Senin, Juni 11, 2012

Kesyirikan dalam Ya nabi salam alaika

يَا نَبِي سَلاَمْ عَلَيْكَ 
Ya nabi salam ‘alaik
Wahai Nabi salam untukmu

Saya pernah melihat seorang pelantun bernama Nusrat Fateh mengalunkan suaranya dengan lagu budaya  muslim tradisionalis tsb dengan suara merdu.  Di kelilingi dengan anak –anak lelaki  dan perempuan.  Dia menari – menari dan tangan di angkat ke atas  dan kebawah dengan membawa bunga.  Nusrat fateh seorang pakistan yang bersuara merdu,  bergamis kuning cerah,   berkopyah haji putih,  kayaknya  penghuni Medinah.  Kadang mengenakan sorban hitam lalu di belakangnya menjulur sorban hitam panjang.  Di sampingnya  seorang pakistan  berkacamata,  berewok,  jenggotnya hitam tebal dengan membawa mikropon,  tampan wajahnya di iringi dengan musik,  ketipung  dll membikin suasana  menjadi mungkar.  Asalnya  mendoakan kepada Nabi SAW agar mendapat kesejahteraan,  lalu di barengi dengan musik yang di benci oleh Allah.  Apa jadinya itu,  berdoa yang memerlukan rendah diri,  suara yang penuh dengan belas kasih,  tapi realita di muka kita ini rupanya di lakukan  oleh kalangan awam atau ngerti tapi ilmunya di taruh di tas besar dan terkunci takkan di buka lagi.  Ilmu ada  juga di pikiran tapi tidak di katakan atau di gunakan amar ma`ruf.   Malah menjadi pelopor kema`siatan.  Orang awam melihat  orang pintar  kok begitu.  Awam yang lain bilang  dia mungkin punya landasan lalu diam saja.  Kebingungan dalam hatinya di biarkan dan tidak di tanyakan kepada ulama  ahli hadis.  Akhirnya  kekesalan  dan kebingungan itu terbawa sampai mati dan habislah sudah urusannya di dunia .  Tinggal akhirat  tempat balasan bagi umat manusia .  
Saya juga pernah melihat dengan mata kepala  sendiri dimana Haddad alwi yang di ikuti oleh banyak kalangan anak – anak lelaki dan perempuan.  Jadi kasidah ini sangat populer tidak asing lagi.  Kebanyakan pengikutnya  yang melantunkan kasidah tsb adalah dari kalangan  jamaah atau arab bukan orang Jawa atau Sunda.
Saya juga pernah dengar  ya nabi salamun alaik yang di dengungkan oleh Raihan  dengan berbagai tabuhan ketipung,  terbang,  kencér,   tarian dan suara yang merdu sekali yang di pentaskan di sumatra utara – atau Medan.  Para pemainnya mengenakan sarung,  baju dalam lalu jas hitam dengan mengangguk angguk ketika melantunkan lagunya yang terkadang  menyusup ke renung hati.  Tapi  bagi orang yang mengerti artinya kurang senang dengan cara seperti itu,  Pertama  ia adalah doa mengapa berdoa dengan di tabuhi,  tari – menari.  Apakah tidak menghina kepada Allah azza wajal.  Inilah  kesenian yang di bari baju dengan baju ke islaman yang bisa merupakan daya tarik bagi masarakat awam,  tapi tidak berpegangan  kepada sariat sama sekali.  Itu bukan kesenian Islam tapi jahiliyah.  Apalagi di ahir bait terdapat  kesyirikan . Dan ikutilah  mulai Ya nabi sampai akhir nanti akan ketemu komentar  kami tentang kesyirikan di dalamnya.



يَا نَبِي سَلاَمْ عَلَيْكَ              يَا رَسُولَ سَلاَمْ عَلَيْكَ
يَا حَبِيْبْ سَلاَمْ عَلَيْكَ      صَلَوَاتُ الله عَلَيْكَ


Wahai Nabi, salam untukmu,  wahai rasul, salam untukmu
Wahai kekasih, salam untukmu  shalawat dari Allah juga untukmu.
أَشْرَقَ البَدْرُ عَلَـيْنَا             فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُ
مِثْلَ حُسْنِكْ مَارَاَيْنَا             قَطُّ يَاوَجْهَ السُّرُورِ

Bulan purnama telah memancar, lalu beberapa bulan purnama redup
Seperti kebaikanmu, kami tidak melihatnya sama sekali wahai wajah yang menggembirakan.


أَنْتَ شَمْشٌ أَنْتَ بَدْرٌ           أنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرِ

Engkau matahari dan Engkau bulan. Engkau cahaya di atas cahaya.

Keterangan:  Kalimat engkau cahaya di atas cahaya bisa mengarah kepada kesyirikan. Karena cahaya di atas cahaya adalah Allah SWT. sebagaimana  firman-Nya :
اللَّهُ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”[1]
Jadi ayat tersebut dengan jelas menyatakan cahaya di atas cahaya adalah Allah SWT. Bila Nabi  disifati seperti itu sama dengan memposisikannya dengan Allah SWT. dan ini kesyirikan yang nyata. Kita tidak usah membacanya. Dan tiada sahabat atau ulama salaf dahulu yang menyatakan seperti itu.

أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالىِ              أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ
Engkau rahasia kehidupan dan yang termahal. Engkaulah penerang semua dada.

Keterangan: tiada sahabat atau ulama salaf dahulu yang menyatakan seperti itu. Penyair menyatakan Rasulullah  sebagai penerang dalam dada. Menurut ayat al-Quran yang menerangi dada adalah ajaran al-Quran sebagaimana ayat :
بَلْ هُوَ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
“Sebenarnya,  al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-oang yang zhalim.”[2]


يَاحَبِيْبِ يَا مُحَمَّدْ               يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ
يَا مُؤَيَّدْ يَا مُمَجَّدْ               يَا إِمَـامَ الْقِبْلَتَيْنِ

Wahai kekasihku wahai Muhammad – wahai pengantin jin dan manusia.
Wahai orang yang didukung  dan diagungkan, wahai imam dua kiblat.


Keterangan: Kalimat Wahai orang yang didukung  dan diagungkan  belum pernah dikatakan oleh para sahabat kepada Nabi  Ia perkara baru yang dilakukan oleh orang sekarang dan belum tentu membikin gembira kepada Nabi . Boleh jadi akan membikin kebencian.
مَنْ رَأَىٰ وَجْهَكَ يَسْعَدْ         يَا كَرِيْمَ الْوَالِدَيْنِ

Orang yang melihat wajahmu akan bahagia wahai orang yang kedua orang tuanya mulia.

Keterangan:  Orang yang melihat wajahmu akan bahagia, itulah apa yang dikatakan oleh penyair. Dan secara realita tidak benar. Bahkan orang yang tahu ada kemungkinan memusuhinya seperti Abu Jahal, sebagaimana  ayat :
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى ءَاثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini ( al-Quran).”[3]
Di ayat lain, Allah SWT. berfirman :
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ(3)
“Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.”[4]

Allah SWT. juga berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.”[5]
Ayat itu menyatakan bahwa Rasulullah  dimusuhi oleh orang – orang yang durja.

Bahkan orang yang tidak menjumpai Rasulullah  malah beriman kepadanya dan mendukungnya sebagaimana  yang diisyaratkan ayat 
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”[6]
Maksud dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, adalah para tabi’in yang tidak melihat wajah Rasulullah 

Untuk kedua ayah Rasulullah  disebut sebagai orang mulia mungkin saja karena  setiap nabi di utus dengan nasab yang baik. Namun bila  maksud mulia ini kedua orang tua nabi muslim masih belum dijumpai dalilnya. Kami hanya menjumpai dalil sebagai berikut:
ٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ *
Dari Anas ra, sesungguhnya  seorang lelaki berkata: Wahai   Rasulullah , di manakah ayahku?“ 
Rasulullah  ,  bersabda: “Di neraka. “
Ketika pulang, Rasulullah  memanggilnya lalu bersabda, ” Sesungguhnya  ayahku dan ayahmu di neraka.“[7]
Abu Hurairah ra berkata :
زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ *
“Nabi Muhammad saw,  berziarah kekuburan ibunya,lalu memangis dan orang disekitarnya juga  turut menangis. Beliau bersabda:  “ Aku minta izin kepada  Tuhanku  untuk memintakan ampun,   tapi ditolak. Aku minta izin untuk  berziarah kepadanya,  lalu di perkenankan. Berziarahlah ke kubur, ia bisa mengingatkan mati.”[8]
Kedua hadits tersebut yang sementara ini kita buat pegangan dan belum menjumpai hadits lainnya. Keduanya menjelaskan bahwa kedua ayah dan ibu Rasulullah  tidak masuk Islam. Apalagi keduanya belum menjumpai Rasulullah  diutus.
حَوْضُكَ الصَّافىِ الْمُبَرَّدْ          وِرْدُنَا يَوْمَ النُّشُورِ

Telagamu yang jernih dan dingin, kita akan datang ke sana pada hari kebangkitan.
مَا رَأَيْنَا الْعِيْسَ حَنَّتْ       بِالْتُرٰى إِلاَّ إِلَيْكَ


Kami tidak menjumpai onta baik yang rindu lalu berjalan malam kecuali kepadamu.

Keterangan: Saya belum menjumpai hadits sahih yang mendukung keterangan dari sang penyair itu. Yaitu Kami tidak menjumpai onta baik yang rindu lalu berjalan malam kecuali kepadamu.
Memang saya dulu pernah jumpa haditsnya, tapi saya belum tahu apakah sahih,lemah atau hasan. Sekarang saya cari lagi, saya tidak menjumpainya.
Untuk orang–orang yang akan datang ke telaga Kautsar hanyalah dari kalangan orang yang ikut kepadanya dengan sungguh dan tidak menjalankan kebid`ahan. Rasulullah  bersabda:
أَلَا وَإِنَّهُ يُجَاءُ بِرِجَالٍ مِنْ أُمَّتِي فَيُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُصَيْحَابِي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ كَمَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ ( وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ ) فَيُقَالُ إِنَّ هَؤُلَاءِ لَمْ يَزَالُوا مُرْتَدِّينَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ مُنْذُ فَارَقْتَهُمْ *
“Sesungguhnya beberapa lelaki dari umatku di hadirkan,lalu di bawa ke golongan kiri (ahlun nar). Aku  berkata : “ Wahai Tuhanku! mereka adalah sahabatku “. Dikatakan : “ Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka robah setelahmu. Aku akan berkata sebagaimana  perkataan  hamba shalih:
وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan  aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”[9]
Dikatakan: “Sesungguhnya  mereka itu kembali kepada ajaran lama setelah kamu mati.“[10]
 
Sebagian  ulama ` menyatakan  mereka dari umat Rasulullah  yang digiring ke golongan kiri adalah  menjalankan  bid`ah, mengubah ajaran asli dan melakukan kesyirikan. Karena  itu  Rasulullah   bersabda :
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ صَوْمًا وَلَا صَلَاةً وَلَا صَدَقَةً وَلَا حَجًّا وَلَا عُمْرَةً وَلَا جِهَادًا وَلَا صَرْفًا وَلَا عَدْلًا يَخْرُجُ مِنَ الْإِسْلَامِ كَمَا تَخْرُجُ الشَّعَرَةُ مِنَ الْعَجِينِ *
“Allah tidak akan menerima puasa, shalat, sedekah, haji,umrah, jihad, tobat dan tebusan ( fidyah ).  Dia keluar dari Islam laksana  rambut keluar dari adonan rati.”[11]
Dalam hadits lain, tobat ahli bid`ah diterima dengan syarat meninggalkan bid`ah. Rasulullah  bersabda:
أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ
“Allah  tidak akan menerima  amal perbuatan ahli bid`ah hingga meninggalkan bid`ahnya.”[12]  Namun dua hadis tsb palsu., kata al albani
وَالْغَمَامَةْ قَدْ أَظَلَّتْ             وَالْمَلاَ صَلُّوا عَلَيْكَ

Awan telah menaungimu  dan malaikat juga baca shalawat kepadamu.

Keterangan: Tentang kalimat penyair: Awan telah menaungimu  dan malaikat juga baca shalawat kepadamu. Saya tidak menjumpai hadits sahih yang mendukungnya. Saya hanya menjumpai hadits sebagai berikut :

فَلَمَّا جَلَسَ مَالَ فَيْءُ الشَّجَرَةِ عَلَيْهِ فَقَالَ انْظُرُوا إِلَى فَيْءِ الشَّجَرَةِ مَالَ عَلَيْهِ
“Ketika Rasulullah  duduk, maka bayangan pohon itu mengarah kepadanya, lalu rahib bilang : Lihat pada bayangan pohon mengarah kepadanya.”[13]
Lemah karena Abdurrahman bin Ghazwan Abu Nuh  seorang perawi terpercaya yang punya hadits yang diriwayatkan secara sendirian dan Yunus bin Abu Ishaq yang terpercaya tapi kadang keliru.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Abu Isa berkata: Ini hadits hasan yang gharib/aneh, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.
Saya katakan: Tiada yang meriwayatkan kecuali Imam Tirmidzi. 

وَأَتَاكَ الْعُوْدُ يَبْكِى               وَتَذَلَّلْ بَيْنَ يَدَيْكَ

Tongkat datang kepadamu dengan menangis dan merendah dimukamu.

وَاسْتَجَارَتْ يَاحَبِيْبِى            عِنْدَكَ الظَّبْيُ النُّفُورُ

Kijang yang biasanya lari dari manusia pun  minta pertolongan kepadamu wahai kekasihku!

Keterangan: Kijang yang datang kepada Nabi  untuk minta pertolongan tidak kami dapatkan dalilnya dari hadits yang sahih.
عِنْدَمَا شَدُّوا الْمَحَامِلْ           وَتَنَـادَوْا لِلرَّحِيْلِ
جِئْتُهُمْ وَالدَّمْعُ سَائِلْ            قُلْتُ قِفْ لِى يَادَلِيْلُ
وَتَحَمَّلْ لىِ رَسَائِلْ              أَيُّهَا الشَّوْقُ الْجَزِيْلُ
نَحْوَهَا تِيْكَ الْمَنَازِلْ            فِى الْعَشِىِّ وَالْبُكُورِ

Ketika mereka mengikat sekedup dan mengumumkan  untuk berangkat
Aku datang kepada mereka dengan meneteskan air mata.
Aku berkata : Berhentilah wahai penunjuk jalan.
Bawalah surat – suratku, isinya rindu yang besar
… Kepada tempat – tempat tinggal itu waktu pagi dan sore.

كُلُّ مَنْ فىِ الْكَوْنِ هَامُوا        فِيْكَ يَابَاهِى الْجَبِيْنِ
وَلَهُمْ فِيْكَ غَرَامٌ           وَاشْتِيَاقٌ وَحَنِيْنُ

Setiap orang di alam ini cinta kepadamu wahai orang yang dahinya cerah
Mereka juga sangat cinta dan sangat  rindu

Keterangan:   Rasulullah disebut sebagai orang yang dahinya cerah tidak pernah dikatakan oleh para sahabat kepada beliau. Jadi kalimat tersebut baru. Setahu saya, hanya penyair ini saja yang mengatakan seperti itu.
فىِ مَعَانِيْكَ اْلاَنَامُ                قَدْ تَبَدَّتْ حَائِرِيْنَ

Para manusia sama bingung dalam mengerti ma`na – ma’na pada dirimu.
أَنْتَ لِلرُّسُلِ خِتَامٌ               أَنْتَ لِلْمَوْلىٰ شَكُوْرَ

Engkau pamungkas para rasul, dan engkau sangat syukur kepada Allah
عَبْدُكَ الْمِسْكِيْنُ يَرْجُوْ          فَضْلَكَ الْجَمَّ الْغَفِيْرُ

Hamba–Mu yang miskin berharap  karuniamu yang banyak.


Keterangan: Kalimat tersebut jelas meminta/berdoa kepada nabi yang sudah meninggal dunia dan ini termasuk kesyirikan yang nyata. Bid`ah dan tidak boleh dilakukan.
فِيْكَ قَدْ اَحْسَنْتُ ظِنِّى          يَابَشِيْرُ يَا نَذِيْرُ
فَأَغِثْنىِ وَاَجِرْنىِ             بَامُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ

Saya selalu  berbaik sangka kepadamu wahai Nabi yang memberi kabar gembira dan peringatan.
Tolonglah aku, selamatkan aku, wahai Nabi penyelamat dari neraka sa`ir

Keterangan: Kalimat Tolonglah aku, selamatkan aku, wahai Nabi penyelamat dari neraka sa`ir adalah kesyirikan yang nyata  karena  minta tolong kepada manusia dan berdoa kepada Nabi bukan minta kepada Allah SWT.
يَاغِيَاتىِ يَامَلاَذِى                فىِ مُهِمَّاتِ اْلأُمُوْرِ

Wahai penolongku dan pelindungku  dalam masalah – masalah yang penting


Keterangan: Syair tersebut juga syirik dan tidak boleh dibaca karena menyatakan Muhammad  adalah pelindungku dan penolongku setiap ada musibah dan masalah penting yang lain. Ini bertentangan dengan ayat :
وَإِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوْا رَبَّهُمْ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا أَذَاقَهُمْ مِنْهُ رَحْمَةً إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ
“Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertobat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian daripada mereka mempersekutukan Tuhannya.”[14]
Syair tersebut mirip dengan syair sebagai berikut:
مُحَمَّدٌ زِيْنَةُ الدُّنْيَا وَبَهْجَتُهَا  مُحَمَّدٌ  كَاشِفُ الْغَمَّاتِ وَالظُّلَمِ
Muhammad adalah hiasan dunia dan keindahannya. Beliau pelenyap kesedihan dan kegelapan.
سَعِدْ عَبْدٌ قَدْ تَمَلَّى             وَانْجَلىٰ عَنْهُ الْحَزِيْنُ
فِيْكَ يَابَدْرٌ تَجَلىَّ               فَلَكَ الْوَصْفَ الْحَسِيْنُ

Berbahagialah hamba yang telah bersenang–senang dan kesedihannya telah lenyap
Untukmu, wahai bulan purnama yang tampak, engkau memiliki sifat yang baik

Keterangan: maksudnya berbahagia dengan kekasihnya yakni Rasulullah ,  Rasulullah   dijuluki dengan bulan purnama tidak kami temukan haditsnya. Tapi ada ayat sebagai berikut:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا(45)وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi lampu yang menerangi.”[15]

Tiada orang yang lebih bersih keturunannya  dari padamu wahai kakek Husain
Padamulah Allah memberikan rahmat untuk selamanya.

الَّلهُمَّ اغْفِرْلِي ذُنُوْبِي  وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ حِلَالِي
يَا وِلِيَّ الْحَسَنَاتِ   يَارَفِيْعَ الدَّرَجَاتِ
Ya Allah ampunilah dosa – dosaku dan jadikanlah surga sebagai tempat tinggalku
Wahai Tuhan yang menyenangi kebaikan, wahai Tuhan yang tinggi derajatnya
كَفِّرَنْ عَنِّي الذُّنوُبَ  وَاغْفِرْ عَنِّي السَّيِّئَاتِ
أَنْتَ غَفَّارُ الْخَطَايَا   وَالذُّنُوْبِ اْلمُوْبِقَاتِ
أَنْتَ سَتَّارُ اْلمَسَاوِي   وَمُقِيْلُ الْعَثَراَتِ
عَالِمُ السِّرِّ وَأَخْفَى   مُسْتَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
Hapuslah dosa – dosaku, ampunilah kejelekanku
Engkau Maha Pengampun  kesalahan dan dosa – dosa yang merusak.
Engkau penutup kejelekan dan mengampuni kekeliruan    
Engkau mengetahui rahasia dan yang lebih samar,  yang mengabulkan doa.

Keterangan: Terkadang kasidah itu dibaca dengan tambahan  kalimat "marhaban" Jadi seolah pengertiannya yang  pengampun dosa bukan Allah SWT. tapi nabi Muhammad . Dan ini bisa membikin kesyirikan.
رَبِّ فَارْحَمْنَا جَمِيْعًا  وَامْحُ عَنَّا السَّيِّئَاتِ
رَبِّ فَارْحَمْنَا جَمِيْعًا  ِبجَمِيْعِ الصَّالِحَاتِ

Wahai Tuhanku! belaskasihanilah seluruh kami dan hapuslah kejelekan kami
Wahai Tuhanku! belaskasihanilah seluruh kami dengan melakukan  yang baik.

صَلَّى الله عَلَى أَحْمَد    عَدَّ تَحْرِيْرِ السُّظُورْ
أَحْمَدَ اْلهَادِي مُحَمَّد      صَاحِبِ الْوَجْهِ الْمُنِيْر
Semoga Allah memberikan rahmat kepada Muhammad sesuai dengan jumlah tulisan garis -  Ahmad – Muhammad  yang menjadi petunjuk yang berwajah cemerlang.
Bacalah lagi diblog ke dua : www.mantankyainu2.blogspot.com
Mau telp atau sms: 085852588175. 03140158866. 088803080803.. sms langsung ke laptop 08819386306.






[1] Surat al-Nur: 35
[2] Al ankabut 49
[3] Surat al-Kahfi:6
[4] Syuara` 3
[5]  Surat al-Furqan:31
[6] Attaubah 100
[7] Shahih Muslim /Iman /203. Abu Dawud  /Sunah /4718  . Ahmad  / Baqi musnad muktsirin / 13432
[8] Muslim 976,Nasai 2034
[9] Surat al-Maidah:117
[10] Muttafaq ‘alaih., Shahih al-Bukhari 4625
[11] Ibnu Majah 49.
[12] HR Ibnu Majah  50
[13] Sunan al-Tirmidzi 3620.
[14]  Surat al-Rum: 33
[15] Surat al-Ahzab:45-46
Artikel Terkait

6 komentar:

  1. Kenapa gak langsung tanya ke ketua NU apakah itu syirik atau tidak mas?
    kan langsung rajanya. kalo langsung nyerang raja kan bawahnya samikna wa ato'na
    kalo kayak gini. malah bikin perpecahan umat islam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk ayik......................, cepat laporkan saja ke sana.

      Hapus
  2. terlalu dangkal pemikiran anda menilai tentang pemahaman padahal apa yang anda tulis hanya fikiran negatif yg ada pada fikiran anda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. UNtuk majelis_dzikir Helmi
      Penilaian positifmu tidak paham kesyirikan karena kebodohan

      Hapus
    2. Huum..semoga diberi hidayah..
      dan lekas sembuh..

      Hapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan