يَا نَبِي سَلاَمْ
عَلَيْكَ
Ya nabi salam ‘alaik
Wahai Nabi salam untukmu
Saya pernah melihat
seorang pelantun bernama Nusrat Fateh mengalunkan suaranya dengan lagu budaya muslim tradisionalis tsb dengan suara merdu. Di kelilingi dengan anak –anak lelaki dan perempuan. Dia menari – menari dan tangan di angkat ke
atas dan kebawah dengan membawa bunga. Nusrat fateh seorang pakistan yang
bersuara merdu, bergamis kuning cerah, berkopyah haji putih, kayaknya
penghuni Medinah. Kadang
mengenakan sorban hitam lalu di belakangnya menjulur sorban hitam panjang. Di sampingnya
seorang pakistan berkacamata, berewok, jenggotnya hitam tebal dengan membawa mikropon,
tampan wajahnya di iringi dengan musik, ketipung
dll membikin suasana menjadi
mungkar. Asalnya mendoakan kepada Nabi SAW agar mendapat
kesejahteraan, lalu di barengi dengan
musik yang di benci oleh Allah. Apa
jadinya itu, berdoa yang memerlukan
rendah diri, suara yang penuh dengan
belas kasih, tapi realita di muka kita
ini rupanya di lakukan oleh kalangan
awam atau ngerti tapi ilmunya di taruh di tas besar dan terkunci takkan di buka
lagi. Ilmu ada juga di pikiran tapi tidak di katakan atau di
gunakan amar ma`ruf. Malah menjadi pelopor kema`siatan. Orang awam melihat orang pintar
kok begitu. Awam yang lain
bilang dia mungkin punya landasan lalu
diam saja. Kebingungan dalam hatinya di
biarkan dan tidak di tanyakan kepada ulama
ahli hadis. Akhirnya kekesalan
dan kebingungan itu terbawa sampai mati dan habislah sudah urusannya di
dunia . Tinggal akhirat tempat balasan bagi umat manusia .
Saya juga pernah
melihat dengan mata kepala sendiri
dimana Haddad alwi yang di ikuti oleh banyak kalangan anak – anak lelaki dan
perempuan. Jadi kasidah ini sangat
populer tidak asing lagi. Kebanyakan
pengikutnya yang melantunkan kasidah tsb
adalah dari kalangan jamaah atau arab
bukan orang Jawa atau Sunda.
Saya juga pernah
dengar ya nabi salamun alaik yang di
dengungkan oleh Raihan dengan berbagai
tabuhan ketipung, terbang, kencér, tarian dan suara yang merdu sekali yang di
pentaskan di sumatra utara – atau Medan.
Para
pemainnya mengenakan sarung, baju dalam
lalu jas hitam dengan mengangguk angguk ketika melantunkan lagunya yang
terkadang menyusup ke renung hati. Tapi
bagi orang yang mengerti artinya kurang senang dengan cara seperti itu, Pertama
ia adalah doa mengapa berdoa dengan di tabuhi, tari – menari. Apakah tidak menghina kepada Allah azza wajal.
Inilah
kesenian yang di bari
baju dengan baju ke islaman yang bisa merupakan daya tarik bagi masarakat awam,
tapi tidak berpegangan kepada sariat sama sekali. Itu bukan kesenian Islam tapi jahiliyah. Apalagi di ahir bait terdapat kesyirikan . Dan ikutilah mulai Ya nabi sampai akhir nanti akan ketemu
komentar kami tentang kesyirikan di
dalamnya.
يَا نَبِي
سَلاَمْ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ سَلاَمْ عَلَيْكَ
يَا حَبِيْبْ سَلاَمْ
عَلَيْكَ صَلَوَاتُ الله عَلَيْكَ
Wahai Nabi, salam untukmu, wahai rasul, salam untukmu
Wahai kekasih,
salam untukmu shalawat dari Allah juga
untukmu.
أَشْرَقَ البَدْرُ عَلَـيْنَا فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُ
مِثْلَ حُسْنِكْ
مَارَاَيْنَا قَطُّ يَاوَجْهَ
السُّرُورِ
Bulan purnama telah memancar, lalu beberapa bulan purnama
redup
Seperti kebaikanmu, kami tidak melihatnya sama sekali
wahai wajah yang menggembirakan.
أَنْتَ شَمْشٌ أَنْتَ
بَدْرٌ أنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ
نُوْرِ
Engkau matahari
dan Engkau bulan. Engkau cahaya di atas cahaya.
Keterangan: Kalimat engkau cahaya di atas cahaya bisa
mengarah kepada kesyirikan. Karena cahaya di atas cahaya adalah Allah SWT.
sebagaimana firman-Nya :
اللَّهُ نُورُ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي
زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ
مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا
يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ
لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan
bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak
di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya
di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”[1]
Jadi ayat tersebut
dengan jelas menyatakan cahaya di atas cahaya adalah Allah SWT. Bila Nabi
disifati seperti itu sama dengan memposisikannya dengan Allah SWT. dan ini
kesyirikan yang nyata. Kita tidak usah membacanya. Dan tiada sahabat atau ulama
salaf dahulu yang menyatakan seperti itu.
أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالىِ أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ
Engkau rahasia
kehidupan dan yang termahal. Engkaulah penerang semua dada.
Keterangan: tiada
sahabat atau ulama salaf dahulu yang menyatakan seperti itu. Penyair menyatakan
Rasulullah sebagai penerang dalam dada. Menurut ayat al-Quran yang menerangi dada
adalah ajaran al-Quran sebagaimana ayat :
بَلْ هُوَ ءَايَاتٌ
بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا
إِلَّا الظَّالِمُونَ
“Sebenarnya,
al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang
diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-oang
yang zhalim.”[2]
يَاحَبِيْبِ يَا مُحَمَّدْ يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ
يَا مُؤَيَّدْ يَا
مُمَجَّدْ يَا إِمَـامَ
الْقِبْلَتَيْنِ
Wahai kekasihku
wahai Muhammad – wahai pengantin jin dan manusia.
Wahai orang yang
didukung dan diagungkan, wahai imam dua
kiblat.
Keterangan:
Kalimat Wahai orang yang didukung dan
diagungkan belum pernah dikatakan oleh
para sahabat kepada Nabi Ia perkara baru yang dilakukan oleh orang sekarang
dan belum tentu membikin gembira kepada Nabi . Boleh jadi akan membikin
kebencian.
مَنْ رَأَىٰ وَجْهَكَ
يَسْعَدْ يَا كَرِيْمَ
الْوَالِدَيْنِ
Orang yang
melihat wajahmu akan bahagia wahai orang yang kedua orang tuanya mulia.
Keterangan: Orang yang melihat wajahmu akan bahagia,
itulah apa yang dikatakan oleh penyair. Dan secara realita tidak benar. Bahkan
orang yang tahu ada kemungkinan memusuhinya seperti Abu Jahal, sebagaimana ayat :
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ
نَفْسَكَ عَلَى ءَاثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh
dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak
beriman kepada keterangan ini ( al-Quran).”[3]
Di ayat lain,
Allah SWT. berfirman :
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ
أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ(3)
“Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan
dirimu, karena mereka tidak beriman.”[4]
Allah SWT. juga
berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا
لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا
وَنَصِيرًا
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi
tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu
menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.”[5]
Ayat itu
menyatakan bahwa Rasulullah dimusuhi oleh orang – orang yang durja.
Bahkan orang yang
tidak menjumpai Rasulullah malah beriman kepadanya dan mendukungnya
sebagaimana yang diisyaratkan ayat
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ
بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”[6]
Maksud dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, adalah para tabi’in yang tidak melihat wajah Rasulullah
Untuk kedua ayah Rasulullah disebut
sebagai orang mulia mungkin saja karena
setiap nabi di utus dengan nasab yang baik. Namun bila maksud mulia ini kedua
orang tua nabi muslim masih belum dijumpai dalilnya. Kami hanya
menjumpai dalil sebagai berikut:
ٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ
رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا
قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ *
Dari Anas ra, sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah
, di manakah ayahku?“
Rasulullah ,
bersabda: “Di neraka. “
Ketika pulang, Rasulullah
memanggilnya lalu bersabda, ” Sesungguhnya
ayahku dan ayahmu di neraka.“[7]
Abu Hurairah ra berkata :
زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ
اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ
فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا
تُذَكِّرُ الْمَوْتَ *
“Nabi
Muhammad saw, berziarah kekuburan
ibunya,lalu memangis dan orang disekitarnya juga turut menangis. Beliau bersabda: “ Aku minta izin kepada Tuhanku
untuk memintakan ampun, tapi ditolak. Aku minta izin untuk berziarah kepadanya, lalu di perkenankan. Berziarahlah ke kubur, ia
bisa mengingatkan mati.”[8]
Kedua hadits tersebut yang sementara ini
kita buat pegangan dan belum menjumpai hadits lainnya. Keduanya menjelaskan
bahwa kedua ayah dan ibu Rasulullah tidak masuk Islam. Apalagi keduanya belum
menjumpai Rasulullah diutus.
حَوْضُكَ الصَّافىِ
الْمُبَرَّدْ وِرْدُنَا يَوْمَ
النُّشُورِ
Telagamu yang jernih dan dingin, kita
akan datang ke sana
pada hari kebangkitan.
مَا رَأَيْنَا الْعِيْسَ
حَنَّتْ بِالْتُرٰى إِلاَّ إِلَيْكَ
Kami tidak menjumpai onta baik yang
rindu lalu berjalan malam kecuali kepadamu.
Keterangan: Saya belum menjumpai hadits
sahih yang mendukung keterangan dari sang penyair itu. Yaitu Kami tidak
menjumpai onta baik yang rindu lalu berjalan malam kecuali kepadamu.
Memang saya dulu pernah jumpa haditsnya,
tapi saya belum tahu apakah sahih,lemah atau hasan. Sekarang saya cari lagi,
saya tidak menjumpainya.
Untuk orang–orang yang akan datang ke
telaga Kautsar hanyalah dari kalangan orang yang ikut kepadanya dengan sungguh
dan tidak menjalankan kebid`ahan. Rasulullah bersabda:
أَلَا وَإِنَّهُ يُجَاءُ
بِرِجَالٍ مِنْ أُمَّتِي فَيُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُولُ يَا رَبِّ
أُصَيْحَابِي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ
كَمَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ ( وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ
فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ ) فَيُقَالُ إِنَّ هَؤُلَاءِ لَمْ يَزَالُوا
مُرْتَدِّينَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ مُنْذُ فَارَقْتَهُمْ *
“Sesungguhnya beberapa lelaki dari umatku di
hadirkan,lalu di bawa ke golongan kiri (ahlun nar). Aku berkata : “ Wahai Tuhanku! mereka adalah
sahabatku “. Dikatakan : “ Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka
robah setelahmu. Aku akan berkata sebagaimana
perkataan hamba shalih:
وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ
وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Dan adalah aku menjadi
saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi
mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”[9]
Dikatakan: “Sesungguhnya mereka itu kembali kepada ajaran lama setelah
kamu mati.“[10]
Sebagian ulama ` menyatakan mereka dari umat Rasulullah yang digiring
ke golongan kiri adalah menjalankan bid`ah, mengubah ajaran asli dan melakukan
kesyirikan. Karena itu Rasulullah
bersabda :
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ
لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ صَوْمًا وَلَا صَلَاةً وَلَا صَدَقَةً وَلَا حَجًّا وَلَا
عُمْرَةً وَلَا جِهَادًا وَلَا صَرْفًا وَلَا عَدْلًا يَخْرُجُ مِنَ الْإِسْلَامِ
كَمَا تَخْرُجُ الشَّعَرَةُ مِنَ الْعَجِينِ *
“Allah tidak akan
menerima puasa, shalat, sedekah, haji,umrah, jihad, tobat dan tebusan ( fidyah
). Dia keluar dari Islam laksana rambut keluar dari adonan rati.”[11]
Dalam hadits lain,
tobat ahli bid`ah diterima dengan syarat meninggalkan bid`ah. Rasulullah
bersabda:
أَبَى اللَّهُ أَنْ
يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ
“Allah
tidak akan menerima amal
perbuatan ahli bid`ah hingga meninggalkan bid`ahnya.”[12] Namun dua hadis tsb palsu., kata al albani
وَالْغَمَامَةْ قَدْ
أَظَلَّتْ وَالْمَلاَ صَلُّوا
عَلَيْكَ
Awan telah menaungimu dan malaikat juga baca shalawat kepadamu.
Keterangan: Tentang kalimat penyair: Awan telah
menaungimu dan malaikat juga baca shalawat
kepadamu. Saya tidak menjumpai hadits sahih yang mendukungnya. Saya hanya
menjumpai hadits sebagai berikut :
فَلَمَّا جَلَسَ مَالَ
فَيْءُ الشَّجَرَةِ عَلَيْهِ فَقَالَ انْظُرُوا إِلَى فَيْءِ الشَّجَرَةِ مَالَ
عَلَيْهِ
“Ketika Rasulullah duduk, maka bayangan
pohon itu mengarah kepadanya, lalu rahib bilang : Lihat pada bayangan pohon
mengarah kepadanya.”[13]
Lemah karena Abdurrahman
bin Ghazwan Abu Nuh seorang perawi
terpercaya yang punya hadits yang diriwayatkan secara sendirian dan Yunus bin
Abu Ishaq yang terpercaya tapi kadang keliru.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Abu Isa berkata:
Ini hadits hasan yang gharib/aneh, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur
ini.
Saya katakan:
Tiada yang meriwayatkan kecuali Imam Tirmidzi.
وَأَتَاكَ الْعُوْدُ
يَبْكِى وَتَذَلَّلْ بَيْنَ
يَدَيْكَ
Tongkat datang
kepadamu dengan menangis dan merendah dimukamu.
وَاسْتَجَارَتْ
يَاحَبِيْبِى عِنْدَكَ الظَّبْيُ
النُّفُورُ
Kijang yang biasanya lari dari manusia pun minta pertolongan kepadamu wahai kekasihku!
Keterangan: Kijang yang datang kepada Nabi
untuk minta pertolongan tidak kami dapatkan dalilnya dari hadits yang sahih.
عِنْدَمَا شَدُّوا
الْمَحَامِلْ وَتَنَـادَوْا
لِلرَّحِيْلِ
جِئْتُهُمْ وَالدَّمْعُ
سَائِلْ قُلْتُ قِفْ لِى
يَادَلِيْلُ
وَتَحَمَّلْ لىِ رَسَائِلْ أَيُّهَا الشَّوْقُ الْجَزِيْلُ
نَحْوَهَا تِيْكَ
الْمَنَازِلْ فِى الْعَشِىِّ
وَالْبُكُورِ
Ketika mereka mengikat sekedup dan
mengumumkan untuk berangkat
Aku datang kepada mereka dengan
meneteskan air mata.
Aku berkata : Berhentilah wahai penunjuk
jalan.
Bawalah surat – suratku, isinya rindu yang besar
… Kepada tempat – tempat tinggal itu waktu pagi dan sore.
كُلُّ مَنْ فىِ الْكَوْنِ
هَامُوا فِيْكَ يَابَاهِى
الْجَبِيْنِ
وَلَهُمْ فِيْكَ غَرَامٌ وَاشْتِيَاقٌ وَحَنِيْنُ
Setiap orang di alam ini cinta kepadamu
wahai orang yang dahinya cerah
Mereka juga sangat cinta dan sangat
rindu
Keterangan: Rasulullah disebut sebagai orang yang dahinya cerah tidak pernah
dikatakan oleh para sahabat kepada beliau. Jadi kalimat tersebut baru. Setahu saya,
hanya penyair ini saja yang mengatakan seperti itu.
فىِ مَعَانِيْكَ اْلاَنَامُ قَدْ تَبَدَّتْ حَائِرِيْنَ
Para manusia sama bingung dalam mengerti ma`na – ma’na pada dirimu.
أَنْتَ لِلرُّسُلِ خِتَامٌ أَنْتَ لِلْمَوْلىٰ شَكُوْرَ
Engkau pamungkas para rasul, dan engkau sangat syukur kepada Allah
عَبْدُكَ الْمِسْكِيْنُ يَرْجُوْ فَضْلَكَ الْجَمَّ الْغَفِيْرُ
Hamba–Mu yang miskin berharap karuniamu yang banyak.
Keterangan: Kalimat tersebut jelas meminta/berdoa
kepada nabi yang sudah meninggal dunia dan ini termasuk kesyirikan yang nyata.
Bid`ah dan tidak boleh dilakukan.
فِيْكَ قَدْ اَحْسَنْتُ
ظِنِّى يَابَشِيْرُ يَا نَذِيْرُ
فَأَغِثْنىِ وَاَجِرْنىِ بَامُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ
Saya selalu berbaik sangka kepadamu wahai Nabi yang
memberi kabar gembira dan peringatan.
Tolonglah aku, selamatkan aku, wahai Nabi penyelamat dari neraka sa`ir
Keterangan: Kalimat Tolonglah aku, selamatkan aku, wahai Nabi penyelamat dari neraka sa`ir adalah kesyirikan yang
nyata karena minta tolong kepada manusia dan berdoa kepada
Nabi bukan minta kepada Allah SWT.
يَاغِيَاتىِ يَامَلاَذِى فىِ مُهِمَّاتِ اْلأُمُوْرِ
Wahai penolongku dan pelindungku dalam masalah – masalah yang penting
Keterangan: Syair tersebut juga syirik
dan tidak boleh dibaca karena menyatakan Muhammad adalah pelindungku dan
penolongku setiap ada musibah dan masalah penting yang lain. Ini bertentangan
dengan ayat :
وَإِذَا مَسَّ النَّاسَ
ضُرٌّ دَعَوْا رَبَّهُمْ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا أَذَاقَهُمْ مِنْهُ
رَحْمَةً إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ
“Dan
apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan
kembali bertobat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka
barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian daripada mereka
mempersekutukan Tuhannya.”[14]
Syair tersebut mirip dengan syair sebagai
berikut:
مُحَمَّدٌ زِيْنَةُ
الدُّنْيَا وَبَهْجَتُهَا مُحَمَّدٌ كَاشِفُ الْغَمَّاتِ وَالظُّلَمِ
Muhammad adalah
hiasan dunia dan keindahannya. Beliau pelenyap kesedihan dan kegelapan.
سَعِدْ عَبْدٌ قَدْ
تَمَلَّى وَانْجَلىٰ عَنْهُ
الْحَزِيْنُ
فِيْكَ يَابَدْرٌ تَجَلىَّ فَلَكَ الْوَصْفَ الْحَسِيْنُ
Berbahagialah
hamba yang telah bersenang–senang dan kesedihannya telah lenyap
Untukmu, wahai
bulan purnama yang tampak, engkau memiliki sifat yang baik
Keterangan:
maksudnya berbahagia dengan kekasihnya yakni Rasulullah , Rasulullah
dijuluki dengan bulan purnama tidak kami temukan haditsnya. Tapi ada
ayat sebagai berikut:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا(45)وَدَاعِيًا إِلَى
اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk
jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi
penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi lampu yang menerangi.”[15]
Tiada orang yang
lebih bersih keturunannya dari padamu
wahai kakek Husain
Padamulah Allah
memberikan rahmat untuk selamanya.
الَّلهُمَّ اغْفِرْلِي
ذُنُوْبِي وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ حِلَالِي
يَا وِلِيَّ
الْحَسَنَاتِ يَارَفِيْعَ الدَّرَجَاتِ
Ya Allah
ampunilah dosa – dosaku dan jadikanlah surga sebagai tempat tinggalku
Wahai Tuhan yang
menyenangi kebaikan, wahai Tuhan yang tinggi derajatnya
كَفِّرَنْ عَنِّي
الذُّنوُبَ وَاغْفِرْ عَنِّي
السَّيِّئَاتِ
أَنْتَ غَفَّارُ
الْخَطَايَا وَالذُّنُوْبِ
اْلمُوْبِقَاتِ
أَنْتَ سَتَّارُ
اْلمَسَاوِي وَمُقِيْلُ الْعَثَراَتِ
عَالِمُ السِّرِّ
وَأَخْفَى مُسْتَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
Hapuslah dosa –
dosaku, ampunilah kejelekanku
Engkau Maha
Pengampun kesalahan dan dosa – dosa yang
merusak.
Engkau penutup
kejelekan dan mengampuni kekeliruan
Engkau mengetahui
rahasia dan yang lebih samar, yang
mengabulkan doa.
Keterangan:
Terkadang kasidah itu dibaca dengan tambahan
kalimat "marhaban" Jadi seolah pengertiannya yang pengampun dosa bukan Allah SWT. tapi nabi
Muhammad . Dan ini bisa membikin kesyirikan.
رَبِّ فَارْحَمْنَا
جَمِيْعًا وَامْحُ عَنَّا السَّيِّئَاتِ
رَبِّ فَارْحَمْنَا
جَمِيْعًا ِبجَمِيْعِ الصَّالِحَاتِ
Wahai Tuhanku!
belaskasihanilah seluruh kami dan hapuslah kejelekan kami
Wahai Tuhanku!
belaskasihanilah seluruh kami dengan melakukan
yang baik.
صَلَّى الله عَلَى
أَحْمَد عَدَّ تَحْرِيْرِ السُّظُورْ
أَحْمَدَ اْلهَادِي
مُحَمَّد صَاحِبِ الْوَجْهِ
الْمُنِيْر
Semoga Allah
memberikan rahmat kepada Muhammad sesuai dengan jumlah tulisan garis - Ahmad – Muhammad yang menjadi petunjuk yang berwajah cemerlang.
Bacalah
lagi diblog ke dua : www.mantankyainu2.blogspot.com
Mau
telp atau sms: 085852588175. 03140158866. 088803080803.. sms langsung ke laptop
08819386306.
Artikel Terkait
Kenapa gak langsung tanya ke ketua NU apakah itu syirik atau tidak mas?
BalasHapuskan langsung rajanya. kalo langsung nyerang raja kan bawahnya samikna wa ato'na
kalo kayak gini. malah bikin perpecahan umat islam.
Untuk ayik......................, cepat laporkan saja ke sana.
Hapusterlalu dangkal pemikiran anda menilai tentang pemahaman padahal apa yang anda tulis hanya fikiran negatif yg ada pada fikiran anda.
BalasHapusUNtuk majelis_dzikir Helmi
HapusPenilaian positifmu tidak paham kesyirikan karena kebodohan
Semoga allah swt memberikan anda hidayh
HapusHuum..semoga diberi hidayah..
Hapusdan lekas sembuh..