Kamis, September 29, 2011

Asalnya tidak cocok dengan saya lalu kagum

 

langit malam mengatakan...
Pak, yang namanya ittiba' kan butuh pemahaman, untuk memahami butuh berpikir dan itulah yang dimaksud ijtihad (melihat, berpikir, memutuskan). Seperti yang anda lakukan itu juga ijtihad karena anda banyak memutuskan perkara berdasar Qur'an dan Sunnah. Alqur'an dan Sunnah anda jadikan rujukan untuk menanggapi dan mengkritisi fenomena yang ada itu berarti anda berijtihad kepada alqur'an dan hadits.
 Apa ada cerita bom di qur'an, cerita tentang kyai, tentang tokoh2 ulama, tentang tradisi, dll. Itu kan gag ada dalam qur'an dan sunnah. Lalu anda mengambil dalil dari alqur'an dan sunnah untuk mengkritisi dan menanggapinya itu kan berarti anda ijtihad kpd qur'an dan hadits. Dan perlu anda ketahui ijtihad itu cuma istilah saja karena pada hakikatnya itu sama dg ittiba'.....
saya ini pengamat, dan hasil pengamatan saya sampeyan perlu mengkoreksi lagi dalam pemahaman anda tentang ushul fiqh, mantiq, balaghoh, dll karena anda sering menanggapi kata2 / kalimat yang sifatnya majaz dengan dalil tauhid, padahal ini bukan tempatnya..... keindahan bahasa (sastra yang di dalamnya termasuk majaz) jangan ditanggapi dengan dalil tauhid nanti jatuhnya akan syirik.
 Dalam akhir surah taubah Kanjeng Nabi diberi gelar Ro'uf dan Rohim. Itu termasuk majaz, bukan berarti kanjeng nabi memiliki sifat Ro'fah dan rohmah sprti halnya Alloh. Tapi hakikatnya Alloh yang menjadikan Nabi memiliki sifat tersebut dan sifat Nabi tersebut tidak sama dengan sifat Alloh.
Dan lagi ada ayat:حتى يغيروا ما بأنفسهم secara ilmu tauhid (hakikat) tidak ada satupun manusia yang bisa merubah nasibnya, kalimat ini juga termasuk majaz yang artinya Alloh jugalah yang merubah perilaku dan nasib mereka. tapi Alloh mendawuhkan dalam Alqur'an dg bentuk spt itu (majaz) mnunjukkan bahwa kita harus tetap berikhtiar walaupun pada hakikatnya Alloh yang menentukan karena ikhtiar sendiri adalah ibadah dan ini mennjukkan bahwa alqur'an itu mmiliki bahasa yang sangat indah, maka untuk memahaminya mmrlukan ilmu yang bermacam-macam dan sngat dlm. Begitu pula masalah fiqh jangan pakai dalil tauhid seperti tulisan anda di atas,
dari dulu sampai sekarang Alloh memang tidak mmiliki sekutu / partner dalam mnntukan dan mmbuat syari'at, memang dari dulu seperti itu. Yang jadi masalah kenapa orang sprt Imam Syafi'i anda anggap menambahi dan membuat syari'at baru, dari sisi mana????? karena sandaran beliau tetap qur'an dan hadits, tapi hasil ijtihad beliau memang bukan qur'an dan memang bukan hadits, tapi termasuk dalam ilmu fikih. Dari dulu spt itu....
. saya suka kalau anda kritis tapi tolong pahami dulu masalahnya (dengan ilmu mantiq). Namun di sisi lain yang paling fantastis dan sya kagumi dari seorang spt anda di sini anda mengkoreksi dan menyalahkan kitab2 salaf, dan juga anda berani mengkoreksi status2 hadits, ini brarti anda trmasuk ahli hadits yang hafalan haditsnya ribuan dan mnrut saya anda patut mndapat pnghargaan. Saya juga pengen tertawa sbnarnya kalo ada orang berdebat dengan anda apalagi smpai gontok2an. Apa mereka gag tahu kalo anda inikan sdah mngkoreksi plhan bhkan rtusan kitab, shrusny mrka tahu itu spya mreka dpat lbih arif mnanggapi paparan dari orang spt anda. Untuk orang 2 NU janganlah memakai emosi, jangan suka ribut, dipikir dulu karena sudah kita saksikan bahwa pak ali ini memang sudah mengkrtisi dan mengkoreksi kitab2 para ulama' (kitab kuning)jadi beliau ini sharusnya kita acungi jempol. Inilah hasil pengmatan saya tentang anda..... trima kasih, wal'afwu minkum............

 

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Anda menyatakan :
Apa ada cerita bom di qur'an, cerita tentang kyai, tentang tokoh2 ulama, tentang tradisi, dll. Itu kan gag ada dalam qur'an dan sunnah. Lalu anda mengambil dalil dari alqur'an dan sunnah untuk mengkritisi dan menanggapinya itu kan berarti anda ijtihad kpd qur'an dan hadits. Dan perlu anda ketahui ijtihad itu cuma istilah saja karena pada hakikatnya itu sama dg ittiba'.....
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Setahu saya ijtihad sebagaimana di definisikan oleh ulama  sbb :
الْمُوَافَقَاتِ - (جَ 5 / صَ 11)
الاجْتِهَادُ هُوَ اسْتِفْرَاغُ الْجُهْدِ وَبَذْلُ غَايَةِ الْوُسْعِ، إِمَّا فِيْ دَرَكِ الْأَحْكَامِ الْشَّرْعِيَّةِ، وَإِمَّا فِيْ تَطْبِيْقِهَا،
الْمَوْسُوْعَةُ الْفِقْهِيَّةُ الْكُوَيْتِيَّةِ - (جَ 1 / صَ 19)
إِنَّ الاِجْتِهَادَ هُوَ بَذْل الطَّاقَةِ مِنْ الْفَقِيهِ فِي تَحْصِيل حُكْمٍ شَرْعِيٍّ ظَنِّيٍّ " .
Dalam kitab Ketikkan teks atau alamat situs web atau terjemahkan dokumen.

Terjemahan Arab ke Bahasa Indonesia

Al muwafaqataaaaaaaal muwafaqat (Juz 5 / hal 11) terdapat keterangan sbb :
Ijtihad  adalah upaya dan usaha sekuat mungkin , baik dalam mendapatkan  hukum syar`i, atau  dalam aplikasi nya ,

Dalam Encyplopedi Fiqhiyyah Kuwait - (Juz 1 / hal 19) terdapat keterangan  sbb :

Sesungguhnya Ijtihad  adalah  upaya  dari ahli hukum dalam mendapatkan hukum syar`I yang dhonni ( serba perasangka )  "

Jadi beda sekali dengan sekedar ittiba` pada nabi SAW bukan Ibtida` , kalau ittiba` ikut Nabi SAW dan kalau Ibtida` bikin bid`ah.

Anda menyatakan :
saya ini pengamat, dan hasil pengamatan saya sampeyan perlu mengkoreksi lagi dalam pemahaman anda tentang ushul fiqh, mantiq, balaghoh, dll karena anda sering menanggapi kata2 / kalimat yang sifatnya majaz dengan dalil tauhid, padahal ini bukan tempatnya..... keindahan bahasa (sastra yang di dalamnya termasuk majaz) jangan ditanggapi dengan dalil tauhid nanti jatuhnya akan syirik.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Mana keterangan saya yang menurut anda keliru , tolong tunjukkan , jangan  di simpan di hati , tapi katakan , jangan diam saja , atau tulislah jangan uneg – uneg di hati saja agar tidak menyesatkan kepada orang banyak . Pada hal keinginan dan harapan kita bukan harapan musuh kita mengarahkan mereka kepada  kebenaran bukan kepada kebid`ahan yang sesat sebagaimana di harapkan oleh musuh – musuh Allah .
Bila kalimat syirik lalu di anggap majaz , akhirnya tiada kesyrrikan dan yang ada hanyalah tauhid. Ini paradok sekali dengan realita atau ayat :
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ   
12.106. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).
Anda menyatakan lagi :
Dan lagi ada ayat:حتى يغيروا ما بأنفسهم secara ilmu tauhid (hakikat) tidak ada satupun manusia yang bisa merubah nasibnya, kalimat ini juga termasuk majaz yang artinya Alloh jugalah yang merubah perilaku dan nasib mereka. tapi Alloh mendawuhkan dalam Alqur'an dg bentuk spt itu (majaz)

Komentarku ( Mahrus ali ) :
 Siapakah di antara  ulama mulai dulu sampai sekarang yang menyatakan ayat tsb majazi bukan hakiki . Mana  refrensinya yang akurat bukan sekedar omongan dari mulut ke mulut.


Anda menyatakan :
Alloh yang menentukan karena ikhtiar sendiri adalah ibadah dan ini mennjukkan bahwa alqur'an itu mmiliki bahasa yang sangat indah, maka untuk memahaminya mmrlukan ilmu yang bermacam-macam dan sngat dlm. Begitu pula masalah fiqh jangan pakai dalil tauhid seperti tulisan anda di atas,

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Sebetulnya memahami ajaran al quran bukan kitab kuning  itu sangat mudah tidak rumit sebagaimana  kamu gambarkan  , dan bisa dipahami oleh orang alim atau awam  sebagaimana ayat :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?[1]
ِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,[2]

Kalau untuk memahami al quran saja bukan  kitab kuning atau UU thaghut memerlukan ilmu yang bermacam – macam , maka kasihan orang awam  bukan orang alim akan tidak bisa memahaminya . pada hal orang arab badui yang bodoh  bisa memahaminya . Dan banyak bukan sedikit lagi kalangan orang awam bukan orang alim di barat atau pastur yang tidak mengerti bahasa arab bisa paham dengan isi quran lalu masuk Islam karena baca terjemahannya .

Anda menyatakan :
Yang jadi masalah kenapa orang sprt Imam Syafi'i anda anggap menambahi dan membuat syari'at baru, dari sisi mana????? karena sandaran beliau tetap qur'an dan hadits, tapi hasil ijtihad beliau memang bukan qur'an dan memang bukan hadits, tapi termasuk dalam ilmu fikih. Dari dulu spt itu....

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Siapapun yang bikin sariat baru , atau berpendapat dalam beragama  maka termasuk tasyri` yang di larang oleh ayat :
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْلاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
Apakah mereka mempunyai  sekutu - sekutu selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.[3]


[1]  Al Qamar 22
[2] Annakhel 44
[3] Syura 21
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Antara wahabi dan sunni begini terus

    BalasHapus
  2. KIta hanya mengingatkan, saling berwasiat dengan kebenaran, tidak diam saja , apalagi berwasiat dengan kejelekan dan kesalahan.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan