TAHLILAN LAGI.
IMAM NAWAWI dalam kitabnya SYARAH MUSLIM juz 1 halaman 90 "Adapun bacaan Al-Qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada mayit), maka yang masyhur dalam madzhab SYAFI'I, TIDAK SAMPAI KEPADA MAYIT yang dikirimi............. Sedangkan dalilnya IMAM SYAFI'I dan PENGIKUT-PENGIKUTNYA, yaitu firman Allah (yang artinya) : "Dan seseorang tidak akan memperoleh, melainkan pahala usahanya sendiri" dan sabda Nabi saw (yang artinya) : "Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amal usahanya, kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang shaleh (laki/ perempuan) yang berdo'a untuknya (mayit) IMAM NAWAWI dalam kitab TAKMILATUL MAJMU' SYARAH MUHADZAB juz 10 halaman 426 mengatakan : "Adapun bacaan Al-Qur'an dan mengirimkan pahalanya untuk mayit dan menganti shalatnya mayit dsb. menurut IMAM SYAFI'I dan JUMHUR ULAMA adalah TIDAK DAPAT SAMPAI KEPADA MAYIT yang dikirimi dan keterangan seperti ini telah DIULANG-ULANG oleh IMAM NAWAWI dalam kitabnya SYARAH MUSLIM" IMAM AL HAITAMI dalam kitabnya AL FATAWA AL QUBRA AL FIGHIYAH, juz 2 Halaman 9, mengatakan demikian : "Mayit, TIDAK BOLEH DIBACAKAN APAPUN, berdasarkan keterangan yang MUTLAK dari ULAMA MUTAQADDIMIN (terdahulu), bahwa bacaan (yang pahalanya dikirimkan kepada mayit) adalah TIDAK DAPAT SAMPAI KEPADANYA (mayit). sebab pahala bacaan adalah untuk pembacanya saja. sedangkan pahala hasil amalan tidak dapat dipindahkan dari amil (yang mengamalkan) perbuatan itu. berdasarkan firman Allah SWT, yang artinya : dan manusia tidak memperoleh, kecuali pahala dari hasil usahanya sendiri" IMAM MUZANI (Imam Pembela Mazdhab Syafi'i) dalam HAMISY AL UM juz 7 Halaman 269, mengatakan : "Rasulullah saw memberitahukan sebagaimana yang diberitakan Allah. bahwa dosa seseorang akan menimpa dirinya sendiri seperti halnya amalnya untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain dan TIDAK DAPAT DIKIRIMKAN KEPADA ORANG LAIN" IMAM AL KHAZIN dalam kitab tafsir AL JAMAL juz 4 halaman 236, mengatakan : "Maka seseorang tidak akan memperoleh pahala sedikitpun dari hasil usaha orang lain" TAFSIR JALALAIN juz 2 halaman 197 : " Maka seseorang tidak memperoleh pahala sedikitpun dari hasil usaha orang lain" IBNU KATSIR dalam Tafsirnya TAFSIRUL QUR'ANIL AZHIM mengatakan (dalam menafsirkan QS An Najm:39) : " Yakni, sebagaimana dosa seseorang tidak dapat menimpa kepada orang lain, demikian juga manuisa tidak dapat memperoleh pahala melainkan dari hasil amalnya sendiri dan dari ayat yang mulia ini ( ayat 39 An Najm), IMAM SYAFI'I ra dan ULAMA-ULAMA yang Mengikutinya mengambil kesimpulan bahwa BACAAN YANG PAHALANYA DIKIRIMKAN KEPADA MAYIT ADALAH TIDAK SAMPAI KARENA BUKAN DARI USAHANYA SENDIRI (bukan usahanya mayit -red). OLEH KARENA ITU, RASULULLAH SAW TIDAK PERNAH MENGANJURKAN UMATNYA UNTUK MENGAMALKAN (pengiriman/ Transfer pahala bacaan) DAN TIDAK PERNAH MEMBERIKAN BIMBINGAN BAIK DENGAN NASH ATAU ISYARAT DAN TIDAK ADA SEORANG SAHABAT PUN YANG PERNAH MENGAMALKAN PERBUATAN TERSEBUT. KALAU AMALAN SEMACAM ITU (transfer pahala) itu baik, maka TENTU MEREKA LEBIH DAHULU MENGERJAKANNYA. PADAHAL AMALAN QURBAN (mendekatkan diri kepada Allah) HANYA TERBATAS YANG ADA NASH-NASNYA (QUR'AN DAN SUNNAH RASULULLAH SAW) DAN TIDAK BOLEH DIPALINGKAN DENGAN QIYAS-QIYAS DAN PENDAPAT-PENDAPAT. 1. orang2 yang mengatakan bahwa SIAPA SAJA YANG TIDAK SUKA TAHLILAN = WAHABI maka Wahabi = Imam Syafi'i, Imam Nawawi, Imam Al Haitami, Imam Muzani, Imam Al Khazin dan Imam Ibnu Katsir. 2. Orang yang mengatakan TAQLID PADA ULAMA adalah SUATU KEHARUSAN, silahkan TAQLID pada ulama2 diatas dan segera BERHENTI MENTRANSFER PAHALA BACAAN TAHLILAN 3. Seperti yang disampaikan para Imam diatas, KALAU TRASFER PAHALA ITU BAIK, mengapa ( S E K A L I L A G I ) mengapaaaa Rasulullah saw, para sahabat, tabi'in (3 generasi terbaik yang dipuji Rasulullah) tidak mengerjakannya ???? 4. maaf ini hanya berbagi............... kalau ada kesalahan itu karena kesalahan sy pribadi. KALAU APA YANG SAYA SAMPAIKAN INI BENAR, KEBENARAN ITU DATANGNYA DARI ALLAH SWT. 5. kalu benar ya diterima saja............. 6. wassalam. semoga bermanfaat.
Komentarku ( Mahrus ali):
Transfer pahala bukan transfer dosa
adalah kesesatan dulu yang di lakukan juga oleh orang sekarang. Transfer pahala
dari orang hidup dimuka bumi untuk mayat diperut bumi tidak diperkenankan,
bukan diperintahkan. Lihat ayatnya;
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى(39)
dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Najm.
Untuk mencari kejelasan masalah transfer pahala ini boleh diklik
disini:
Untuk transefer dosa ada ayatnya
sbb:
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا
سَاءَ مَا يَزِرُونَ(25)
(ucapan mereka) menyebabkan mereka
memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian
dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa
mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. Nahel.
Tokoh – tokoh ahli bid`ah yang sesat, Syi`ah, Kristen dan Yahudi dll, kelak akan memikul dosa yang dilakukan oleh pengikutnya. Bila
sudah mati, maka akan dikirimi dosa . Hal
itu karena kebid`ahan yang di ada – adakan itu juga dilanjutkan oleh pengikut –
pengikutnya. Dan transfer dosa ini akan
disetop ketika kebid`ahan itu dihentikan. Namun ketika sunnah ditegakkan dan
diikuti orang banyak , akan mendapat transfer pahala dari pengikut – pengikut yang
menjalankannya.
Ada
juga transfer pahala melalui amal
jariyah atau ilmu yang dimanfaatkan oleh
generasi lain baik dimasanya atau
dilanjutkan oleh generasi setelahnya.
|
Artikel Terkait
kebaikan membawa keberkahan
BalasHapus