you
care !
Satu laporan dari Amnesty International menyatakan bahwa ISIS telah menumpuk senjata dalam jumlah besar, termasuk dari senjata buatan Amerika yang didapat dari tentara Irak dan kelompok oposisi Suriah.
Laporan Amnesty International setebal 44 halaman yang diterbitkan pada Senin (7/12) malam ini, menemukan bahwa sebagian besar peralatan dan amunisi ISIS berasal dari pasok senjata yang direbut dari militer Irak dan pemberontak Suriah.
Penemuan ini dikemukakan ketika Presiden Barack Obama menegaskan kembali langkah tergantung pada pasukan-pasukan regional seperti Irak, Kurdi dan oposisi Suriah, dalam upaya menghancurkan ISIS. Obama menolak berkomitmen untuk mengirim tentara dalam jumlah besar di wilayah konflik itu.
“Strategi yang kami gunakan - serangan udara, Pasukan Khusus dan bekerja sama dengan pasukan setempat yang berjuang untuk merebut kembali kendali di negara mereka- adalah bagaimana kami mencapai kemenangan yang lebih bisa langgeng,” kata Obama dalam pidato, Minggu (6/12).
“Dan itu tidak memerlukan kita mengirim satu generasi baru warga AS ke luar negeri untuk bertempur dan meninggal selama satu dekade ke depan di negara lain.”
Pasukan-pasukan setempat ini akan mendapat bantuan berupa senjata, dukungan melalui serangan udara koalisi dan pelatihan dari pasukan Operasi Khusus AS.
Namun, laporan Amnesty International, menyimpulkan bahwa justru pasukan-pasukan setempat ini yang secara tidak sadar menyumbang senjata kepada ISIS.
Setelah menganalisa ribuan rekaman video dan gambar dari Irak dan Suriah, Amnesty yakin bahwa sebagian besar senjata militer ISIS saat ini terdiri dari “senjata dan peralatan yang dirampas, direbut atau dibeli secara gelap dari cadangan senjata militer Irak yang tidak dijaga dengan baik.”
ISIS juga memiliki akses untuk mendapat senjata dari sumber-sumber lain seperti merebut atau membeli cadangan senjata militer Suriah yang dipasok untuk mempersenjatai kelompok oposisi di Suriah oleh negara seperti Turki, Negara Teluk dan Amerika Serikat.
Laporan ini mengatakan bahwa senjata tersebut, termasuk yang dikumpulkan dari lima perang di Irak selama beberapa dekade, dirancang atau dibuat di 25 negara dan terdiri dari senjata serang ke tank dan sistem pertahanan anti-serangan udara.
Amnesty Internasional menyimpulkan bahwa jumlah dan jenis senjata serta amunisi ISIS “pada akhirnya menggambarkan pemberian senjata kepada Irak selama beberapa dekade yang tidak bertanggung jawab, dan sejumlah kegagalan pemerintah pendudukan Irak pimpinan AS dalam mengelola pengiriman dan penyimpanan senjata secara aman, dan juga korupsi yang luas di Irak.”
Kegagalan menelisik persenjataan yang diserahkan ke Irak dalam beberapa dekade terakhir, Amerika dan negara pemasok lain mengijinkan persenjataan itu bergerak dengan bebas di wilayah, dan jatuh ke tangan ISIS dan kelompok bersenjata lain di wilayah.
“Pemasok utama di Irak adalah Rusia, China dan AS,” kata Patrick Wilcken, penulis laporan itu, kepada CNN.
Dia mengatakan sejumlah besar persenjataan ISIS terdiri dari senjata tua dari era Uni Soviet, yang dikirim ke Irak dalam Perang Irak-Irak, dan pendudukan AS antara 2003 dan 2007.
“Sebagian besar adalah senjata lama, tetapi mereka juga memiliki sejumlah persenjataan yagn canggih buatan terbaru,” tambahnya.
Salah satu jenis senjata yang digunakan oleh pejuang ISIS adalah senjata otomatis AK buatan Rusia, tetapi pasukan ISIS juga diperlengkapi dengan senjata M-16 yang digunakan militer AS dan juga senjata bautan China, Jerman, Kroasia dan Belgia.
Laporan ini juga mengatakan bahwa ISIS berhasil merebut sejumlah besar mobil baja buatan AS dan Rusia, selain juga mortin, rudal antitank dan rudal daratan ke udara dari tentara Irak dan pasukan Kurdi.
Menjawab tudingan laporan ini, juru bicara Pentagon Mayor Roger Cabines mengatakan pada CNN bahwa AS mengawasi dengan seksama perlatan yang diberikan kepada mitranya untuk “mencegah dan mengetahui pemberian senjata ke pihak ketiga secara ilegal, dan juga dalam upaya melindungi teknologi Amerika. Dan jika memungkinkan untuk memastikan mitra kami mengikuti persyaratan yang telah dikenakan kepada seluruh peralatan pertahanan AS.”
Namun, Pentagon mengakui program pengawasan ini tidak berlaku pada senjata yang hilang dalam pertempuran.
Meski ISIS memiliki berbagai jenis senjata, Wilcken mengatakan sulit menilai apakah kelompok ini memiliki kekuatan untuk mengalahkan pasukan Kurdin dan pasukan milisi lain di Suriah secara konsisten.
Dia mengatakan ISIS berhasil mempergunakan sejumlah persenjataan canggih itu, terutama rudal antitank, dalam merebut kota Mosul, Tikrit dan Fallujah tahun lalu. Tetapi kelompok ini belakangan mempergunakan bahan peledak buatan sendiri untuk memakan korban dalam jumlah besar.
JOIN
“Senjata dan peralatan yang dirampas, direbut atau dibeli secara gelap dari cadangan senjata militer Irak yang tidak dijaga dengan baik.”
Satu laporan dari Amnesty International menyatakan bahwa ISIS telah menumpuk senjata dalam jumlah besar, termasuk dari senjata buatan Amerika yang didapat dari tentara Irak dan kelompok oposisi Suriah.
Laporan Amnesty International setebal 44 halaman yang diterbitkan pada Senin (7/12) malam ini, menemukan bahwa sebagian besar peralatan dan amunisi ISIS berasal dari pasok senjata yang direbut dari militer Irak dan pemberontak Suriah.
Penemuan ini dikemukakan ketika Presiden Barack Obama menegaskan kembali langkah tergantung pada pasukan-pasukan regional seperti Irak, Kurdi dan oposisi Suriah, dalam upaya menghancurkan ISIS. Obama menolak berkomitmen untuk mengirim tentara dalam jumlah besar di wilayah konflik itu.
“Strategi yang kami gunakan - serangan udara, Pasukan Khusus dan bekerja sama dengan pasukan setempat yang berjuang untuk merebut kembali kendali di negara mereka- adalah bagaimana kami mencapai kemenangan yang lebih bisa langgeng,” kata Obama dalam pidato, Minggu (6/12).
“Dan itu tidak memerlukan kita mengirim satu generasi baru warga AS ke luar negeri untuk bertempur dan meninggal selama satu dekade ke depan di negara lain.”
Pasukan-pasukan setempat ini akan mendapat bantuan berupa senjata, dukungan melalui serangan udara koalisi dan pelatihan dari pasukan Operasi Khusus AS.
Namun, laporan Amnesty International, menyimpulkan bahwa justru pasukan-pasukan setempat ini yang secara tidak sadar menyumbang senjata kepada ISIS.
Setelah menganalisa ribuan rekaman video dan gambar dari Irak dan Suriah, Amnesty yakin bahwa sebagian besar senjata militer ISIS saat ini terdiri dari “senjata dan peralatan yang dirampas, direbut atau dibeli secara gelap dari cadangan senjata militer Irak yang tidak dijaga dengan baik.”
ISIS juga memiliki akses untuk mendapat senjata dari sumber-sumber lain seperti merebut atau membeli cadangan senjata militer Suriah yang dipasok untuk mempersenjatai kelompok oposisi di Suriah oleh negara seperti Turki, Negara Teluk dan Amerika Serikat.
Laporan ini mengatakan bahwa senjata tersebut, termasuk yang dikumpulkan dari lima perang di Irak selama beberapa dekade, dirancang atau dibuat di 25 negara dan terdiri dari senjata serang ke tank dan sistem pertahanan anti-serangan udara.
Amnesty Internasional menyimpulkan bahwa jumlah dan jenis senjata serta amunisi ISIS “pada akhirnya menggambarkan pemberian senjata kepada Irak selama beberapa dekade yang tidak bertanggung jawab, dan sejumlah kegagalan pemerintah pendudukan Irak pimpinan AS dalam mengelola pengiriman dan penyimpanan senjata secara aman, dan juga korupsi yang luas di Irak.”
Kegagalan menelisik persenjataan yang diserahkan ke Irak dalam beberapa dekade terakhir, Amerika dan negara pemasok lain mengijinkan persenjataan itu bergerak dengan bebas di wilayah, dan jatuh ke tangan ISIS dan kelompok bersenjata lain di wilayah.
“Pemasok utama di Irak adalah Rusia, China dan AS,” kata Patrick Wilcken, penulis laporan itu, kepada CNN.
Dia mengatakan sejumlah besar persenjataan ISIS terdiri dari senjata tua dari era Uni Soviet, yang dikirim ke Irak dalam Perang Irak-Irak, dan pendudukan AS antara 2003 dan 2007.
“Sebagian besar adalah senjata lama, tetapi mereka juga memiliki sejumlah persenjataan yagn canggih buatan terbaru,” tambahnya.
Salah satu jenis senjata yang digunakan oleh pejuang ISIS adalah senjata otomatis AK buatan Rusia, tetapi pasukan ISIS juga diperlengkapi dengan senjata M-16 yang digunakan militer AS dan juga senjata bautan China, Jerman, Kroasia dan Belgia.
Laporan ini juga mengatakan bahwa ISIS berhasil merebut sejumlah besar mobil baja buatan AS dan Rusia, selain juga mortin, rudal antitank dan rudal daratan ke udara dari tentara Irak dan pasukan Kurdi.
Menjawab tudingan laporan ini, juru bicara Pentagon Mayor Roger Cabines mengatakan pada CNN bahwa AS mengawasi dengan seksama perlatan yang diberikan kepada mitranya untuk “mencegah dan mengetahui pemberian senjata ke pihak ketiga secara ilegal, dan juga dalam upaya melindungi teknologi Amerika. Dan jika memungkinkan untuk memastikan mitra kami mengikuti persyaratan yang telah dikenakan kepada seluruh peralatan pertahanan AS.”
Namun, Pentagon mengakui program pengawasan ini tidak berlaku pada senjata yang hilang dalam pertempuran.
Meski ISIS memiliki berbagai jenis senjata, Wilcken mengatakan sulit menilai apakah kelompok ini memiliki kekuatan untuk mengalahkan pasukan Kurdin dan pasukan milisi lain di Suriah secara konsisten.
Dia mengatakan ISIS berhasil mempergunakan sejumlah persenjataan canggih itu, terutama rudal antitank, dalam merebut kota Mosul, Tikrit dan Fallujah tahun lalu. Tetapi kelompok ini belakangan mempergunakan bahan peledak buatan sendiri untuk memakan korban dalam jumlah besar.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan