Sabtu, Februari 02, 2013

Atasi Krisis, Amien Rais Ajak Tingkatkan Tahlilan Bersama



Penasehat PP Muhammadiyah Prof HM. Amien Rais mengatakan bahwa saat ini umat manusia menghadapi lima krisis yaitu krisis kependudukan, krisis pangan, krisis energi, krisis ekologi/lingkungan. Untuk mengatasi hal itu Amien mengajak kaum Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk meningkatkan tahlilan bersama-sama..
”Kalau tidak mau tahlilan keluar dari Muhammadiyah dan Aisyiah,”tegas Amien saat menyampaikan pengajian dalam Tabligh Akbar Muktamar Aisyiyah ke-46 dengan tema Nir Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Salah Satu Kunci Peradaban Bangsa yang diselenggarakan di Graha Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta, Sabtu (3/7). Tabligh Akbar ini dibuka oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar.
Menurut Amien, ada dua macam tahlil yaitu dengan lisan atau mengucapkan lailahaillallah dan dengan anggota badan dengan mewujudkan menjadi amal sholeh yang konkret. Hal inilah yang membedakan organisasi Muhamammadiyah dan Aisyiyah dengan organisasi lain bahwa islam itu dua sisi dari satu mata uang yang sama yaitu iman dan amal sholeh.
”Maksud saya Muhammadiyah dan Aisyiyah harus meningkatkan bil lisan dan bil arkhan untuk mengatasi lima krisis yang dihadapi umat Islam. Meskipun tidak mungkin kita sendirian memikul lima krisis. Namun setidaknya kita memberi kontribusi sumbangan untuk menjawab tantangan lima krisis tersebut,”ungkap dia.
Lebih lanjut dia mengatakan saat ini yang dihadapi Muhammadiyah dan Aisyiyah tantangannya makin kompleks dan komplikasi, jauh berbeda dengan yang dihadapi kakek nenek satu abad yang lalu. Tetapi perintah Al-Qur’an bahwa menjadi khoiro umatin tidak pernah hilang dengan tantangan semakin menggunung. ”Namun kalau kita bisa menghadapi perubahan global jangan puas apalagi kalau mampu membuat antisipasi terhadap perubahan karena itu tidak sulit,”kata Amien.
Dikatakan Amien yang lebih menantang lagi adalah apabila kita tahu memanejemen perubahan. Apabila Muhammadiyah mempunyai impian menjadi lokomotif membangun peradaban utama maka harus ikut memegang kunci peradaban ini. ”Jadi, jangan sampai diantara Aisyiyah dan Muhammadiyah ada yang berpikir sudahlah di dunia jadi umat kalah dan terpinggirkan tak apa, tetapi masuk surga. Padahal kalau kita mendapat musibah dunia, jangan-jangan mendapat musibah akherat,”tutur dia.
Karena itulah Amien menegaskan Muhammadiyah dan Aisyiyah harus memegang kunci peradaban di dunia. Paling tidak kita bisa memegang kehidupan nasional di bidang keuangan, perbankan, perkebunan, kehutanan, pelayaran, pendidikan, pertanian, dan sebagainya. Dia memberi contoh bahwa pendiri Muhammadiyah Ki Dahlan dan Nyi Dahlan itu bukan manusia pemimpi, melainkan manusia yang beraksi berkarya nyata untuk mengubah kehidupan manusia ke kehidupan yang lebih bagus. .
Hal ketiga yang dianggap penting oleh Amien selain memenej perubahan dan memegang kunci peradaban adalah pentingnya kaderisasi buat masa depan dan gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Menurut dia, kaderisasi Muhammadiyah belum ideal tapi sudah lumayan, sedangkan kaderisasi Aisyiyah masih di bawah lumayan.
Untuk itu dia berharap agar kaderisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah bisa lebih cepat dan merambah untuk penyegaran persyarikatan maka yang diperlukan pemimpin yang berusia 60-an dan 40-an dan syukur 30-an. ”’Jadi pemimpin dengan usia tua dan muda sangat diperlukan untuk menjadi satu agar pertumbuhan kaderisasi lebih cepat lagi,”kata Amien yang mengharapkan Chamamah masih tetap menjadi Ketua Umum PP Aisyiyah. (Sumber: http://www.republika.co.id)

Komentarku ( Mahrus ali):
Dalam http://www.tabloidbintang.com/berita/gosip/10045-peringatan-40-hari-wafatnya-adjie-massaid-angelina-sondakh-menangis-lagi.html

Ternyata bukan tahlilan tapi doa bersama. Lihat redaksi beritanya:
Air mata Angie--demikian Putri Indonesia 2001 itu biasa disapa--mengucur deras tatkala menyambut satu persatu tamu yang hadir. Acara doa bersama sendiri dimulai setelah Shalat Isya.
Pantauan tabloidbintang.com, di rumah almarhum tampak hadir antara lain ibunda Adjie, Rose Suyono yang baru tiba dari Amsterdam, Belanda. Juga beberapa sahabat dan kerabat Adjie dari kalangan politisi dan artis Indonesia seperti  Jenny Rachman dan politisi senior Amien Rais.
Komentarku ( Mahrus ali):
Acara doa bersama atau tahlilan pada 40 hari tetap merupakan barang baru yang tidak tuntunannya, bukan barang lama yang ada tuntunannya, di ada – adakan bukan apa adanya  dari hadis atau al Quran. Ini yang termasuk bid`ah yang menyesatkan bukan sunnah yang mengarahkan ke jalan yang lurus.
 Bapak Amien Raia bukan  nabi yang jadi panutan tapi manusia yang kadang layak ditiru, kadang menjadi teladan buruk. Pendapatnya  kadang benar kadang menyimpang sebagaimana manusia yang lain.  Ingatlah perkataan Imam Syafii.
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي.
Bila ada hadis sahih, maka  lemparkan perkataanku ke tembok.  Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan, maka  itulah perkataan ku [1]
لَا تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا.
Dalam masalah agama,jangan ikut orang, sebab  mereka mungkin juga salah.  [2]
 Sumber: Sarkub.


Pergilah ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3 atau di panahnya.
Artikel Terkait

1 komentar:

  1. Dari paragraf 2:
    "Menurut Amien, ada dua macam tahlil yaitu dengan lisan atau mengucapkan lailahaillallah dan dengan anggota badan dengan mewujudkan menjadi amal sholeh yang konkret."

    Yang dimaksud tahlilan oleh Pak MAR itu adalah yang ada di paragraf 2, bukan tahlilan kematian. Sebagaimana tercantum dalam buku beliau Tauhid Sosial. Meng-Esa-kan ALLOH dengan ucapan dan perbuatan. Sering-sering tahlilan, maksudnya sering-sering mengingat dan beramal shalih. Hal ini pula yang diajarkan oleh Guru Agama saya di sekolah, bahwa kita harus sering ber-tahlil.

    Adapun mengubah persepsinya menjadi tahlilan kematian, itu perkara yang lain.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan