Faisal menulis
lagi:
Contoh lainnya
adalah tahlilan. Apakah tahlilan bid'ah? bisa ya bisa tidak. Selama kita
bertahlilan sesuai syar'i maka tidak ada masalah, selain itu waktunya juga
seharusnya dilakukan pada hari 1,2, dan 3.Mengapa demikian? saya memandang
dalam hal ini tahlilan sebagai bagian dari "acara taziyah"
sebagaimana dicontohkan Rasul. Taziah adalah untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan.
Pada zaman Nabi dan budaya Arab, orang berkumpul dirumah orang meninggal malah
menambah kesedihan maka waktu itu dilarang (al-'Um). Namun dibudaya kita orang
berkumpul untuk mengurangi kesedihan. Yang menjadi bid'ah adalah ketika adanya
kepercayaan pada hari-hari tertentu untuk mengadakan tahlilan seperti hari
ke-7, 14, 40, 100, 1000 dan seterusnya karena hal tersebut berakar dari
masyarakat Hindu-Budha ( Barangsiapa mengikuti suatu kaum, maka ia menadi
bagian dari kaum tersebut).[1]
Komentarku (
Mahrus ali ):
Mungkin anda
belum baca buku saya Mantam kiyai NU menggugat tahlilan …………..
Di sana saya terangkan dengan jelas letak kekeliruan,.
Dan kesirikan dalam tahlil. Di sini saya kasih contoh sedikit saja. Biasanya
selesai tahlilan di bacakan syair sirik sbb:
هُوَ
الحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفاَعَتُهُ
لِكُلِّ هَوْلٍ مِنَ الأَهْوَالِ مُقْتَحِمٍ
Dia ( Muhammad ) kekasih yang
syafaatnya selalu di harap pada
setiap bahaya yang menimpa
Ket: Kesyirikan disini pernyatan bahwa Muhammad satu figur yang syafaatnya di harapkan untuk melenyapkan
segala bahaya dan penderitaan didunia
maupun akhirat bukan Allah. Ia bertentangan dengan ayat:
مَا
يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلاَ مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ
فَلاَ مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Apa saja yang Allah anugerahkan
kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya;
dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk
melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah kepada manusia berupa rahmat, maka tidak
ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka
tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Begitu
juga kasidah sbb:
يَارَبِّ
باِلْمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَناَ
وَاغْفِرْلَناَ مَامَضَى ياَوَاسِعَ الكَرَمِ
Wahai Tuhanku dengan Rasul
yang terpilih, jadikanlah tujuan – tujuan kami tercapai dan ampunilah
dosa – dosa kami yang telah lampau wahai
Tuhan yang luas kemurahanNya ( Minta
pengampunan dan tercapai tujuan dengan kehurmatan Nabi saw, syair tsb juga
sirik sekali ).
Dan masih banyak
kekeliruannya, rujuklah buku tsb agar anda bisa tahu hakikat tahlilan menurut
tardisi dan sariat. Tradisi menganggap
baik tapi sariat menilainya jelek.
Untuk ta`ziyah
tiga hari tidak ada hadisnya, ia sekedar tradisi. dan tidak harus pergi kerumah mayat tapi
cukup ketika bertemu dengan orang yang kematian dengan kalimat yang
menyenangkan, menghibur supaya beban musibah itu ringan.
Ada hadis sbb:
Imam Bukhori dan
Muslim meriwayatkan sbb:
أَرْسَلَتِ ابْنَةُ النَّبِيّ صلى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَيْهِ إِنَّ ابْنًا لِي قُبِضَ فَأْتِنَا فَأَرْسَلَ يُقْرِئُ
السَّلَامَ وَيَقُولُ إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ
بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
Putri Rasulullah SAW
mengutus orang kepada Nabi SAW
untuk memberi tahu bahwa putraku
telah meninggal dunia, datanglah kepada kami. Rasul mengutus dengan kirim salam,
lalu bersabda: “ Sesungguhnya Allah
punya hak untuk mengambil sesuatu
dan Dia berhak untuk memberi. Dan
setiap sesuatu memiliki ajal yang di tentukan, bersabarlah dan carilah keridaan
Allah “. [2]
Sabda Rasulullah
itu
merupakan kalimat yang layak sekali untuk takziyah
Ada
hadis lagi:
حَدَّثَنَا
يُوسُفُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ قَالَ حَدَّثَنَا وَاللَّهِ
مُحَمَّدُ بْنُ سُوقَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَزَّى مُصَابًا
فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ
Dari
Abdullah dari Nabi bersabda:
Barang siapa yang berta`ziyah kepada
orang yang tertimpa musibah, maka dia
mendapat pahala sama dengannya. [3]
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا
نَعْرِفُهُ مَرْفُوعًا إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَلِيِّ بْنِ عَاصِمٍ وَرَوَى
بَعْضُهُمْ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ مَوْقُوفًا
وَلَمْ يَرْفَعْهُ وَيُقَالُ أَكْثَرُ مَا ابْتُلِيَ بِهِ عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ
بِهَذَا الْحَدِيثِ نَقَمُوا عَلَيْهِ
Abu Isa berkata:
Ini hadis yang nyeleneh, kami tidak mengetahuinya marfu` kecuali dari hadis Ali
bin Ashim.Sebagian mereka
meriwayatkannya dari Muhammad bin
Suqah dengan sanad ini tapi maukuf
bukan marfu`.
Di katakan:
paling bahaya dalam hadis ini adalah
perawi bernama Ali bin Ashim. Mereka mencela kepadanya.
Komentarku (
Mahrus ali ):
Syaikh Muhammad
Hassan berkata ;
Imam Nawawi
dalam kitab majmu` menyatakan lemah, begitu Ibnu Hajar dalam kitab Talhis dan al
albani dalam kitab Irwa`ul gholil. [4]
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
Blog ke tiga
Peringatan: Bila mesin
pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah: mantan kiyai nu lalu teks yang kamu cari
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803. 081935056529
088803080803. 081935056529
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan