Jagona memberikan komentar dalam hadis lemah tentang rukyah hilal sbb :
Assalamualaikum war., wab.
Terima kasih atas responnya. Saya hanya ingin mengajak pa Kyai untuk membuka hati memahami potongan ayat 2/185, terutama istilah syahra yang belum pa kyai respon.
Sedikit mengenai hilal, mata manusia biasa tanpa menggunakan alat tidak akan bisa melihat hilal tanggal 1 bulan Qomariah karena ;
1. Setiap tanggal pertama, posisi Bulan selalu berdekatan dengan Matahari. Jika waktu itu berlaku gerhana Matahari, maka gerhana itu berlangsung selama 6 jam, sementara ijtimak hanyalah 7 menit dan Bulan bergerak terus tampak di angkasa dalam 1 hari sejauh 11 derajat
12 menit dari orbitnya keliling Bumi. Sekiranya ijtimak Bulan dan Surya berlaku hari Senin pada jam antara 18.00 - 06.00 besoknya atau selama 12 jam malam itu. Maka sesudah ijtimak tersebut harus dicatat tanggal 1 bulan baru. Dan semisalnya hari itu awal Syawal, maka wajib berbuka puasa dan beridiel fitri hari Selasa. Tetapi Rukyah Hilal tidak kelihatan, sehingga penduduk masih berpuasa pada hari Selasa.
2. Sesuai dengan hukum alam yang berlaku bahwa daerah yang tepat ditantang Matahari berudara panas dan berdebu, karenanya angkasa Barat sewaktu maghrib tampak berkabut yang menghalangi pandangan untuk membuktikan adanya Hilal bagi penanggalan bulan baru, karena hilal sangat tipis halus, setipis kertas kuning. Sia-sialah mereka yang akan melihat Hilal tersebut untuk ibadah hari besoknya.
3. Corona (dalam Alquran disebut Zamharir pada ayat 76/13) itu menyilaukan mata kalau kebetulan dapat dilihat sewaktu cuaca baik. Jadi hilal pada awal Syawal ataupun bulan lainnya tidak mungkin dilihat karena wujudnya baru berupa garis melingkar setipis kertas, karena jauhnya dan dia berada dalam daerah Corona yang menyilaukan. Sekiranya orang masih dapat melihat Hilal, atau mengatakan telah melihatnya, tentulah yang dilihat orang itu Hilal malam ke 2 dari bulan itu.
Maka benarlah Alquran dengan ketentuan yang tercantum pada ayat 2/185, bahwa siapa yang dengan perhitungannya mengenai penanggalan Qomariah dapat menentukan suatu hari adalah tanggal pertama bulan Romadhan, lalu dia harus menyatakannya kepada masyarakat ramai dan berpuasa siang hari bersama-sama selama 29 atau 30 hari. Demikian pula untuk tanggal 1 Syawal.
Sebagai tambahan saya anjurkan kepada pa Kyai untuk melihat bulan pada malam hari tanggal 11 September 2011, pasti bulan purnama penuh tanggal 14 Syawal 2011.
Terima kasih
Terima kasih atas responnya. Saya hanya ingin mengajak pa Kyai untuk membuka hati memahami potongan ayat 2/185, terutama istilah syahra yang belum pa kyai respon.
Sedikit mengenai hilal, mata manusia biasa tanpa menggunakan alat tidak akan bisa melihat hilal tanggal 1 bulan Qomariah karena ;
1. Setiap tanggal pertama, posisi Bulan selalu berdekatan dengan Matahari. Jika waktu itu berlaku gerhana Matahari, maka gerhana itu berlangsung selama 6 jam, sementara ijtimak hanyalah 7 menit dan Bulan bergerak terus tampak di angkasa dalam 1 hari sejauh 11 derajat
12 menit dari orbitnya keliling Bumi. Sekiranya ijtimak Bulan dan Surya berlaku hari Senin pada jam antara 18.00 - 06.00 besoknya atau selama 12 jam malam itu. Maka sesudah ijtimak tersebut harus dicatat tanggal 1 bulan baru. Dan semisalnya hari itu awal Syawal, maka wajib berbuka puasa dan beridiel fitri hari Selasa. Tetapi Rukyah Hilal tidak kelihatan, sehingga penduduk masih berpuasa pada hari Selasa.
2. Sesuai dengan hukum alam yang berlaku bahwa daerah yang tepat ditantang Matahari berudara panas dan berdebu, karenanya angkasa Barat sewaktu maghrib tampak berkabut yang menghalangi pandangan untuk membuktikan adanya Hilal bagi penanggalan bulan baru, karena hilal sangat tipis halus, setipis kertas kuning. Sia-sialah mereka yang akan melihat Hilal tersebut untuk ibadah hari besoknya.
3. Corona (dalam Alquran disebut Zamharir pada ayat 76/13) itu menyilaukan mata kalau kebetulan dapat dilihat sewaktu cuaca baik. Jadi hilal pada awal Syawal ataupun bulan lainnya tidak mungkin dilihat karena wujudnya baru berupa garis melingkar setipis kertas, karena jauhnya dan dia berada dalam daerah Corona yang menyilaukan. Sekiranya orang masih dapat melihat Hilal, atau mengatakan telah melihatnya, tentulah yang dilihat orang itu Hilal malam ke 2 dari bulan itu.
Maka benarlah Alquran dengan ketentuan yang tercantum pada ayat 2/185, bahwa siapa yang dengan perhitungannya mengenai penanggalan Qomariah dapat menentukan suatu hari adalah tanggal pertama bulan Romadhan, lalu dia harus menyatakannya kepada masyarakat ramai dan berpuasa siang hari bersama-sama selama 29 atau 30 hari. Demikian pula untuk tanggal 1 Syawal.
Sebagai tambahan saya anjurkan kepada pa Kyai untuk melihat bulan pada malam hari tanggal 11 September 2011, pasti bulan purnama penuh tanggal 14 Syawal 2011.
Terima kasih
Komentarku ( Mahrus ali )
Anda menyatakan :
tidak akan bisa melihat hilal tanggal 1 bulan Qomariah karena
Komentarku ( Mahrus ali )
Di zaman sahabat bukan masa kita tanpa alat canggih atau alat biasa , hilal juga bisa di lihat dan tidak tersembunyi , malah ada ahli fikih yang menyatakan bahwa hilal harus di lihat dengan mata telanjang bukan pakai alat. Ini cukup menunjukkan bukti yang bisa membantah argumentasi anda.
Terus mana dalil dan refrensimu bahwa hilal tanggal satu tidak bisa di lihat?
Anda menyatakan lagi :
Corona (dalam Alquran disebut Zamharir pada ayat 76/13
Komentarku ( Mahrus ali )
Lihat artinya menurut tafsir depag tentang zamharir itu sbb :
مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا(13)
di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Al insan 13
Jadi tidak tepat kalau zamharir di katakan corona , dari mana anda mengambil refrensi bahwa corona itu zamharir .
Anda menyatakan :
Sebagai tambahan saya anjurkan kepada pa Kyai untuk melihat bulan pada malam hari tanggal 11 September 2011, pasti bulan purnama penuh tanggal 14 Syawal 2011.
Komentarku ( Mahrus ali )
Sebagai tambahan saya anjurkan kepada pa Kyai untuk melihat bulan pada malam hari tanggal 11 September 2011, pasti bulan purnama penuh tanggal 14 Syawal 2011.
Komentarku ( Mahrus ali )
Yang panting bagi kami menjalankan perintah melihat hilal pada awal bulan . Boleh juga saat hilal tanggal satu ada awan lalu tidak bisa di lihat . lalu mana dalilmu atas argumentasimu itu benar?
Artikel Terkait
Assalamualaikum pa Ustadz.
BalasHapusSaya heran kenapa pada ayat 186 dari surat Albaqoroh, da'wata da'i diterjemahkan dengan permohonan orang yang berdo'a, tidak diterjemahkan dengan "dakwahnya seorang da'i".
Ma'af mohon penjelasannya
Wassalam
Seluruh ulama tafsir mengartikan sebagaimana apa yang saya artikan . Contoh lihat disini :
BalasHapusتفسير السعدي - (ج 1 / ص 87)
والدعاء نوعان: دعاء عبادة، ودعاء مسألة.
فتح القدير - (ج 1 / ص 242)
ومعنى الإجابة : هو معنى ما في قوله تعالى : { ادعونى أَسْتَجِبْ لَكُمْ } [ غافر : 60 ]
تفسير الجلالين - (ج 1 / ص 192)
أُجِيبُ دَعْوَةَ الداع إِذَا دَعَانِ } بإنالته ما سأل
تفسير ابن عبد السلام - (ج 1 / ص 155)
{ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى } قيل للرسول صلى الله عليه وسلم : « أقريب ربنا فنناجيه ، أم بعيد فنناديه » أو سئل عن أي ساعة يدعون فيها ، أو سئل كيف ندعوا
Terjemahan sebagaimana apa yang anda katakan itu , ganjil sekali , tiada ulama yang menyatakan seperti itu dan tidak sesuai dengan kontek ayat
Lalu mana dalilmu atau refrensimu bila kamu mengartikan : "dakwahnya seorang da'i".
Assalamualaikum war., wab.
BalasHapusMekah zaman Rasulullah tentunya berbeda dengan Indonesia zaman sekarang. Zaman Rasulullah Hilal mudah dilihat karena atmosfer Bumi pada saat itu masih bersih. Indonesia zaman sekarang atmosfernya sudah banyak polusi.
Kemudian arti dari QS.76;13 (terjemahan Nazwar Syamsu); Di sana mereka bersenang-senang di atas singgasana, tidak mereka lihat Surya di sana, juga tidak corona.
Ayat ini adalah petunjuk ALLAH tentang keadaan penduduk Surga nanti.
Kenapa mereka tidak melihat Surya dan corona ?
Jawabannya karena "TAJRI MIN TAHTIHAL ANHAAR". atau "BERGERAK DI BAWAHNYA SIANG-SIANG". Jadi di Surga suasananya seperti malam yang diterangi jutaan milyar bintang. Itulah janjian ALLAH bagi para mutaqien.
Wassalam
Sampai sekarang , hilal bisa di lihat di Saudi dan mereka memulai bulan Ramadhan dengan melihat hilal dengan mata telanjang.
BalasHapusApa yang di maksud dengan corona di situ ? Barang kali lain dengan pemahaman saya .
Lalu anhar di artikan siang , saya baru kali ini mendengar orang mengartikan anhar dengan siang - siang . Mestinya sungai - sungai . Nazwa syamsu yg anda sebutkan bukan orang alim , dan tidak bisa di percaya dalam sastra arab. Saya punya bukunya dan banyak kejanggalan dalam mentafsiri al quran.
Assalamualaikum war., wab.
BalasHapusSaya kira terjemahan QS.2;186 di atas tidak ganjil, memang tidak sama dengan terjemahan yang beredar di masyarakat.
Terjemahan lengkapnya :
QS.2;186 : Ketika bertanya padamu hamba-hamba-KU tentang AKU, maka AKU dekat, AKU perkenankan seruan (dakwah) penyeru (da'i) ketika dia menyeru AKU, hendaklah mereka memperkenankan bagi-KU dan beriman pada-KU semoga mereka menyadari. (NAZWAR SYAMSU)
Apakah terjemahan ini ganjil ? Apakah tidak sesuai dengan konteks ayat ?
Wassalam
Saya tahu buku Nazwar syamsu sejak kecil , saya sudah punya pemahaman bahwa Nazwar syamsu dalam mengartikan ayat gegabah sekali , tanpa merujuk kepada kontek ayat dan pemahamannya tidak cocok dengan pengertian orang yang ngerti sastra arab atau yang telah mendalami ilmu nahwu , Balaghoh dll.
BalasHapusSepertri pengertian ayat yang anda tunjukkan itupun , Nazwar syamsu keliru dalam memahaminya .
Lihat arti tafsir depag sbb :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
2.186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Tafsir depag ini lebih cocok dengan pengertian ayat menurut orang yang ahli bahasa arab. Kalau Nazwar syansu hanya sekedar ngutak utek pengertian ayat .
Assalamualaikum pak Kyai.
BalasHapusYang dinamakan corona adalah angkasa yang dekat dengan bulatan Matahari dan sangat menyilaukan mata kalau kebetulan dapat dilihat bila cuaca baik.
Kemudian pengertian 'anhaar' ;
1. Anhaar adalah jamak (plural) dari 'nahar' yang artinya siang-siang. Karena didahului dengan kata 'di bawahnya', seperti pada QS.76;13 di atas, QS.29;58, QS.39;20 dan ayat lainnya.
2. Anhaar adalah jamak (plural) dari 'nahru' yang berarti sungai-sungai. Apabila didahului dengan kata 'padanya', seperti pada QS.47;15
Saya tidak tahu apakah Nazwar Syamsu alim atau tidak, yang pasti beliau adalah orang berilmu yang mau dan mampu menerjemahkan Alquran secara ilmiah dan menulis beberapa buku ilmiah berdasarkan ayat-ayat Alquran. Pasti terjemahannya berbeda dengan yang beredar di masyarakat. Yang berbeda belum tentu salah. Contoh yang sederhana, 'samawaat' diterjemahkan dengan 'planet-planet'. Adakah penerjemah lain yang menerjemahkan 'samawaat' dengan 'planet-planet' ?. Pasti tidak ada, karena beberapa ratus tahun yang lalu belum terpikirkan. Kalaupun pak Kyai menilai beliau tidak bisa dipercaya dalam sastra Arab atau hanya ngutak utek pengertian ayat, itu hak pak Kyai. Semoga penilaian pak Kyai benar.
Terakhir, saya ingin bertanya bagaimana pengertian 'syahra' menurut pak Kyai ? Tolong jelaskan.
Wassalam
مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْساً وَلَا زَمْهَرِيراً
BalasHapus76.13. di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
Kalau Nazwar syamsu mengartikan Zamhari dengan corona , hakikatnya , bukan hayalan adalah keliru sekali , tidak benar sama sekali. Tiada kamusnya.
Ayat yang kamu maksudkan ini :
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ الْجَنَّةِ غُرَفاً تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
29.58. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal,
Anhar diartikan siang - siang oleh Nazwa Syamsu adalah keliru . Di surga tidak terlihat matahari , bagaimanakah bisa di katakan di bawah siang - siang . INi keliru yang sangat bukan keliru sedikit. Tiada ulama mulai dulu hingga sekarang yang menyatakan seperti itu.
Kalau Nazwar syamsu punya ke ahlian dalam ilmu pengetahuan silahkan , tapi jangan merobah arti al quran . Apalagi samawat di artikan pelanet . Tambah keliru . Allah menghiasi langit dengan bintang - bintang. Apakah pelanet ada bintangnya . Lihat ayat :
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
Apakah pelanet ada bintangnya sehingga layak di artikan samawat adalah bintang .
langit punya pintu , apakah pelanet ada pintunya .lihat ayat :
وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِم بَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَظَلُّواْ فِيهِ يَعْرُجُونَ
15.14. Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya,
Anda katakan : Yang berbeda belum tentu salah
Komentarku ( Mahrus ali )
Setahu saya perbedaan Nazwar syamsu banyak yang bertentangan dengan dalil yang lain .
Untuk syahra adalah bulan , bukan bulan sabit . Syahrain dua bulan bukan dua bulan sabit.