Essam
Al-Erian, Wakil Presiden Partai Keadilan dan Kebebasan (Freedom and
Justice Party/FJP) mengatakan bahwa kudeta militer telah gagal dan
rakyat menang.
"Sudah berakhir. Obsesi kepresidenan dan kepemimpinan atas negara telah tersingkap," kata Al-Erian.
"Kita lihat, revolusi 25 Januari 2011 adalah untuk melawan tirani yang tunduk kepada Amerika, dan telah menjarah kekayaan Mesir serta mengemis dari Teluk," tegas slah satu pemimpin sayap politik Ikhwanul Muslimin itu.
Dia juga mengatakan bahwa sejak revolusi itu rakyat Mesir memiliki kesempatan selama setahun untuk memahami arti revolusi yang sudah didapatkan, tetapi kini mereka menarik waktu mundur kembali ke masa suram itu.
Pemerintahan yang dipimpin presiden secara sah hasil pemungutan suara rakyat Mesir, Muhammad Mursi digulingkan pihak militer pada 3 Juli 2013, melalui Jenderal Abdul Fattah As-Sisi yang kemudian membentuk pemerintahan sementara dengan presiden terpilih dari pihak oposisi, Adly Mansour.
"Hanya dalam satu bulan, mereka telah
"Sudah berakhir. Obsesi kepresidenan dan kepemimpinan atas negara telah tersingkap," kata Al-Erian.
"Kita lihat, revolusi 25 Januari 2011 adalah untuk melawan tirani yang tunduk kepada Amerika, dan telah menjarah kekayaan Mesir serta mengemis dari Teluk," tegas slah satu pemimpin sayap politik Ikhwanul Muslimin itu.
Dia juga mengatakan bahwa sejak revolusi itu rakyat Mesir memiliki kesempatan selama setahun untuk memahami arti revolusi yang sudah didapatkan, tetapi kini mereka menarik waktu mundur kembali ke masa suram itu.
Pemerintahan yang dipimpin presiden secara sah hasil pemungutan suara rakyat Mesir, Muhammad Mursi digulingkan pihak militer pada 3 Juli 2013, melalui Jenderal Abdul Fattah As-Sisi yang kemudian membentuk pemerintahan sementara dengan presiden terpilih dari pihak oposisi, Adly Mansour.
"Hanya dalam satu bulan, mereka telah
berhasil meyakinkan mayoritas rakyat
Mesir dan sebagian besar dunia bahwa negara akan kembali ke era
intelijen dan keamanan, korupsi dan pembunuhan," ujarnya.
Dia menungkapkan, militer Mesir telah mewujudkan hal itu dalam pembantaian yang belum pernah dilihat warga Mesir sebelumnya.
Media-media lokal melaporkan, setidaknya 200 warga meninggal sementara lebih dari 4500 orang terluka dalam serangan yang dilakukan sejak Jum’at (26/7) kepada para pendukung Mursi yang melakukan aksi protes damai melawan kudeta militer terhadap presiden Muhamad Mursi.
"Mereka telah kembali untuk membalas dendam pada orang-orang yang memberontak (rezim Mubarak)," katanya lapor surat kabar Mesir Al-Masyri al Youm sebagaimana dipantau MINA (Mi’raj News Agency), Ahad (28/7).
Pada bentrokan Sabtu malam (27/7), kelompok "Baltageya" yaitu geng-geng kriminal yang memainkan peran sangat penting dalam peristiwa di Mesir mengepung masjid Al Kaid Ebrahim, Alexandria yang dipadati warga sipil di mana kehidupan mereka berada dalam bahaya dan sedang menunggu bantuan.
Selama rezim Mubarak, geng "Baltageya" tersebut paling banyak digunakan oleh Departemen Dalam Negeri Mesir untuk melawan para ‘pembangkang’.
"Pertanyaannya adalah, berapa lama waktu yang dibutuhkan Mesir untuk menyingkirkan penindasan, media yang korup dan sistem peradilan," tambahnya. (mina)
Dia menungkapkan, militer Mesir telah mewujudkan hal itu dalam pembantaian yang belum pernah dilihat warga Mesir sebelumnya.
Media-media lokal melaporkan, setidaknya 200 warga meninggal sementara lebih dari 4500 orang terluka dalam serangan yang dilakukan sejak Jum’at (26/7) kepada para pendukung Mursi yang melakukan aksi protes damai melawan kudeta militer terhadap presiden Muhamad Mursi.
"Mereka telah kembali untuk membalas dendam pada orang-orang yang memberontak (rezim Mubarak)," katanya lapor surat kabar Mesir Al-Masyri al Youm sebagaimana dipantau MINA (Mi’raj News Agency), Ahad (28/7).
Pada bentrokan Sabtu malam (27/7), kelompok "Baltageya" yaitu geng-geng kriminal yang memainkan peran sangat penting dalam peristiwa di Mesir mengepung masjid Al Kaid Ebrahim, Alexandria yang dipadati warga sipil di mana kehidupan mereka berada dalam bahaya dan sedang menunggu bantuan.
Selama rezim Mubarak, geng "Baltageya" tersebut paling banyak digunakan oleh Departemen Dalam Negeri Mesir untuk melawan para ‘pembangkang’.
"Pertanyaannya adalah, berapa lama waktu yang dibutuhkan Mesir untuk menyingkirkan penindasan, media yang korup dan sistem peradilan," tambahnya. (mina)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan