Channel D1g Itali menyiarkan berita
bahwa Letjend As-Sisi menemui Presiden Muhammad Moursi. Dalam pertemuan
itu, As-Sisi menawarkan opsi kepada Moursi, agar Moursi tampil di
hadapan rakyat untuk menyatakan pengunduran diri dan meminta demonstran
mundur, menghentikan demo, dan kembali pulang ke rumah masing-masing.
Sedangkan menurut kantor berita TRT Itali, Konpensasi yang diberikan oleh As-Sisi adalah:
1. Seluruh tawanan politik dari IM akan dibebaskan;
2. Tidak akan memata-matai aktivitas IM;
3. As-Sisi akan melibatkan kader-kader partai FJP yang berafiliasi ke IM dalam kabinet pemerintahan yang akan dibentuk.
Sikap Moursi tegas menolak tawaran As-Sisi. Moursi berkata, "Yang jadi masalah bukan Saya (Moursi) bukan pula para pemimpin IM. Tapi masalah berawal dari revolusi yang dicuri."
Channel D1G melaporkan, As-Sisi keluar dalam keadaan marah besar. Mungkin tak sedikit yang menuduh sikap Moursi dan IM adalah bagian dari ambisi kekuasaan, atau haus kuasa. Pendapat seperti ini jamak dimiliki orang-orang yang tidak mengenali sepak terjang, perjuangan, hingga tindakan represif yang diterima IM sepanjang sejarah.
IM dan Moursi sudah menekadkan, problem terbesar adalah
ghosob dan bughat. Moursi sudah
sangat terbuka pada rekonsiliasi nasional, mengurangi jatah
menteri-gubernur- dan mau berkoalisi dengan pihak oposisi.
Jika memang militer komitmen membela rakyat, mengapa militer hanya membela rakyat pemabuk-pezina-pembunuh-perusak-geng teror? Sedang rakyat yang shalat-mengaji-ke masjid-berhijab malah ditembaki? Jika memang militer komitmen dengan Pemilu, mengapa kemenangan IM tidak dikalahkan di Pemilu lagi? Lalu siapa yang ambisius dengan kekuasaan?
Kesalahan terbesar IM adalah euforia dan terlalu husnuzhan kepada militer dan media massa. Militer Mesir sudah diformat sedemikian rupa untuk menjadi alat kekuasaan, bahkan kekuasaan itu sendiri. Militer telah melakukan kudeta kepada Raja Faruq, kemudian 1954 militer mengkudeta Panglimanya sendiri yaitu Jenderal Muhammad Nagueb sebagai Komando Dewan Revolusi, hingga tanggal 30/06/13 kudeta itu terulang.
Adapun media massa, di era Moursi euforia kebebasan pers dijadikan sebagai alat untuk menebar propaganda dusta, fitnah, hingga caci maki kepada kepala negara sendiri.
'Alaa kulli haal, harapan besar Mesir kembali normal. Mengingat legimitasi pemerintahan dan konstitusi negara pascakudeta, tidak direstui mayoritas rakyat dan masyarakat dunia.
Bahkan Turki menolak menerima permintaan ElBaradai untuk datang ke Turki. Bahkan Lybia dikabarkan telah meminta kembali dana Wadi'ah Pemerintah Lybia sebesar 10 Milyar Dollar yang dititipkan kepada Mesir saat Moursi menjadi Presiden. Sekali lagi, kita terus berharap perubahan ke arah yang lebih baik.
Oleh Nandang Burhanudin
Sedangkan menurut kantor berita TRT Itali, Konpensasi yang diberikan oleh As-Sisi adalah:
1. Seluruh tawanan politik dari IM akan dibebaskan;
2. Tidak akan memata-matai aktivitas IM;
3. As-Sisi akan melibatkan kader-kader partai FJP yang berafiliasi ke IM dalam kabinet pemerintahan yang akan dibentuk.
Sikap Moursi tegas menolak tawaran As-Sisi. Moursi berkata, "Yang jadi masalah bukan Saya (Moursi) bukan pula para pemimpin IM. Tapi masalah berawal dari revolusi yang dicuri."
Channel D1G melaporkan, As-Sisi keluar dalam keadaan marah besar. Mungkin tak sedikit yang menuduh sikap Moursi dan IM adalah bagian dari ambisi kekuasaan, atau haus kuasa. Pendapat seperti ini jamak dimiliki orang-orang yang tidak mengenali sepak terjang, perjuangan, hingga tindakan represif yang diterima IM sepanjang sejarah.
IM dan Moursi sudah menekadkan, problem terbesar adalah
Jika memang militer komitmen membela rakyat, mengapa militer hanya membela rakyat pemabuk-pezina-pembunuh-perusak-geng teror? Sedang rakyat yang shalat-mengaji-ke masjid-berhijab malah ditembaki? Jika memang militer komitmen dengan Pemilu, mengapa kemenangan IM tidak dikalahkan di Pemilu lagi? Lalu siapa yang ambisius dengan kekuasaan?
Kesalahan terbesar IM adalah euforia dan terlalu husnuzhan kepada militer dan media massa. Militer Mesir sudah diformat sedemikian rupa untuk menjadi alat kekuasaan, bahkan kekuasaan itu sendiri. Militer telah melakukan kudeta kepada Raja Faruq, kemudian 1954 militer mengkudeta Panglimanya sendiri yaitu Jenderal Muhammad Nagueb sebagai Komando Dewan Revolusi, hingga tanggal 30/06/13 kudeta itu terulang.
Adapun media massa, di era Moursi euforia kebebasan pers dijadikan sebagai alat untuk menebar propaganda dusta, fitnah, hingga caci maki kepada kepala negara sendiri.
'Alaa kulli haal, harapan besar Mesir kembali normal. Mengingat legimitasi pemerintahan dan konstitusi negara pascakudeta, tidak direstui mayoritas rakyat dan masyarakat dunia.
Bahkan Turki menolak menerima permintaan ElBaradai untuk datang ke Turki. Bahkan Lybia dikabarkan telah meminta kembali dana Wadi'ah Pemerintah Lybia sebesar 10 Milyar Dollar yang dititipkan kepada Mesir saat Moursi menjadi Presiden. Sekali lagi, kita terus berharap perubahan ke arah yang lebih baik.
Oleh Nandang Burhanudin
Komentarku ( Mahrus ali):
Tidak usah taat atau menerima
tawaran pimpinan tentara – tentara Firaun itu, tapi lakukan kebenaran dan
legalitas yang telah anda dapatkan dan tidak perlu menerima kekeliruan yang
mereka lakukan. Ingatlah ayat ini:
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ
مِنْهُمْ ءَاثِمًا أَوْ كَفُورًا(24)
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan)
ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang
kafir di antara mereka. Al anfal.
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo.
Jatim.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan