Jakarta,
NU Online
Pernyataan tidak jelas yang dilontarkan Kepala Badan
Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) terkait narkoba jenis
ekstasi yang sudah masuk di kalangan santri dan kiai untuk berdzikir mendapat
tanggapan dari Ketua Asosiasi Pesantren se-Indonesia atau Rabithah Ma’ahid
Islamiyah (RMI) PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin.
Menurut kiai muda yang akrab disapa Gus Rozin ini, dzikir
itu ibadah yang sakral bagi kalangan pesantren, biasanya dilakukan dalam
keadaan suci walaupun tidak wajib.
“Oleh sebab itu, tidak mungkin dzikir dilakukan dengan
mengkonsumsi barang haram,” tegas Gus Rozin kepada NU Online, Selasa
(8/3).
Menurutnya, sulit untuk dipercaya ada kiai bersama santri
secara sengaja mengonsumsi narkoba, terlebih untuk berdzikir.
“RMINU menghargai perhatian BNN terhadap pesantren. Namun
akan lebih baik lagi jika menunjukkan langsung nama pesantren dan kiai yang
terindikasi narkoba,” ujar Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Kajen, Pati ini.
Walau bagaimana pun, lanjut Gus Rozin, tidak ada satu pun
institusi yang imun (kebal) terhadap ancaman narkoba. Bahkan lembaga negara
sekalipun. Meskipun demikian, masyarakat percaya dan meyakini bahwa pesantren
masih yang terbersih di antara lembaga pendidikan lain.
“Oleh karena itu, penyebutan yang eksplisit oleh BNN selain
membantu pesantren meningkatkan kewaspadaan juga akan menghindari kekhawatiran
dan kecurigaan yang tidak perlu terhadap pesantren,” tandas Gus Rozin.
Seperti yang telah diberitakan, Buwas mengatakan bahwa
narkoba sudah disalahgunakan hingga ke lingkup pesantren.
"Narkotika sudah masuk ke kalangan santri terutama di
daerah Jatim. Santri, dia dzikir dari pagi ke pagi pakai ekstasi, bukan cuma
santrinya tapi kiainya juga," kata Buwas seperti dikutip oleh media
nasional. (Fathoni)
Komentarku (
Mahrus ali ):
Bila
tuduhan itu tanpa bukti ber arti fitnah yang keji, bikin
ribut, tidak membikin suasana sejuk. Mengapa pesantren yang di fitnah, karena ia ikon Islam. Anehnya
pesantren para pastor / biarawati selamat dari tuduhan.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan