Sabtu, Mei 25, 2013

Wawancara wahabi dan Aswaja





Wahhabi: akhi, ayo kembali ke al-Qur'an dan Assunnah!
Aswaja: Kembali?! Mimpi kali yeeee. Lha wong kami nggak pernah MENINGGALKAN keduanya kok disuruh KEMBALI!


Wahhabi: ikutilah Manhaj Salaf, akhi!
Aswaja: eit, sebentar. Lebih Salaf mana Muhammad Bin Idris Assyafii yang mazhabnya kami ikuti, daripada Muhammad bin Abdul Wahhab yang kalian ikuti?

Wahhabi: antum ini aneh, kenapa kok dikit-dikit merujuk ke kitab kuning? Bukankah kita diperintahkan oleh Rasulullah berpegang teguh pada al-Qur'an dan Assunnah!!
Aswaja: kitab kuning itu karya ulama yang benar-benar berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Assunnah, kami percaya kepada kredibilitas dan kapasitas keilmuan beliau-beliau, maka, ekhmm, kami tak ragu ikut. Lebih baik mana, ikut mereka, atau ikut panjenengan yang, konon, "kembali" ke al-Qur'an dan Assunnah tapi mengolah keduanya memakai otak panjenengan yang, ekhm, saya ragukan KINERJA-nya?

Wahhabi: begini, akhi, berdasarkan Manhaj Salaf yang kami ikuti....
Aswaja: mmma'af, ma'af, bisa diulangi?
Wahhabi: baiklah, akhi, berdasarkan Manhaj Salaf yang kami ikuti....
Aswaja: Manhaj Salaf yang mana sih mas? Sebenarnya yang ikut manhaj salaf itu siapa ya? Kami atau kalian? Maaf lho ya, Salafus Sholeh itu banyak lho, kalian ikut siapa hayo?

Wahhabi: kamilah pelestari dan pelanjut ajaran para Salafus Sholeh!
Aswaja: hwadeeeh. Pelestari? Memangnya barang antik yang mau punah? Coba deh, nanti kita cek, kitab-kitab yang dibahas di pesantren kami, dengan kitab-kitab yang kalian pakai daurah, itu lebih orisinil mana dalam hal ke-salaf-an dan metodologis?

Wahhabi: kami ikuti semua Salafus Sholeh!
Aswaja: Beneran? Salafus Sholeh itu buuuanyak lho. Pilih siapa? Kurun ke berapa? Imam siapa? Muridnya imam siapa? Jangankan antar ulama, satu persoalan fiqih saja Imam Syafi'i punya jawaban yang berbeda, kok. Murid-murid beliau bahkan juga punya dua corak aliran lho. Hayooo, nggak mumet ta? Yang pasti gitu lho. Gembar gembor Pembela Sunnah, kok malah nggak jelas begini sih.

Wahhabi: Akhi memang pandai membantah ya. Apa memang karakter Ahli Bid'ah itu begini? (mulai sinis)
Aswaja: iya deh, kami ahli bid'ah. Lha wong nanggepi pendapat aja kok dibilang membantah. Ini kan bukti kalau panjenengan itu menganggap kami ini kerbau yang gampang dicocok hidungnya. Nggak sependapat dianggap membantah. Aneh betul sih. Terus kalau kami ahli bid'ah, panjenengan mau ngapain? Memusyrikkan kami? Mengkafirkan kami? Silahkan, atau mau bunuh kami? Monggo kalau mau...

Wahhabi: baiklah, daripada debat begini, silahkan datang di daurah kami. Ustadz-ustadz kami insyaAllah akan membimbing akhi sesuai dengan aqidah yang haq!
Aswaja: ngapunten, panjenengan niku ngomongne nopo to nggih? Diskusi begini saja kok dibilang debat sih. Di kitab kuning itu ada istilah qawlani, aqwal, wajhani, dan wujuh, jadi kami terbiasa berdialektika, berbeda pendapat. Nggak alergi. Lha kok malah pamerin ustadz segala. Promo ajaran ya?

Wahhabi: tadi antum nyebut kitab kuning lagi? Hmmmm..Kitab kuning itu bikinan ulama yang bisa salah, bisa luput, dan tidak ma'shum?!
Aswaja: lhadalah, mbok ya mikir to, jika ulama bisa salah apalagi antum, eh sorry, apalagi PANJENENGAN?


Komentarku ( Mahrus ali): 

 Wawancara  itu bikinan belaka, bersumber dari sini:
atau dari sini:

Inancell
Wahhabi: akhi, ayo kembali ke al-Qur'an dan Assunnah!
Aswaja: Kembali?! Mimpi kali yeeee. Lha wong kami nggak pernah MENINGGALKAN keduanya kok disuruh KEMBALI!

Komentarku ( Mahrus ali): 
Dusta kamu Aswaja, kamu  melepaskan keduanya, buktinya kamu menjalankan banyak kesyirikan dan kebid`ahan , bukan tauhid dan sunnah, ,misalnya kamu manakiban. Tidak percaya klik disini:

Dikatakan dalam artikel itu:

Wahhabi: ikutilah Manhaj Salaf, akhi!
Aswaja: eit, sebentar. Lebih Salaf mana Muhammad Bin Idris Assyafii yang mazhabnya kami ikuti, daripada Muhammad bin Abdul Wahhab yang kalian ikuti?
Komentarku ( Mahrus ali): 
Aswaja sekarang itu tidak mengikuti madzhab nya Imam Syafii, buktinya mesih kirim fatihah. Pada hal Imam Syafii anti pengiriman fatihah. Aswaja bertahlilan, Imam Syafii tidak bertahlilan. Asawaj khol – kholan, Imam Syafii tidak memerintakan hal itu.
Wahabi tidak ikut kepada Muhammad bin Abd Wahab, tapi ikut manhaj salaf yang berdalil.
Di katakan dalam artikel tsb sbb:

Wahhabi: antum ini aneh, kenapa kok dikit-dikit merujuk ke kitab kuning? Bukankah kita diperintahkan oleh Rasulullah berpegang teguh pada al-Qur'an dan Assunnah!!
Aswaja: kitab kuning itu karya ulama yang benar-benar berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Assunnah, kami percaya kepada kredibilitas dan kapasitas keilmuan beliau-beliau, maka, ekhmm, kami tak ragu ikut. Lebih baik mana, ikut mereka, atau ikut panjenengan yang, konon, "kembali" ke al-Qur'an dan Assunnah tapi mengolah keduanya memakai otak panjenengan yang, ekhm, saya ragukan KINERJA-nya?

Komentarku ( Mahrus ali): 
Di kitab kuning itu juga banyak kisah – kisah israiliyat yang meysatkan bukan hadis yang mengarahkan kepada jalan lurus, banyak kesyirikan bukan tauhid . lihat saja kitab Syamsul ma`arif, lalu bandingkan dengan kitab pegangan salafy seperti kutubut tis`ah dan lain. Apalagi kitab tauhidnya yang menyatakan Allah punya sifat wajib dua puluh yang menyesatkan. Klik lagi disini:

Di katakan dalam artikel tsb sbb:


Wahhabi: begini, akhi, berdasarkan Manhaj Salaf yang kami ikuti....
Aswaja: mmma'af, ma'af, bisa diulangi?
Wahhabi: baiklah, akhi, berdasarkan Manhaj Salaf yang kami ikuti....
Aswaja: Manhaj Salaf yang mana sih mas? Sebenarnya yang ikut manhaj salaf itu siapa ya? Kami atau kalian? Maaf lho ya, Salafus Sholeh itu banyak lho, kalian ikut siapa hayo?

Komentarku ( Mahrus ali): 
Asawaja ikut madzhab salaf dusta belaka. Para sahabat tidak bertahlilan, tingkepan, diba`an, mafrhabanan, apalagi manakiban

Di katakan dalam artikel tsb sbb:

Wahhabi: kamilah pelestari dan pelanjut ajaran para Salafus Sholeh!
Aswaja: hwadeeeh. Pelestari? Memangnya barang antik yang mau punah? Coba deh, nanti kita cek, kitab-kitab yang dibahas di pesantren kami, dengan kitab-kitab yang kalian pakai daurah, itu lebih orisinil mana dalam hal ke-salaf-an dan metodologis?

Komentarku ( Mahrus ali):  Kitab – kitab dipesantren seperti kitab uqudulujjain adalah kitab yang banyak mengandung kisah dan hadis yang lemah sekali, kadang hadis palsu. Apalagi kitab Usfuri,. Kitab tauhidnya akidatul awam juga fatal, keliru dan tidak memiliki dalil.
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
Wahhabi: kami ikuti semua Salafus Sholeh!
Aswaja: Beneran? Salafus Sholeh itu buuuanyak lho. Pilih siapa? Kurun ke berapa? Imam siapa? Muridnya imam siapa? Jangankan antar ulama, satu persoalan fiqih saja Imam Syafi'i punya jawaban yang berbeda, kok. Murid-murid beliau bahkan juga punya dua corak aliran lho. Hayooo, nggak mumet ta? Yang pasti gitu lho. Gembar gembor Pembela Sunnah, kok malah nggak jelas begini sih.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Setahu saya, ulama Saudi ikut salafus sholeh yang berdalil, kalau aswaja itu taklid buta, ada dalil atau tidak, bukan masalah penting.
Di katakan dalam artikel tsb sbb:

Wahhabi: Akhi memang pandai membantah ya. Apa memang karakter Ahli Bid'ah itu begini? (mulai sinis)
Aswaja: iya deh, kami ahli bid'ah. Lha wong nanggepi pendapat aja kok dibilang membantah. Ini kan bukti kalau panjenengan itu menganggap kami ini kerbau yang gampang dicocok hidungnya. Nggak sependapat dianggap membantah. Aneh betul sih. Terus kalau kami ahli bid'ah, panjenengan mau ngapain? Memusyrikkan kami? Mengkafirkan kami? Silahkan, atau mau bunuh kami? Monggo kalau mau...

Komentarku ( Mahrus ali): 
Wahabi itu membantah dengan dalil, dan ahli bid`ah itu membantah dengan emosi  bukan rasional, kadang dengan dalil yang rapuh bukan dalil yang valid

Di katakan dalam artikel tsb sbb:

Wahhabi: baiklah, daripada debat begini, silahkan datang di daurah kami. Ustadz-ustadz kami insyaAllah akan membimbing akhi sesuai dengan aqidah yang haq!
Aswaja: ngapunten, panjenengan niku ngomongne nopo to nggih? Diskusi begini saja kok dibilang debat sih. Di kitab kuning itu ada istilah qawlani, aqwal, wajhani, dan wujuh, jadi kami terbiasa berdialektika, berbeda pendapat. Nggak alergi. Lha kok malah pamerin ustadz segala. Promo ajaran ya?

Komentarku ( Mahrus ali): 
Ya, ikutilah ngaji sama salafy  agar tahu masih banyak kebodohan yang belum diketahui

Wahhabi: tadi antum nyebut kitab kuning lagi? Hmmmm..Kitab kuning itu bikinan ulama yang bisa salah, bisa luput, dan tidak ma'shum?!
Aswaja: lhadalah, mbok ya mikir to, jika ulama bisa salah apalagi antum, eh sorry, apalagi PANJENENGAN?

Komentarku ( Mahrus ali): 
Kita ikut dalil bukan ulama atau juhala` yang mungkin benar atau salah. Ikutilah perkataan imam – imam sbb:
Imam Ahmad berkata:.
لاَ تُقَلِّدْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَلاَ الشَّافِعِيَّ ;
Jangan ikut kepadaku,atau Imam Malik, Tsauri atau Syafii

Ali ra  berkata:
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku  tidak akan meninggalkan sunah Nabi  S.A.W.    karena  perkataan orang “. [1]
Imam Malik berkata:
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
        Aku hanyalah manusia, terkadang pendapatku benar, di lain waktu kadang salah. Karena itu, cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah.


Imam Syafii yang menyatakan:
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي.
Bila ada hadis sahih, maka  lemparkan perkataanku ke tembok. Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan, maka  itulah perkataan ku
 لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا.
Dalam masalah agama,jangan ikut orang, sebab  mereka mungkin juga salah.


Mau nanya hubungi kami: 088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
                           Waru Sidoarjo. Jatim.


Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Mantap sekali apa yg disampaikan oleh kh.mahrus ali, hati2 nanti banyak yg marah!

    BalasHapus
  2. Mantap sekali apa yg disampaikan oleh kh.mahrus ali, hati2 nanti banyak yg marah!

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan