Fawwaz Arkan menulis:
Solat
jamaah dan jumatan di mana aja boleh, bukankah berjamaah itu ada keutamaannya
yaitu menjadikan solat kita lebih mudah di terima, daripada yang sendirian.
Makmum kepada siapa saja boleh asal syarat rukunnya sama, yang nggak boleh yang
syarat rukunnya tidak sama seperti solat dhuhur makmum ke imam yang lagi solat
jenazah. Itu tidak boleh karena syarat rukunnya berbeda, kl ashar dengan ashar
walaupun imamnya bukan orang solihpun sah2 saja asal bacaan fatihahnya fasih
dan tartil.
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Kita tidak
diperkenankan makmum kpd ahli bid`ah, sebab kebanyakan ahli id`ah itu musyrik ,
suk a dengan kesyirikan dan sdh tercebur ke sana.Kita tidak boleh mengangkat
pimpinan dari kalangan ahli bidah yang syirik.
Allah berfirnan :
وَلَا
تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ
دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
Dan
janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu
disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun
selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.[1]
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".[2]
Bila kita menjadikan ahli bid`ah sebagai
imam, maka kita ini ber arti simpati padanya yang dilarang oleh ayat Hud 113.
Saya pernah bermakmum kpd ahli bid`ah waktu
dulu, dan imamnya menggunakan sabuk yang penuh dengan jimat yang syirik.
Ibnu Qudamah berkata:
وَمِنَ السُّنَّةِ هِجْرَانُ أَهْلِ اْلِبدَعِ
وَمُبَايَنَتُهُمْ وَتَرْكُ الْجِدَالِ وَالْخُصُوْمَاتِ فِي الدِّيْنِ، وَتَرْكُ
النَّظَرِ فِي كُتُبِ الْمُبْتَدِعَةِ، وَاْلإِصْغَاءِ إِلَى كَلاَمِهِمْ، وَكُلُّ
مُحْدَثَةٍ فِي الدِّيْنِ بِدْعَةٌ.
Dan termasuk
sunnah adalah meng-hajr (memutus hubungan) dengan ahli bid'ah dan keterangan-keterangan
mereka, serta meninggalkan perdebatan dan permusuhan dalam dien. (Termasuk
dalam sunnah pula) adalah menjauhi kitab-kitab mubtadi'ah dan tidak
mendengarkan perkataan-perkataan mereka. Semua hal yang baru dalam dien adalah
bid'ah
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan