Sebanyak 34 negara berpenduduk mayorits muslim membentuk aliansi militer untuk memerangi terorisme, Selasa (15/12/2015). Aliansi ini dipimpin Arab Saudi dan berpusat di Riyadh.
Namun, di dalam daftar nama tersebut tidak terdapat Indonesia yang merupakan negara mayoritas Islam terbesar. Indonesia menganggap pembentukan aliansi bertentangan dengan Undang-Undang dan menolak ajakan Arab Saudi untuk bergabung dalam aliansi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Armanatha Nasir menyatakan bergabung dalam aliansi Negara Islam dan koalisi militer internasional tidak sejalan dengan Undang-Undang Indonesia.
“Ini sejak awal tidak sejalan dengan Undang-Undang,” kata Arrmanatha Nasir seperti yang dilansir Republika Online pada Selasa (15/12).
Menurut dia, dua hari lalu, Arab Saudi menawarkan pada Indonesia melalu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk bergabung dengan rencana pembentukan Center for Counter Extremism and Terorism. "Saat itu, yang ditawarkan adalah sebuah Center," kata Arrmanatha Nasir.
Selain Indonesia, Iran juga tidak masuk dalam daftar aliansi pimpinan Saudi ini.
Dari penelusuran, ternyata Indonesia dan Iran sudah menjalin kerjasama tersendiri untuk memerangi terorisme.
Berikut kutipan berita dari KOMPAS bulan April lalu:
Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Perangi Terorisme
Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Iran berkomitmen untuk melakukan perang terhadap segala aksi terorisme dengan kerja sama yang erat antar-kedua negara.
Demikian kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Iran Hassan Rouhani di sela-sela acara Konferensi Asia Afrika 2015, di Jakarta Convention Center, Kamis (23/4/2015).
"Dua negara sepakat bahwa kekerasan yang dilakukan atas nama agama oleh kelompok teroris harus diberantas dengan kerja sama yang erat antar-negara," ujar Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto seusai pertemuan.
Andi mengatakan, kedua negara, yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam moderat, juga sepakat memperkuat kerja sama, terutama di bidang kebudayaan.
Sebelumnya, Presiden Jokowi dan Presiden Hassan Rouhani sama-sama menyinggung soal perang melawan terorisme. Secara khusus, mereka menyebut masalah keberadaan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan