atau ajaran maka tidak boleh di tambah karena telah lengkap  sebagaimana  ayat :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [3]
Ahli bid`ah akan binasa sebagaimana hadis :   Abu Hurairah ra berkata :
خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىالله عليه وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىالله عليه وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ ثُمَّ قَالَ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ *
 Rasulullah  saw,   berhutbah dimuka kami ,lalu bersabda : Wahai manusia ! Sungguh Allah telah mewajibkan haji kepadamu , berhajilah  “. 
Seorang lelaki bertanya : “ Wahai   Rasulullah  ! Apakah setiap tahun  ? “.
  Rasulullah  saw,   diam . Lalu dia bertanya hingga tiga kali .
  Rasulullah  saw,  bersabda  : “Seandainya aku bilang  : “ Ya” , maka haji wajib tiap tahun  , dan kamu tidak akan mampu .
  Rasulullah   saw,   bersabda  :”  Tinggalkan apa yang saya tidak memberi komentar . Sesungguhnya bangsa  sebelummu binasa karena  banyak bertanya dan menjalankan  bid`ah . Bila  aku memerintah sesuatu padamu  ,kerjakanlah semampumu  . Bila aku melarang sesuatu padamu hindarilah  “.[4]
doni  menulis sbb :
Dahulu saya memiliki pemahaman yang sama seperti bapak, namun dengan berbagai proses pembelajaran dan pencarian kebenaran yang saya lalui, saya memiliki kesimpulan baru bahwa koridor bid’ah adalah pada masalah hukum, artinya kalau Allah dan rosulnya telah menyatakan bahwa sesuatu wajib, maka wajiblah jangan dirubah menjadi sunah begitu juga sebaliknya. Dan kalau disimpulkan bahwa koridor bid’ah adalah dalam masalah syariat dan ibadah, maka apasih yang kita lakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi kalau bukan ibadah???!!!.[5]
  • seorangawam Dec 14, 2008, 0:52
assalamu’alaikum
sebagai seorang yang awam,
saya berfikir simpel.
yang jelas,”…setiap bid’ah adalah SESAT” potongan terjemahan HR. Muslim no. 867.
ya kalau ada bid’ah dengan definisi yang sama dengan definisi bid’ah dalam hadits tersebut kok tidak sesat, itu bukan salah hadits bro…
tapi salah pemahaman kita aja…
salah otak kita, kita yang salah mikir…
kebanyakan mikir yang salah2 si…jadi salah mikir deh jadinya.
lagaknya kyk pernah blajar hadits aja, dah berani koment banyak2 ttg bid’ah dlm hadits…

so,
aplikasinya dikembalikan pada pemahaman yang bener2 benar ttg DEFINISI bid’ah dlm hadits tersebut!

so,
belajar ilmu hadits! sblm koment…

lagaknya yg nulis dah prnah bljr ilmu hadits…^_^

so,
selamat belajar Islam yang bener2 benar…

oya,ada tips ni…
berdoa aja terus (yang khusyu’ ya…)
ihdinash shirotol mustaqim…dihayati, dipahamai yg bener dan dimintakan lgsg kpd Allah tu hidayah jalan yg LURUS…Sirothol mustaqim…dalam solat.

smg sukses mencari jalan yg LURUS lgsg dpt hidayah dr Allah ‘Azza wa Jalla
aaamiin…

dr saudaramu yg ingin selalu bersegera meninggalkan maksiat menuju ampunan Robbnya yg luasya seluas langit dan bumi,
  • dona Dec 16, 2008, 14:22 menulis :
Dahulu saya memiliki pemahaman yang sama seperti DONI, namun dengan berbagai proses pembelajaran dan pencarian kebenaran yang saya lalui, saya memiliki kesimpulan baru bahwa koridor bid’ah adalah pada masalah agama (syari’at), artinya kalau Allah dan rosulnya telah menetapkan tatacara ibadah baik waktu, tempat, jumlah dan kaifiatnya, baik yang mutlak maupun yang mukayyad, maka membuat cara baru yang Allah dan rosulnya tidak menetapkan, memberikan contoh, menyetujuinya, itulah BID’AH dan SETIAP BID’AH ADALAH SESAT.
  • ibnu muhammad Dec 17, 2008, 10:07 menulis :
Bagi yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah, coba sebutkan satu contoh saja yang termasuk bid’ah sayyi’ah. Saya kira mereka tidak mampu menjawab karena batasan bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah masih samar-samar. Bid’ah ya bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. Wallohu a’lam.[6]
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Nantikan buku saya  yang judulnya  tiada bid`ah hasanah yang akan di terbitkan la tasyuk press dengan  jumlah halaman tiga ratusan lebih dan anda akan puas  dengannya  .
Ingat ! Berilah komentar dengan mengkelik slect profile , lalu pilih anonymous , lalu tulis namamu dlm kolom komentar , lalu tulis komentar apa yang anda inginkan dan pakailah bahasa yang baik jangan kotor . Hub : 03192153325 Email .Darulqurani@yahoo.co.id atau dengarkan cd pengajianku, jumlahnya  35 keping atau bacalah buku karya saya : " Mantan kyai NU menggugat tahlilan …………..terbitan laa tasyuk press atau Solusi tuntas terbitan karya pembina………



[1] Muslim or id
[2] An namel 44
[3] Al maidah 3
[4] Muttafaq  alaih  , Muslim 1337
[5] Muslim or id
[6] Muslim  or id
Artikel Terkait

16 komentar:

  1. oh iya sori aku belum menunjukkan dalil ya, ..
    kan aku bukan kiai apalagi mantan, hanya saja tolong deh kalo mau berfatwa jangan terlalu mendalil, yg blm tentu kamu yg bnr,
    kalo yg masih menjabat aja banyak kesalahan, palagi mantan (bukan lulusan)....
    "semoga bermanfa'at"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fatwa kok gak pake dalil to mas, terus dasarnya apa dong? Akala pikiran? Wah yg merasa benar ini yg berdalil atau yg pake akal ya?

      Hapus
  2. Yang berdalil itulah yang benar , dan yang tidak berdalil adalah kebenaran menurut akal ahli bid`ah , keliru menurut ahli ahlissunah
    Biasanya pejabat itu ketika masih menjadi pejabat tidak berani mengkritisi karena hawatir di ketahui atasannya , tapi bila telah lepas dari jabatan itu , maka penyimpangan di tinggalkan dan pindah kepada dunia kreatif dan kritis . Pahamilah , jangan membodoh atau ngaku pandai menurut diri sendiri bukan dalil.

    BalasHapus
  3. jadi menuru anda thlilan tdk boleh? tahlilan itu,
    tak satupun Ulama dan Imam Im
    am yang memungkirinya, siapa
    pula yang memungkiri muslimin
    berkumpul dan berdzikir?, hanya
    syaitan yang tak suka dengan
    dzikir.
    Didalam acara Tahlil itu terdapat
    ucapan Laa ilaah illallah, tasbih,
    shalawat, ayat qur’an, dirangkai
    sedemikian rupa dalam satu
    paket dengan tujuan agar semua
    orang awam bisa mengikutinya
    dengan mudah.jadi menuru anda thlilan tdk boleh? tahlilan itu,
    tak satupun Ulama dan Imam Im
    am yang memungkirinya, siapa
    pula yang memungkiri muslimin
    berkumpul dan berdzikir?, hanya
    syaitan yang tak suka dengan
    dzikir.
    Didalam acara Tahlil itu terdapat
    ucapan Laa ilaah illallah, tasbih,
    shalawat, ayat qur’an, dirangkai
    sedemikian rupa dalam satu
    paket dengan tujuan agar semua
    orang awam bisa mengikutinya
    dengan mudah.

    BalasHapus
  4. Baca buku saya " Mantan kiyai NU menggugat tahlilan , istighosah dan ziarah ke wali songo " . Boleh berdzikir , bertasbih , tapi jangan di letakkan setelah kematian atau kelahiran, sebab itu adat budha bukan adat Islam . Adat setan bukan adat Nabi SAW . Lihat juga di keputusan Muktamar NU , bukan muktamar Muhammadiyah yang menyatakan tahlilan setelah kematian adalah bid`ah yang terhina bukan sunnah yang mulia

    BalasHapus
  5. Itu bukannya adat Hindu, Pak? Maaf kalau salah.

    Untuk komentar pertama:
    Apa boleh kita bicara tanpa dalil? Apa maksud Anda dengan jangan fatwa dengan terlalu mendalil? Apa berfatwa harus sedikit dalil? Bukankah setiap fatwa harus memiliki landasan? Apa pernyataan Anda itu dapat dibenarkan? Apa alasan Anda?

    BalasHapus
  6. Saya belum menjumpai perkataan saya seperti ini :
    Apa maksud Anda dengan jangan fatwa dengan terlalu mendalil?
    Bacalah dibab ini :
    MANTAN KYAI NU: HAUL ADALAH SYIRIK BUDAYA HINDU DAN ...
    18 Sep 2011
    MANTAN KYAI NU: Kisah mantan Hindu yang masuk Islam
    20 Sep 2011

    BalasHapus
  7. Kutip: Saya belum menjumpai perkataan saya seperti ini :
    Apa maksud Anda dengan jangan fatwa dengan terlalu mendalil?
    Bacalah dibab ini :
    MANTAN KYAI NU: HAUL ADALAH SYIRIK BUDAYA HINDU DAN ...
    18 Sep 2011
    MANTAN KYAI NU: Kisah mantan Hindu yang masuk Islam
    20 Sep 2011



    Maaf, sepertinya ada salah paham. Komentar saya itu saya tujukan buat komentator pertama (billah) yang isi komentarnya:

    oh iya sori aku belum menunjukkan dalil ya, ..
    kan aku bukan kiai apalagi mantan, hanya saja tolong deh kalo mau berfatwa jangan terlalu mendalil, yg blm tentu kamu yg bnr,
    kalo yg masih menjabat aja banyak kesalahan, palagi mantan (bukan lulusan)....
    "semoga bermanfa'at"


    bukan kepada bapak Mahrus. Terima kasih, saya baca tulisan bapak.

    BalasHapus
  8. saya sudah beberapa kali lihat blog ini dan sekarang saya mulai akan berkomentar,dan insya allah semua komentar saya akan saya bahas juga di blog baru.
    pertanyaan saya yg pertama:
    pak mantan nu sangat menghujat bid'ah,tapi mengapa anda sendiri melakukan bid'ah?
    kalau anda juga ahlulbid'ah knp harus menghujat bid'ah?
    menurut saya banyak hal yg menunjukkan bahwa anda bid'ah
    1. anda pernah sekolah di arab,
    sekolah itu tidak ada dimasa rasulullah dan itu juga termasuk urusan agama.
    anda juga membaca kitab dan membuat buku
    rasulullah tidak membaca kitab dan tidak membuat buku.
    ushul menurut anda bid'ah begitu juga mengartiken atau memahami alqur'an dan alhadits dengan akal,tapi anda sendiri menggunakan akal akalan.
    dalil saya diambil dari postingan anda sendiri yaitu:
    الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
    Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.


    Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".[1]
    وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    Berhatilah terhadap perkara baru. Sesungguhnya tiap perkara baru adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat.
    mohon anda jawab disini.saya tidak akan mau di oper kelink mana lagi.
    akan saya buktikan bahwa anda dan semua orang islam disaat sekarang ini sama2 ahlul bid'ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. toek @mahrus ali; belajar/sekolaH,membuat buku,naik haji pake pesawat dll bukanlah bid'ah meskipun/ sekolah menuntut ilmu agama sm halnya kita diperintahkan jihad berperang dijalan ALLAH namun berperang dg pedang atau senapan itu bukan syariatnya yg jd syariatnya adalah berperangnya,begitu juga haji kita diperintah berhaji mk berhaji itu yg jadi syariatnya bukan naik dg apa yg jadi syariatnya.jd senjata untuk berperang adalah urusan dunia sdgkan jihadnya adalah urusan agama,bgt juga berhaji,berhajinya yg jd syariatnya shg kt tdk boleh menambah dan mengurangi tuntunan berhaji sdgkn kita naik apa dr indonesia sampai ke mekkah itu urusan dunia mk kita dipersilahkan memilih cara apa saja yg kita sukai.maaf saya hanya memberi wawasan sedikit pd anda bukan bermaksud menggurui tp inilah pemahaman saya yg baru saya dapat setelah bertahun2 menghantui pikiran saya tentang bid'ah.

      Hapus
  9. Untuk mahrus ali
    Anda tidak mengerti bid`ah dan sunah, tidak bisa bedakan antara sarana dan sariat. Belajarlah lagi

    BalasHapus
  10. P. Makrus,
    emang sulit memberikan kebenran pada orang yg sudah mengakar bida'h dalam sanubarinya.apapun akan dibelanya, dicari dalil2nya walau dalilnya sangat lemah sekali. mereka sudah mendalam ilmunya tp sayang ilmu yg mengakar itu adalah ilmu yg dukung kebid'ahan.mreka lupa pada pokok ilmunya yakni Qur'an dan Hadits.mereka lebih enjoy pakai dalil kitab dari pada dalil hadits yang sohih.Nurut aku, bolehlah Ilmunya tinggi tetapi sudahkah sesuai dengan Qur'an dan Hadits?
    maaf, aku juga Pengurus NU dan mau dicalonkan jd ketua Ranting NU.tp Alhamdullah, setelah pikiranku terbuka aku sulit sekali jd Ketua NU dan bahkan aku sulit sekali bersikap.Tp pikirku, ah biarlah aku jd orang biasanya sj di komunitas NU, NU adalah organisasi Kemasyarakatan bukanlah agama. Agamaku bukanlah NU tp agamaku adalah Islam ( LAA ILAHA ILLALLAAH, MUHAMMADARRASULULLOH )
    Sebenarnya sejak dulu,saat aku mhsiswa di Lingkungan NU,aku sering tanya2 sama dosen. yg saya tanyakan persolan2 yg mnjdi penolakan Muhammadiyah pada NU..ya sy terima saja jwbn dosen trsbt walau nurut aku gak puas sama sekali, gak kuat buat hujjah hadapi teman2 MD.
    Apalagi setelah baca situs2 anda, ya sduahlah ketemu semua jawaban yg selama ini jadi pertanyaann dan penolakan di hati sy sejak dulu.
    Kadang aku duduk2 sama teman2 ( tentunya NU ), aku lontarkan wacana, misal: isinya syair2 diba' yg nurut anda mngndung kata2 syirik. pa jwban mreka ? yang NU ilmunya biasa2 sj berkomentar," ya, kok begini ya artinya? kalau seperti ini yg jls syirik. tp bg yg ilmu agamanya sok mendalam, wah ente kurang jero ilmune,ngajio tala...!
    Nah saat seperti inilah aku bingung," aku iki bener opo salah yo? diarani salah la wong artine ngono.

    BalasHapus
  11. Untuk Nika Ningsih
    Teruskan pencarian anda, jiwa kritis anda ini bisa mengarah kepada keselamatan diri anda dan teman anda. jangan biarkan diri anda dalam kekeliruan sedang anda punya pikiran yang bagus.

    BalasHapus
  12. Al Ilmu Qobla Qouli wal Amal, ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan...
    Jadi kesimpulannya, sebelum ada amalan macem2 tahlilan yasinan sak konco2'e, harus ada dasar hukumnya dulu, jangan main comot itu kebaikan ini kebaikan, baik menurut orang tidak berilmu belum tentu baik menurut Alloh dan Rosulnya...
    Agama islam ini kita diperintahkan untuk ittiba' bukan ibtida', bukankah sudah jelas, Qul in kuntum tukhibbunalloh fattabi'uni, jika kamu sekalian mencintai Alloh maka ikutilah aku (Rosululloh)
    Katanya "cinta" Rosululloh, sampe2 pake mulutan segala, tapi mana buktinya, malah akhirnya menyeleweng dari kecintaan kepada Rosululloh
    Kalo ada dalilnya tahlilan, sini tunjukkan, tunjukkan kalo Rosululloh itu pernah mencontohkan, ojo angger njeplak ae

    BalasHapus
  13. Menurut saya Muallaf Mantan Kristen.
    Memperingati Kematian di sebagian Kristen juga ada Mereka berdalih katanya berdasarkan dengan Yesus naik ke surga pada hari yang keempat puluh setelah kebangkitan yesus.

    Dan juga mereka meyakini arwah dari orang yang telah meninggal itu masih ada dirumahnya dan akan ‘pergi’ setelah 40 hari.

    Mereka bertujuan peringatan 40 hari adalah untuk kebaktian dan mengingatkan bahwa hidup ini katanya hanya sementara saja, sebagai bentuk ucapan syukur pada Tuhan dan untuk menghibur / menguatkan keluarga yang ditinggalkan, dan selain melakukan PESTA MAKAN-MAKAN, mereka meminta pelayanan bidston kepada pendeta setempat.

    Emang Kebanyakan hanya yang memperingatinya 40 hari. Namun orang kristen yang tinggal Kejawen, biasanya tidak hanya 40 hari saja, namun mulai hari pertama meninggal sampai seminggu, 40 hari setelah meninggal, 100 hari setelah meninggal, dan setahun setelah meninggal

    BalasHapus
  14. Kalau melihat Firman Alloh SWT. "WA MAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLA LIYA'BUDUN" (Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu). Maka esensinya adalah; segala bentuk perbuatan, perkataan maupun niatan manusia mulai bangun tidur sampai tidur lagi, semestinya bisa bernilai ibadah. Sehingga tidak perlu ada DIKOTOMI kalau urusan duniawi boleh melakukan meskipun tdk terdapat dalam Al-Qur'an/Al-Hadits. Ataupun urusan ibadah ukhrowi harus sesuai dengan Al-Qur'an/Al-Hadits. Jadi menurut saya, baik itu kelihatan urusan duniawi seperti listrik, sepeda motor, mobil, termasuk internet yg antum pake' "dakwah" dll. adalah ibadah kalau memang itu niatnya ibadah dan tentunya akan dipertanyakan oleh Alloh SWT di akhirat nanti. "INNAS SAM'A WAL BASHORO WAL FUADAK KULLUN ULAAIKA KAANA 'ANHU MAS'ULAA". Wallahu a'lam bishowab

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan