dian mengatakan...
di Hadis puasa enam hari Syawal dari Tsauban lemah juga
Jadi dalam ilmu hadist sanad yg shahih belum dapat menjadikan suatu hadist menjadi shahih y ustad, apakah hadis tersebut langsung di anggap dhaif?.
Saya pernah baca tentang klasifikasi hadis ustad
HADIETS SHAHIEH itu, dipakai sebagai pokok untuk menetapkan hukum-hukum bagi masalah-masalah Agama. Hadiets-hadits yang masuk bagian Shahieh ini, adalah bertingkat :
1, Hadiets Mutawatir, yaitu satu Hadiets yang diriwayatkan oleh orang banyak dari Nabi s.a.w., lalu disampaikan kepada orang banyak pula ; demikian seterusnya sampai tercatat dalam kitab-kitab dimasa belakangan ini. Syarathnya : orang-orang, banyak itu sejumlah yang mustahiel pada 'adat, bahwa mereka itu sepakat mengada-adakan sabda yang dikatakan dari Nabi s.a.w. itu.
2. Hadiets Shahieh Li-dzatihi, yaitu Hadiets yang shah secara sanadnya, bukan karena dibantu oleh yang lain.
3. Hadiets Shahieh Li-ghairihi, yaitu Hadiets yang derajatnya dibawah sedikit dari Hadiets yang Shahieh, lalu dibantu dengan Hadiets yang seumpamanya atau dengan cara lain.
4. Hadiets Hasan Li-dzatihi, yaitu Hadits shah, tetapi derajatnya dibawah sedikit dari Hadiets Shahieh (karena diantara rawi-rawinya ada rawi yang hafalannya sekali dua kali terganggu).
5, Hadiets Hasan Li-ghairihi, yaitu Hadiets yang lemahnya agak ringan, lalu dibantu atau dikuatkan dengan yang seumpamanya atau dengan jalan-jalan lain yang dapat diterima.
Mohon tanggapan ustad tentang pengelompokan hadis seperti yg saya tulis di atas. Krn klu menurut saya yg awam ini hadist nasa'i seperti penjelasan ustad diatas dapat dikategorikan masuk ke nomor 2 yg saya tulis.
Saya pernah baca tentang klasifikasi hadis ustad
HADIETS SHAHIEH itu, dipakai sebagai pokok untuk menetapkan hukum-hukum bagi masalah-masalah Agama. Hadiets-hadits yang masuk bagian Shahieh ini, adalah bertingkat :
1, Hadiets Mutawatir, yaitu satu Hadiets yang diriwayatkan oleh orang banyak dari Nabi s.a.w., lalu disampaikan kepada orang banyak pula ; demikian seterusnya sampai tercatat dalam kitab-kitab dimasa belakangan ini. Syarathnya : orang-orang, banyak itu sejumlah yang mustahiel pada 'adat, bahwa mereka itu sepakat mengada-adakan sabda yang dikatakan dari Nabi s.a.w. itu.
2. Hadiets Shahieh Li-dzatihi, yaitu Hadiets yang shah secara sanadnya, bukan karena dibantu oleh yang lain.
3. Hadiets Shahieh Li-ghairihi, yaitu Hadiets yang derajatnya dibawah sedikit dari Hadiets yang Shahieh, lalu dibantu dengan Hadiets yang seumpamanya atau dengan cara lain.
4. Hadiets Hasan Li-dzatihi, yaitu Hadits shah, tetapi derajatnya dibawah sedikit dari Hadiets Shahieh (karena diantara rawi-rawinya ada rawi yang hafalannya sekali dua kali terganggu).
5, Hadiets Hasan Li-ghairihi, yaitu Hadiets yang lemahnya agak ringan, lalu dibantu atau dikuatkan dengan yang seumpamanya atau dengan jalan-jalan lain yang dapat diterima.
Mohon tanggapan ustad tentang pengelompokan hadis seperti yg saya tulis di atas. Krn klu menurut saya yg awam ini hadist nasa'i seperti penjelasan ustad diatas dapat dikategorikan masuk ke nomor 2 yg saya tulis.
Setahu saya , sanad sahih belum tentu matan hadis itu sahih.
Lihat di http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=152943
، فَقَدْ يَسْلَمُ الْسَّنَدُ مِنَ الْقَوَادِحِ فَيَكُوْنُ مُتَّصِلَا وَيَكُوْنُ أَصْحَابُهُ عُدُوْلاً ضَابِطِيْنَ، وَلَكِنْ فِيْ ذَاتِ الْوَقْتِ لَا يَسْلَمُ الْمَتْنُ مِنْ الْشُّذُوْذِ وَالْعِلَّةِ فَحِيْنَئِذٍ يَسْقُطُ الْمَتْنُ، لِكَوْنِهِ شَاذَّا، أَوْ مُعَلَّلاً،
Terkadang sanad hadis bebas dari cacat, lalu ia bersambung , perawi – perawinya adil , hapalannya kuat . tapi sayang redaksi hadis ganjil , berillat ( cacat ) , maka redaksi hadis itu jatuh juga ( tidak sahih ) karena ganjil atau cacat .
جَاءَ فِيْ نَصْبِ الْرَّايَةِ لِلْزَّيْلَعِيِّ: وَصِحَّةُ الْإِسْنَادِ يَتَوَقَّفَ عَلَى ثِقَةِ الْرِّجَالِ، وَلَوْ فُرِضَ ثِقَةُ الْرِّجَالِ لَمْ يَلْزَمْ مِنْهُ صِحَّةُ الْحَدِيْثِ حَتَّىَ يَنْتَفِيَ مِنْهُ الْشُّذُوْذُ وَالْعِلَّةُ. انْتَهَىَ.
Dalam kitab Nasbur royah karya Zaila`I di jlaskan : Sanad yang sahih tergantung perawi – perawi terpercaya . Seandainya perawi – perawinya terpercaya , tidak harus hadisnya sahih , masih ada sarat lagi yaitu tidak ganjil atau cacat . ………………… ( selesai )
وَجَاءَ فِيْ فَتْحِ الْمُغِيْثِ: لَا تَلَازُمَ بَيْنَ الْإِسْنَادِ وَالْمَتْنِ؛ إِذْ قَدْ يَصِحُّ الْمُسْنَدُ أَوْ يُحَسَّنُ لِاسْتِجْمَاعِ شُرُوْطِهِ مِنْ الِاتِّصَالِ وَالْعَدَالَةِ وَالضَّبْطِ دُوْنِ الْمَتْنِ لِشُذُوذٍ، أَوْ عِلَّةٍ. انْتَهَى.
Dalam kitab Fathul mughits di jelaskan : Tiada korelasi antara sanad dan redaksi hadis . sebab terkadang hadis musnad ( yang sanadnya bersambung ) di nyatakan sahih atau hasan karena sarat – saratnta telah terkumpul yaitu sanad yang bersambung , adil , hapalannya tepat tapi redaksinya ganjil atau cacat.
Komentarku ( Mahrus ali )
Dalam masalah hadis puasa enam hari di bulan syawal riwayat Tsauban , lihat di sini:
karena redaksinya ganjil sekali , boleh di katakan gharib , tiada hadis sahih yang mendukung , apalagi tidak populer di kalangan sahabat atau tabiin.
Sekarang kita bikin sederhana saja , mana dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pernah menjalankan puasa enam hari waktu bulan syawal , istri – istri beliau atau para sahabat . Tunjukkan satu dalil saja bahwa mereka menjalankan puasa enam hari bulan Syawal .
Baca lagi :
01 Sep 2011
01 Sep 2011
Jadi lahirnya hadis tentang enam hari puasa Syawal ini di masa tabiin dari Umar bin Tsabit , dan di kalangan tabiin maupun sahabat , hadis itu tidak populer , ia ganjil sekali , apalagi ada sanad yang cacat yaitu Sa`ad ...
Artikel Terkait
Tks ustad. Alhamdulillah melalui blog ini bertambah pengetahuan saya tentang hadis, saya tidak bisa menunjukkan dalil ustad, yg saya pahami hadis yg sahih adalah dalil dalam melakukan amalan, hadist yg tidak sahih tidak dapat di jadikan hujjah. Bila hadist itu benar shahih berarti memang ada rasul mengatakan atau melakukan seperti itu, itulah mengapa saya menanyakan 3 hadis pada tulisan ustad sebelumnya, krn saya anggap ustad memiliki kemampuan untuk menelaahnya, dan alhamdulillah ustad telah meluangkan waktu untuk mengkaji hadist tsauban yg saya tidak memiliki kemampuan untuk mengkajinya. Mohon bersabar dgn saya ustad. Klu ustad ada waktu luang mohon dibahas jg hadis puasa 6 yg diriwayatkan abu hurairah dan syadad bin aus yg saya tanyakan sebelumnya ustad. Semoga kita yg terus mempelajari agama ini mendapatkan rahmat Allah. Amin ya rab
BalasHapusbersabarlah dan saya akan menjawabnya insya Allah
BalasHapusbagaimana dengan hadis yg di riwayatkan syadad bin aus ustad
BalasHapus