Pengarang berzanji berkata:
وَنُوْدِيَ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ بِحَمْلِهَا ِلأَنْوَارِهِ الذَّاتِيَّةِ ،
Ada panggilan di langit dan bumi bahwa Aminah bin Wahab telah hamil karena cahaya – cahaya Muhammad yang asli.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya sendiri tidak mengerti dalilnya atas pernyataan pengarang berzanji kali ini. ketika Aminah binti Wahab mengandung atau wanita lainnya mengandung tidak ada panggilan di langit dan bumi, apalagi karena cahaya Muhammad saat itu. Pada hal saat beliau di kandungan, al quran sebagai cahaya belum di turunkan. Bagaimana di katakan cahaya bayi dalam kandungan itu. Atau bag aimana di katakan kegelapan bayi Firaun atau Abu Jahal. Itu semuanya omongan tak berguna bahkan membahayakan sekali. Ia kedustaan bukan kejujuran. Tidak usah di perhatikan lagi, buang saja dan tidak usah di ambil lagi. Ia mirip sekali dengan pernyataan pengarang Diba` sbb:
فَاهْتَزَّ اْلعَرْشُ طَرَبًا وَاسْتِبْشَارًا* وَازْدَادَ اْلكُرْسِيُّ هَيْبَةً وَوَقَارًا* وَامْتَلأَتِ السَّمَاوَاتُ اَنْوَارًا* وَضَجَّتِ الْمَلاَئِكَةُ تَهْلِيْلاً* وَتَمْجِيْدًا وَاسْتِغْفَارًا (سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ (4مرات)
فَلَمْ تَزَلْ أُمُّهُ تَرَى أَنْوَاعًا مِنْ فَخْرِهِ وَفَضْلِهِ إِلَى نِهَايَةِ تَمَامِ حَمْلِهِ فَلَمَّا اشْتَدَّ بِهَا الطَّلْقُ بِإذْنِ رَبِّ الْخَلْقِ وَضَعَتِ الْحَبِيْبَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاجِدًا شَاكِرًا حَامِدًا كَأَنَّهُ اْلبَدْرُ فِي تَمَامِهِ.
Aras tergoyah karena gembira ria, kursipun bertambah wibawa, langit – langit penuh dengan cahaya, malaikat gemuruh dalam baca tahlil, istighfar dan mengagungkan kepada Allah.
Lalu Jama`ah pembaca diba` membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ (4مرات
Ibunda Rasulullah SAW. melihat berbagai macam keagungan dan kemuliaan bayi yang akan lahir sampai masa kelahirannya. Ketika rasa sakit melahir kan bayi telah memuncak, maka ibunda melahirkan Nabi SAW. dengan sukur, bersukur, membaca pujaan seolah bulan purnama yang sempurna.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Kisah tsb tidak terdapat refrensinya dan tiada dalilnya, jelas dustanya bukan perkataan yang benar. Saya sampai kini belum menjumpai dalilnya sehingga hati tenang. Malah ada hadis sbb:
لَقَدِ اهْتَزَّ الْعَرْشُ لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ
Sungguh Arasy tergoncang karena kematian Sa`ad bin Mu`adz.
Al albani menyatakan hadis tsb Muttafaq alaih, jelas sahihnya.
Ketika langit gemuruh waktu Rasulullah SAW dalam kandungan itu, siapa yang mengatakan ? Barang kali orang berdalil dengan ayat:
وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلاَّ لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ(23)
Dan tiadalah berguna syafa`at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa`at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar", dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.[1]
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ ضَرَبَتْ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ كَالسِّلْسِلَةِ عَلَى صَفْوَانٍ قَالَ عَلِيٌّ وَقَالَ غَيْرُهُ صَفْوَانٍ يَنْفُذُهُمْ ذَلِكَ فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُو السَّمْعِ وَمُسْتَرِقُو السَّمْعِ هَكَذَا وَاحِدٌ فَوْقَ آخَرَ وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِ يَدِهِ الْيُمْنَى نَصَبَهَا بَعْضَهَا فَوْقَ بَعْضٍ فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ الْمُسْتَمِعَ قَبْلَ أَنْ يَرْمِيَ بِهَا إِلَى صَاحِبِهِ فَيُحْرِقَهُ وَرُبَّمَا لَمْ يُدْرِكْهُ حَتَّى يَرْمِيَ بِهَا إِلَى الَّذِي يَلِيهِ إِلَى الَّذِي هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ حَتَّى يُلْقُوهَا إِلَى الْأَرْضِ وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى الْأَرْضِ فَتُلْقَى عَلَى فَمْ السَّاحِرِ فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ فَيُصَدَّقُ فَيَقُولُونَ أَلَمْ يُخْبِرْنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا يَكُونُ كَذَا وَكَذَا فَوَجَدْنَاهُ حَقًّا لِلْكَلِمَةِ الَّتِي سُمِعَتْ مِنْ السَّمَاءِ
Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda ;
Bila Allah menqadha` suatu perkara di langit, maka malaikat memukulkan sayapnya karena tunduk kepada firmanNya laksana mata rantai di pukulkan di batu besar ( akan suaranya yang keras ). Ali dan lainnya berkata: Mereka menerima kabar takdir itu.
Bila telah hilang rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: Apa yang di katakan oleh Tuhanmu.
Mereka berkata kepada orang yang berkata: Kebenaran …………. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Berita itu di dengar oleh para pencuri berita. Dan pencuri – pencuri berita langit itu berlapis – lapis.
Sofyan mengisaratkan dengan tangannya, lalu merenggangkan jari – jari tangannya, di tegakkan satu di atas lainya.
Terkadang pencuri berita itu terbidik meteor sebelum berita itu di berikan kepada temannya., lalu terbakar karenanya
Terkadang mereka tidak tertimpa meteor, lalu berita itu di lemparkan kepada teman setelahnya sampai ke teman yang lebih bawah lalu kebumi yang lebih bawah lagi.
Terkadang Sofyan berkata: …………. Lalu sampai ke bumi, lalu di jatuhkan ke mulut pensihir, lalu dia berdusta seratus kali macam kedustaan, lalu di benarkan.
Lalu orang – orang berkata: Bukankah pensihir telah memberi tahu kepada kita hari ini dan ini dan akan ada gini dan begini.
Lalu kita jumpai perkataan ahli sihir itu benar karena ada kalimat yang di dengar dari langit. [2]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bila ayat dan hadis tsb yang di buat pegangan, maka mohon di kaji ulang sebab takdir yang di putuskan di situ masih bersifat general – umum, mencakup pula kelahiran Abu Jahal atau Nabi Muhammad, baik atau jelek, kelahiran Firaun atau Musa. Jadi tidak bisa di hususkan untuk bayi Muhammad dalam kandungan. Karena itu, harus di letakkan kepada proposi yang benar dan jangan sampai membikin penyelewengan pengertiannya yang akan membikin kita konyol dan orang lain sesat, lalu hadis dan ayat di gunakan untuk kepentingan sektarian.
Dalam berzanji ada kalimat:
ِلأَنْوَارِهِ الذَّاتِيَّةِ
Cahaya – cahaya dzati –
Maksud cahaya – cahaya dzati ini bisa di pahami oleh ahli bid`ah, sebab ilmu mereka itu rasional atau tidak ………. tetap di terima. Hurofat monggoh, tahayyul tidak di berantas, ilmu - ilmu abstrak juga masih tumbuh dengan subur.
Cahaya dzati Muhammad ini maksudnya adalah Muhammad punya cahaya sekalipun bukan menjadi Nabi SAW atau menjadi penjahat. Ini yang tidak logis dan harus di buang.
Sebab Muhammad adalah manusia biasa sebagaimana ayat:
قُلْ اِنَّمَا اَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى اِلَيَّ اِنَّمَآاِلَهَكُمْ اِلَهٌ وَّاحِدٌ.
Katakanlah! Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahawa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa". Al-Kahfi, 18:110.
Dalam suatu ayat juga di jelaskan:
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ اْلأَرْضِ يَنْبُوعًا(90)أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ اْلأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا(91)أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلاً(92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلاَّ بَشَرًا رَسُولاً(93)
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca" Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?"[3]
Jadi Muhammad bukan mahluk lain tapi manusia belaka yang makan dan minum sebagaimana layaknya manusia sebagaimana ayat:
وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلاَّ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ(33)
Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.[4]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan