JAKARTA (voa-islam.id) – Tetap saja masih ada orang-orang yang memiliki hati nurani. Mereka memiliki kepekaan terhadap kemanusiaan dan rasa iba. Melihat banyaknya korban sipil akibat pemboman yang dilakukan oleh Rusia dan rezim Bashar al-Assad di Suriah. Sekalipun Rusia dan Assad selalu meneriakan slogan memerangi “teroris”, kenyataannya yang menjadi korban adalah rakyat sipil.
Sudah lebih 500.000 rakyat Suriah yang tewas akibat perang. Sebagian besar korban karena tangan rezim Syirah Bashar al-Assad. Penderitaan rakyat Suriah sudah tidak dapat lagi dilogikan dengan akal. Mereka yang ingin selamat dan tetap hidup, melarikan diri ke negara-negara tetangga, seperi Turki, Yordania, dan Lebanon. Bahkan, mereka mengarungi laut menuju daratan Eropa.
Tidak sedikit yang tewas saat mereka mencari kehidupan baru di Eropa. Mereka tenggelam akibat badai. Sampai sekarang krisis pengungsi Suriah yang bergegas menuju daratan Eropa belum terpecahkan. Sebagian negara Eropa menyatakan “welcome”, sebagian lagi adalah terutama negara-negara bekas Eropa Timur yang sudah menjadi anggota Uni Eropa menolak para pengungsi masuk ke negara mereka.
Sekarang di tengah krisis yang kian menghebat akibat perang di Suriah, dan ketegangan akibat konflik antara Turki-Rusia, membuat Timur Tengah semakin suram. Perang “kata-kata” antara Erdogan – Vladimir Putin terus berlangsung, dan sangat mencemaskan. Perang “kata-kata” ini bisa saja berubah menjadi perang terbuka yang menghancurkan kawasan Timur Tengah.
Rusia sudah mengirim ratusan rudal balistik ke Suriah jenis S-400 sebagai bentuk ancaman Rusia terhadap Turki yang dinilai telah berkianat terhadap “Koalisi” yang sekarang sudah memenuhi langit Suriah dan sedang menghamburkan rudal-rudal mereka dari pesawat tempur.
Kemarin, di Idlib gempuran pesawat tempur Rusia, menewaskan sedikitnya 100 orang, dan tidak terhidung lagi yang mengalami luka. Di sini, Rusia ingin membuat skenario “GROZNI”, ibukota Chechya yang diratakan dengan tanah akibat rakyat Chechnya membangkang dan menuntut kemerdekaan dari Rusia.
Gaya “Tsar” Putin masih menggunakan cara lama yaitu seperti ketika ia menjadi Kepala KGB. Ia tak segan-segan menghancurkan semua yang dianggap menjadi amcaman termasuk ISIS/IS. Putin akan melihat Turki dan Erdogan sama dengan Chechnya. Putin menganggap Erdogan teman yang menusuk dari “belakang” dan “berkhianat”, serta mendukung ISIS/IS.
Sementara itu, di London ribuan orang berkumpul dan melakukan unjuk rasa di “Downing Street” Kantor Perdana Menteri David Cameron. Mereka menuntut kepada Cameron agar menghentikan perang. Ribuan demosntran mentuntut pemerintah Cameron membatalkan semua keterlibatan Inggris dalam perang di Suriah.
Aksi demonstrasi yang diikuti ribuan orang itu diselenggarakan dan diorganisir oleh “Koalisi Stop Perang”. Mereka melawan rencana dan usulan Perdana Menteri Inggris David Cameron yang akan melakukan serangan ke Suriah. Rakyat Inggris menolak Cameron yang akan meminta persetujuan parlemen Inggris dan melegalisir tindakan perang pemerintah Inggris di Suriah.
Protes yang diikuti oleh pululah ribu orang itu berlangsung di Downing Street di pusat kota London. Para demonstran membawa poster yang bertuliskan "Jangan mengebom Suriah", "Kami menolak “bom” di Suriah, dan katakan “tidak pada pemboman”. Para demonstran yang ikut dalam aksi itu, mereka sangat trauma dengan keterlibatan Inggris dalam perang di Afghanistan dan Irak tahun 2003.
Dalam aksi itu ikut serta pemimpin dan anggota parlemen dari Partai Buruh Diane Abbot. Dian Abbot berada diantara para pemrotes, dan mendukung sikap pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, yang menentang keterlibatan Inggris dalam perang di Suriah.
"Saya tidak percaya pemboman Suriah akan membuatnya lebih aman lagi. Pemboman di Irak tidak membuat aman Irak”, kata Abbott dalam pidato singkat di demonstrasi. Kelompok oposisi yang dipelopori Partai Buruh, memang belum mengumumkan sikapnya atas rencana Cameron secara terbuka. Dalam hal ini Cameron akan membawa rencananya ke parlemen, terkait keikutsertaaan Inggris dalam perang di Suraih.
Lindsey German, yang mengorganisir aksi protes di Downing Street, menuntut dihentikannya perang. Ia menyampaikan pesan yang kuat melalui aksi demonstrasi dan menuntut pemerintahan David Cameron membatalkan rencana terlibat dalam perang di Suriah seperti yang sudah dilakukan oleh Amerika, Prancis dan Rusia. Karena dampak malapetaka kemanusiaan dari perang ini sangat luar biasa dan menimbulkan korban sipil.
Serangan udara yang dilakukan oleh “Koalisi” yang dipimpin Amerika, dan sekarang disusul oleh Rusia, ternyata tidak efektif. Mereka tidak dapat menghancurkan secara total terhadap kemampuan militer ISIS/IS. Justru yang menjadi korban adalah dari kalangan rakyat sipil. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa. Di titik inilah, sepantasnya David Cameron mendengarkan suara rakyatnya. Wallahu'alam.
Editor: RF
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan