Di antara bentuk pengkhianatan rezim orla terhadap janji yang
diucapkan atas nama pemerintah Pancasila, dan hingga kini
membawa akibat buruk bagi bangsa Indonesia, adalah kasus
pemberontakan Darul Islam pimpinan Tengku Muhammad Daud
Beureueh, tokoh ulama seluruh Aceh (PUSA) berserta para
pengikutnya. Pengkhianatan pemerintah orde lama itu, dengan jelas terlihat dalam dialog antara Tengku Daud Beureueh dan presiden Soekarno. Bagian terakhir dari dialog tersebut, selengkapnya adalah sebagai berikut:( Wawancara dengan Tengku Daud Beureuh, dalam TGK. M. DAUD BEUREUH: Peranannya Dalam Pergolakan di Aceh, oleh M. Nur Elibrahimy, hal. 65, PT. Gunung Agung, Jakarta, Cetakan Kedua, 1982.)
Presiden: “Saya minta bantuan kakak, agar rakyat Aceh turut
mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus1945” .
Daud Beureueh:” Saudara Presiden! Kami rakyat Aceh dengan
segala senang hati dapat memenuhi permintaan presiden, asal saja perang yang akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah, perang untuk menegakkan agama Allah, sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam perang itu maka berarti mati syahid” .
Presiden: ”Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah
perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Tengku Tjhik di Tiro dan lain-lain yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan “merdeka atau syahid” .
Daud Beureueh:”Kalau begitu kedua pendapat kita telah
bertemu Saudara Presiden. Dengan demikian bolehlah saya mohon kepada Saudara Presiden, bahwa apabila perang telah usai nanti,kepada rakyat Aceh diberikan kebebasan untuk menjalankan syari’at Islam di dalam daerahnya” .
Presiden: ”Mengenai hal itu kakak tak usah khawatir. Sebab 90% rakyat Indonesia beragama Islam” .
Daud Beureueh: ”Maafkan saya Sudara Presiden, kalau saya terpaksa mengatakan, bahwa hal itu tidak menjadi jaminan bagi kami. Kami menginginkan suatu kata ketentuan dari Saudara Presiden” .
Presiden : ”Kalau demikian baiklah, saya setujui permintaan kakak itu” .
Daud Beureueh : ”Alhamdulillah, atas nama rakyat Aceh saya
mengucapkan terimakasih banyak atas kebaikan hati Saudara
Presiden. Kami mohon, (sambil menyodorkan secarik kertas kepada Soekarno) sudi kiranya Sdr. Presiden menulis sedikit di atas kertas ini” .
Mendengar ucapan Tengku Muhammad Daud Beureueh itu
langsung Presiden Soekarno menangis terisak-isak. Air matanya yang mengalir di pipinya telah membasahi bajunya. Dalam keadaan terisak isak
Presiden Soekarno berkata: ”Kakak! Kalau begitu tidak ada
gunanya aku menjadi Presiden. Apa gunanya menjadi Presiden kalau tidak dipercaya” . Langsung saja Tengku Daud Beureueh menjawab:
”Bukan kami tidak percaya, Saudara Presiden. Akan tetapi hanya
sekedar menjadi tanda yang akan kami perlihatkan pada rakyat Aceh yang akan kami ajak untuk berperang” .
Lantas Presiden Soekarno, sambil menyeka air matanya, berkata:”Wallahi, Billahi, kepada daerah Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan syari’at Islam. Dan Wallahi, saya akan pergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar nanti dapat
melaksanakan syari’at Islam di dalam daerahnya. Nah, apakah kakak masih ragu-ragu juga?”
Dijawab oleh Tengku Muhammad Daud Beureueh: ”Saya tidak ragu lagi Saudara Presiden. Sekali lagi atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan banyak terimakasih atas kebaikan hati Saudara Presiden” . Menurut keterangan Tengku
Muhammad Daud Beureueh, oleh karena iba hatinya melihat Presiden menangis terisak-isak, beliau tidak sampai hati lagi meminta jaminan hitam di atas putih atas janji-janji Presiden Soekarno itu.
Dari dialog di atas, kita bisa maklum bahwa, secara historis, dari
sejak awal masyarakat Aceh ketika bergabung dengan Indonesia,
menginginkan otonomi dengan penerapan hukum Islam. Orang Aceh siap membantu pemerintah Indonesia melawan Belanda, dengan suatu syarat, supaya syari’at Islam berlaku sepenuhnya di Aceh. Atau dengan kata lain, masyarakat ingin di Aceh berlaku syari’at Islam dalam bingkai negara Kesatuan RI. Akan tetapi, meski Soekarno telah berjanji dengan berurai air mata, ternyata ia ingkar dan tidak konsekuen terhadap ucapannya sendiri. Melihat kenyataan ini, suatu hari, dengan suara masygul, Daud Beureueh pernah berkata:”Sudah ratusan tahun syari’at Islam berlaku di Aceh. Tetapi hanya beberapa tahun bergabung dengan RI, sirna hukum Islam di Aceh. Oleh karena
itu, saya akan pertaruhkan segalanya demi tegaknya syari’at Islam di
Aceh. Maka sejak itu lahirlah gerakan Darul Islam di Aceh.
..doktrin zionisme dan ideologi pancasila
diucapkan atas nama pemerintah Pancasila, dan hingga kini
membawa akibat buruk bagi bangsa Indonesia, adalah kasus
pemberontakan Darul Islam pimpinan Tengku Muhammad Daud
Beureueh, tokoh ulama seluruh Aceh (PUSA) berserta para
pengikutnya. Pengkhianatan pemerintah orde lama itu, dengan jelas terlihat dalam dialog antara Tengku Daud Beureueh dan presiden Soekarno. Bagian terakhir dari dialog tersebut, selengkapnya adalah sebagai berikut:( Wawancara dengan Tengku Daud Beureuh, dalam TGK. M. DAUD BEUREUH: Peranannya Dalam Pergolakan di Aceh, oleh M. Nur Elibrahimy, hal. 65, PT. Gunung Agung, Jakarta, Cetakan Kedua, 1982.)
Presiden: “Saya minta bantuan kakak, agar rakyat Aceh turut
mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus1945” .
Daud Beureueh:” Saudara Presiden! Kami rakyat Aceh dengan
segala senang hati dapat memenuhi permintaan presiden, asal saja perang yang akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah, perang untuk menegakkan agama Allah, sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam perang itu maka berarti mati syahid” .
Presiden: ”Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah
perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Tengku Tjhik di Tiro dan lain-lain yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan “merdeka atau syahid” .
Daud Beureueh:”Kalau begitu kedua pendapat kita telah
bertemu Saudara Presiden. Dengan demikian bolehlah saya mohon kepada Saudara Presiden, bahwa apabila perang telah usai nanti,kepada rakyat Aceh diberikan kebebasan untuk menjalankan syari’at Islam di dalam daerahnya” .
Presiden: ”Mengenai hal itu kakak tak usah khawatir. Sebab 90% rakyat Indonesia beragama Islam” .
Daud Beureueh: ”Maafkan saya Sudara Presiden, kalau saya terpaksa mengatakan, bahwa hal itu tidak menjadi jaminan bagi kami. Kami menginginkan suatu kata ketentuan dari Saudara Presiden” .
Presiden : ”Kalau demikian baiklah, saya setujui permintaan kakak itu” .
Daud Beureueh : ”Alhamdulillah, atas nama rakyat Aceh saya
mengucapkan terimakasih banyak atas kebaikan hati Saudara
Presiden. Kami mohon, (sambil menyodorkan secarik kertas kepada Soekarno) sudi kiranya Sdr. Presiden menulis sedikit di atas kertas ini” .
Mendengar ucapan Tengku Muhammad Daud Beureueh itu
langsung Presiden Soekarno menangis terisak-isak. Air matanya yang mengalir di pipinya telah membasahi bajunya. Dalam keadaan terisak isak
Presiden Soekarno berkata: ”Kakak! Kalau begitu tidak ada
gunanya aku menjadi Presiden. Apa gunanya menjadi Presiden kalau tidak dipercaya” . Langsung saja Tengku Daud Beureueh menjawab:
”Bukan kami tidak percaya, Saudara Presiden. Akan tetapi hanya
sekedar menjadi tanda yang akan kami perlihatkan pada rakyat Aceh yang akan kami ajak untuk berperang” .
Lantas Presiden Soekarno, sambil menyeka air matanya, berkata:”Wallahi, Billahi, kepada daerah Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan syari’at Islam. Dan Wallahi, saya akan pergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar nanti dapat
melaksanakan syari’at Islam di dalam daerahnya. Nah, apakah kakak masih ragu-ragu juga?”
Dijawab oleh Tengku Muhammad Daud Beureueh: ”Saya tidak ragu lagi Saudara Presiden. Sekali lagi atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan banyak terimakasih atas kebaikan hati Saudara Presiden” . Menurut keterangan Tengku
Muhammad Daud Beureueh, oleh karena iba hatinya melihat Presiden menangis terisak-isak, beliau tidak sampai hati lagi meminta jaminan hitam di atas putih atas janji-janji Presiden Soekarno itu.
Dari dialog di atas, kita bisa maklum bahwa, secara historis, dari
sejak awal masyarakat Aceh ketika bergabung dengan Indonesia,
menginginkan otonomi dengan penerapan hukum Islam. Orang Aceh siap membantu pemerintah Indonesia melawan Belanda, dengan suatu syarat, supaya syari’at Islam berlaku sepenuhnya di Aceh. Atau dengan kata lain, masyarakat ingin di Aceh berlaku syari’at Islam dalam bingkai negara Kesatuan RI. Akan tetapi, meski Soekarno telah berjanji dengan berurai air mata, ternyata ia ingkar dan tidak konsekuen terhadap ucapannya sendiri. Melihat kenyataan ini, suatu hari, dengan suara masygul, Daud Beureueh pernah berkata:”Sudah ratusan tahun syari’at Islam berlaku di Aceh. Tetapi hanya beberapa tahun bergabung dengan RI, sirna hukum Islam di Aceh. Oleh karena
itu, saya akan pertaruhkan segalanya demi tegaknya syari’at Islam di
Aceh. Maka sejak itu lahirlah gerakan Darul Islam di Aceh.
..doktrin zionisme dan ideologi pancasila
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan