By. Masykur A. Baddal
Sungguh ironis, seharusnya event internasional perdana Mohamed Albaradei Wakil Presiden Transisi Mesir dalam konferensi pers gabungan bersama Utusan Khusus Uni Eropa Catherine Ashton, dapat digunakannya sebagai ajang unjuk gigi akan kemahiran diplomasi dan wawasan politik internasionalnya. Namun apa hendak dikata, peristiwa bersejarah tersebut justeru menjadi bumerang bagi pemerintahan transisi Junta Militer Mesir.
Sebagaimana yang ditayangkan oleh Aljazeera TV, dan dilaporkan oleh Kantor Berita Leil wan Nahar Mesir. Paska kunjungan spesialnya menjumpai Dr. Muhammad Mursi di pengasingannya, Utusan Khusus Uni Eropa Catherine Ashton, selanjutnya melakukan konferensi pers gabungan dengan Wakil Presiden Transisi Mesir Mohamed Albaradei di Istana Etihadiya.
Sebelum membuka kesempatan bertanya kepada rombongan pers internasional, Ashton terlebih dahulu menjelaskan kilasan hasil kunjungannya menemui Dr. Muhammad Mursi. Namun seketika ruangan konferensi pers istana itu pun menjadi aneh. Sebagian wartawan yang memahami bahasa Arab dan Inggeris termasuk reporter Aljazeera TV, memandang penuh keheranan ke arah juru terjemah Istana Etihadiya. Pasalnya, statement yang disampaikan oleh Ashton tidak diterjemahkan sesuai maksudnya. Akan tetapi dipelintir sehingga menimbulkan arti yang berbeda.
Rangkuman statemen Ashton sebagaimana yang diterjemahkan oleh
Aljazeera TV adalah sebagai berikut.
Ashton pada menit 2:30: Masa depan negeri yang besar ini berada di
tangan rakyatnya. Penerjemah Istana: Mesir adalah negeri yang besar
dengan jumlah penduduknya yang besar. Ashton pada menit 3:38: Saya sudah
bertemu dengan Muhammad Mursi (tanpa menyebutkan jabatan) semalam.
Penerjemah Istana: Saya sudah bertemu semalam dengan mantan presiden
Muhammad Mursi. Ashton pada menit 4:26: Dengan sendirinya proses yang
mengikutsertakan seluruh pihak itulah yang akan berhasil. Penerjemah
Istana: Road map komprehensif mencakup semua sisi itulah yang akan
digunakan. Ashton pada menit 9:02: Saya telah berbicara denga Muhammad
Mursi kemaren. Penerjemah Istana: Saya telah berbicara dengan Dr.
Muhammad Mursi kemaren.
Kemudian puncak dari konferensi pers tersebut adalah di saat seorang wartawan dari La Figaro bertanya pada menit 11:00: Dapatkah anda membayangkan jika Mursi menjadi pihak dalam suatu proses politik? Namun, di saat Ashton sedang mengatur napasnya menjawab pertanyaan tersebut, justeru Albaradei langsung menanggapinya, dengan berkata “Tidak, Presiden Mursi sudah gagal dalam proses politik, dan dia tidak memiliki kesempatan lagi”. Setelah mendengar jawaban Albaradei, spontan Ashton pun meminta diri kepada Albaradei untuk segera meninggalkan konferensi pers dengan alasan jadwal penerbangan pesawatnya. Padahal skedul konferensi pers tersebut sudah diatur jauh-jauh hari sesuai dengan protokoler istana.
Peristiwa Selasa 30/7/2013 itu, sempat menghebohkan media Mesir. Sebab pemerintah transisi dibawah Junta Militer telah menampakkan kekonyolannya dihadapan pers internasional, yaitu telah memplot jalannya konferensi pers gabungan sesuai keinginannya, yang seharusnya berjalan alami apa adanya.
Sungguh ironis, seharusnya event internasional perdana Mohamed Albaradei Wakil Presiden Transisi Mesir dalam konferensi pers gabungan bersama Utusan Khusus Uni Eropa Catherine Ashton, dapat digunakannya sebagai ajang unjuk gigi akan kemahiran diplomasi dan wawasan politik internasionalnya. Namun apa hendak dikata, peristiwa bersejarah tersebut justeru menjadi bumerang bagi pemerintahan transisi Junta Militer Mesir.
Sebagaimana yang ditayangkan oleh Aljazeera TV, dan dilaporkan oleh Kantor Berita Leil wan Nahar Mesir. Paska kunjungan spesialnya menjumpai Dr. Muhammad Mursi di pengasingannya, Utusan Khusus Uni Eropa Catherine Ashton, selanjutnya melakukan konferensi pers gabungan dengan Wakil Presiden Transisi Mesir Mohamed Albaradei di Istana Etihadiya.
Sebelum membuka kesempatan bertanya kepada rombongan pers internasional, Ashton terlebih dahulu menjelaskan kilasan hasil kunjungannya menemui Dr. Muhammad Mursi. Namun seketika ruangan konferensi pers istana itu pun menjadi aneh. Sebagian wartawan yang memahami bahasa Arab dan Inggeris termasuk reporter Aljazeera TV, memandang penuh keheranan ke arah juru terjemah Istana Etihadiya. Pasalnya, statement yang disampaikan oleh Ashton tidak diterjemahkan sesuai maksudnya. Akan tetapi dipelintir sehingga menimbulkan arti yang berbeda.
Rangkuman statemen Ashton sebagaimana yang diterjemahkan oleh
Kemudian puncak dari konferensi pers tersebut adalah di saat seorang wartawan dari La Figaro bertanya pada menit 11:00: Dapatkah anda membayangkan jika Mursi menjadi pihak dalam suatu proses politik? Namun, di saat Ashton sedang mengatur napasnya menjawab pertanyaan tersebut, justeru Albaradei langsung menanggapinya, dengan berkata “Tidak, Presiden Mursi sudah gagal dalam proses politik, dan dia tidak memiliki kesempatan lagi”. Setelah mendengar jawaban Albaradei, spontan Ashton pun meminta diri kepada Albaradei untuk segera meninggalkan konferensi pers dengan alasan jadwal penerbangan pesawatnya. Padahal skedul konferensi pers tersebut sudah diatur jauh-jauh hari sesuai dengan protokoler istana.
Peristiwa Selasa 30/7/2013 itu, sempat menghebohkan media Mesir. Sebab pemerintah transisi dibawah Junta Militer telah menampakkan kekonyolannya dihadapan pers internasional, yaitu telah memplot jalannya konferensi pers gabungan sesuai keinginannya, yang seharusnya berjalan alami apa adanya.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan