Oleh: Anshar Dawlah Al-Mazlumah
Beberapa waktu lalu ada
makalah “Taujihat dari balik jeruji’ TULISAN ABU THALUT, di didalamnya
panjang lebar Abu Thalut dengan nada emosionalnya mengatakan dan
mengkritisi Dawlah Khilafah, Jubirnya yaitu Syekh Al-Adnany –hafidzhahullah–
ini dan itu sehingga jihad dan pengorbanannya tidaklah bernilai dimata
seorang alumni Afghan ini!, apakah Abu Thalut tidak paham makna hadits “Diam itu adalah hikmah” atau juga belum pernah baca hadits “katakanlah yang baik atau diam”
??? yang mana mayoritas manusia, mereka tidak diam dan tidak mengambil
hikmah darinya! kenapa Abu Thalut tersulut dengan mayoritas manusia,
berjubel dan berbusanya lisan mereka? Sedangkan versi Al-Qur’an
mayoritas manusia adalah sesat!
Afalaa ta’qilun ya Aba Thalut?
Semua orang juga tahu bahwa hari ini,
mata dan lisan semua musuh sedang menuju satu titik untuk dihabisi dan
dibumi hanguskan dari muka bumi ini, yaitu musuh bersama mereka yang
bernama Dawlah Khilafah, yang orang ’dungu’ masih menyebutnya ISIS dan
orang sakit hati yang menyebutnya jama’ah Al-Bagdady atau apalah
penyebutan lainnya?. Jadi, ada satu kesamaan antara musuh yang berbulu
asli dangan yang berbulu domba, mereka saling melengkapi satu sama lain.
Lengkap sudah dan pas dengan hadits Nabi: “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring….”[1].
Abu Thalut dengan informasi yang ada kami
yakin beliau tidak buta berita dan realita yang berkembang bahwa
Amerika, Yahudi beserta aliansinya tidak pernah diam untuk melumatkan
kekuatan jihad dan tamkin Dawlah Khilafah, lantas apa urusanya abu
Thalut sehingga ucapan dan tindakannya menguntungkan Amerika dan
sekutunya?!
Apakah ada hubungan politik dan ideologi antara Abu Thalut dengan Amerika dan sekutunya?!
Ada hubungan apa anda wahai Abu Thalut?
Jika musuh dengan media dan misilnya
sangat menyakitkan Dawlah Khilafah, sedangankan lisan dan tingkah anda
juga sangat menyakitkan! Kalau begitu kenapa anda tidak menjadi bagian
koalisi saja biar jelas dan terang?.
Saat ini media sekuler sedang diuntungkan
oleh lisan dan media hasut kalian begitupun sebaliknya sehingga
mencoloklah koalisi bersama tanapa sadar. Jika tadinya media sekuler
melihat dan memandang Khilafah dengan kecamata miringnya bahwa ia adalah
dawlah haus darah, dawlah membunuh wanita dan anak-anak, dawlah
merampok dan memperkosa atau apa saja yang mereka sematkan dengan
kecamata hitamnya. Lalu datanglah media domba semacam arrahmah,
muqowamah, An-najah dan selusin media hasad lainnya dengan kemasan
seolah ilmiah dan benar mengatakan bahwa dawlah khilafah ini adalah
khawarij dan takfiri atau sematan lainnya yang terlihat itu adalah
kajian ilmu, padahal sejatinya itu adalah kajian hasad yang memaksakan
diri, terkadang tanpa malu terus menerus menyebut dawlah dengan
sematan-sematan yang jauh api dari panggang, mereka sendiri masih
bingung menerapkan teori dan kaidah takfir kepada dawlah karena
realitanya tidak seperti yang mereka tuduhkan, bagaiamana bisa sedangkan
dawlah tidak memiliki ciri-ciri itu!
Jadi, saking populernya bahasan khawarij dan takfiry[2]
yang mereka sematkan kepada dawlah pada hari ini dan seterusnya,
media-media sekuler pun menambah bahasan dalam berita-berita mereka
seperti yang diulas oleh kompas cs dalam beberapa edisi yang pernah kami
baca, dan itu sebagai hasil copy paste dari media-media hasut dan hasad
diatas, tentu juga tidak lepas dari hasil lisan anda wahai Abu Thalut. Laa haulaa walaaquwwata illaa billah
Jika sebelumnya yang berteriak “Khawarij
dan Takfiri” adalah salafi imitasi maka pada hari ini sudah setali tiga
uang, yaitu satu dalam tiga, tiga dalam satu, itulah tiga unsur yang
terdiri dari kaum shahwat (mujahid imitasi), salafi imitasi (Maz’um)
dan kaum islamiyyun (sekuler tanpa sadar) plus sekuler asli.
Setidaknya Abu Thalut dan barisannya paham apa yang dikatakan oleh Sya-ir:
“Aku kenali keburukan tidak untuk berbuat buruk, akan tetapi untuk menjaga diri”
“Barang siapa yang tidak dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan, maka akan terjerumus ke dalamnya”
Berikut ini kiranya jawaban kami atas taujihatnya Abu Thalut (sang pendekar penentang Dawlah Khilafah)
Bagian I:
AT/Abu Thalut: Apakah ada teladan dari Rasulullah serta assalafus shaleh apabila terjadi perbedaan maka solusinya melakukan mubahala?Setahu saya bila ada perbedaan ijtihady maka dilakukan tarjih
AD/Anshar Dawlah : Wahai
AT, bukankah mubahala itu sendiri bagian dari pada sunnah ini, bukankah
Rasulullah sendiri telah melakukannya? Harusnya anda tidak bertanya
demikian karena pertanyaan anda terbantah oleh sunnah itu sendiri.
Adanya mubahala bukan karena satu kesamaan dan kebenaran akan tetapi
justru adanya perbedaan yang mendasar -bisa perbedaan fiqh, apa lagi
aqidah?- pada kedua belah pihak. Tidak penting apakah itu masuk wilayah
ijtihadiyah atau tidak! Bukankah urusan ijtihadiyah juga bisa menjadi
polemik dan perbedaan yang mendasar, apa lagi ada unsur kedustaan dan
kebohongan didalamnya? Dengan demikian bisa dan sah-sah saja jika satu
pihak menginginkan jalan mubahala dengan harapan akan terbongkar dibalik
sisi-sisi dustanya meskipun itu atas nama ijtihadiyah!. Jangan salah,
hari ini banyak mujtahid dusta seperti ada salah satu jama’ah yang
berkeyakinan bahwa ”ijtihad amir harus kalah dengan ijtihad dewan syura atau anggota”. Apakah anda salah satu berkeyakinan demikian? Jika iya maka sungguh musibah besar dibalik gamis afghan anda!
Anda mengatakan: setahu saya,
itu dalam koridor mujtahid apa dulu? Jika itu mujtahid tulen yang
dibalik jubah mereka ada kujujuran dan mereka lebih dekat dengan sabda
nabi “warisan para Nabi” maka iya dan benar harus menempuh jalan tarjih, juga tidak ada salahnya mereka bermubahala sekalipun, semua demi kebenaran dan kejujuran!
hanya saja pembelotan dan khaa-innya Jabhah Nushrah dari induk dan
amirnya harus dijawab dengan mubahala, bukankah mereka lebih jujur
kepada shahawat daripada kepada amir dan induknya? Apakah ada jaminan
bahwa mereka adalah mujtahid tulen dan memenuhi syarat didalamnya? Apa
gerangan dengan kita termasuk anda wahai Abu Thalut!
Karena Anda mengatakan: Setahu saya maka
berikut ini ada ilmu mengajarkan anda, yaitu bahwa dalam hukum mubahala
itu berlaku dalam segala hal yang berkaitan dien, dalam masalah fiqh
maupun aqidah, tidak terbatas!
Al-Qashimi berkata dalam mahasin
At-ta’wil: Diambil kesimpulan dari ayat itu (ayat tentang mubahala)
kebolehan adu argument di dalam urusan dien, dan bahwa orang-orang yang
mendebat yang mengingkari suatu dari syariat ini maka boleh mengajaknya
untuk bermubahala, sebagai sikap mencontoh apa yang diperintahkan oleh
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Berikut ini adalah beberapa contoh salaf bermula’anah/bermubahala diantara mereka:
Al Kaziruniy berkata di dalam Tafsirnya:
“Terjadi pengkajian di sisi syaikh kami Al ‘Allamah Ad Dawaniy -semoga
Allah mensucikan batinnya- perihal kebolehan mubahalah setelah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menulis satu risalah perihal
syarat-syaratnya yang disimpulkan dari Al Kitab, As Sunnah, Atsar dan
ucapan para imam. Dan kesimpulan ucapannya di dalam risalahnya itu
adalah bahwa mubahalah tidak boleh kecuali dalam hal yang penting secara
syari’at dan terjadi di dalamnya kesamaran dan pembangkangan yang tidak mudah dilenyapkan kecuali dengan mubahalah.
Sehingga disyaratkan mubahalah itu dilakukan setelah penegakan hujjah,
upaya pelenyapan syubhat dan pengedepanan nasehat dan peringatan serta
ketidakmanfaatan hal ini dan juga adanya kepentingan yang mendesak
terhadapnya.”
Kemudian beliau berkata: ” Al Imam
Shiddiq khan berkata di dalam Tafsirnya: “Al Hafidh Ibnul Qayyim
rahimahullah telah mengajak orang yang menyelisihinya di dalam
permasalahan Shifat Ar Rabb Ta’ala Sya-nuhu dan pemberlakuannya sesuai
dhahirnya tanpa ta’wil, tahrif dan ta’thil, (beliau mengajaknya) untuk
melakukan mubahalah di antara Rukun (pilar pojok Ka’bah) dan Maqam
Ibrahim, namun orang itu tidak menyambut ajakannya itu dan dia takut
keburukan akibatnya.” Dan kisah ini selengkapnya bisa dilihat di dalam
Kitab-nya yang terkenal dengan nama (An Nuniyyah) -selesai-.”
Dan beliau telah menyebutkan di dalam
Zadul Ma’ad pada fasal fiqh kisah duta-duta Najran, yang teksnya: “Dan
di antaranya bahwa sunnahnya dalam mendebat penganut kebatilan bila
hujjah Allah telah tegak terhadap mereka dan mereka tidak mau rujuk
namun malah bersikukuh di atas pembangkangan adalah mengajak mereka
untuk melakukan mubahalah, dan Allah Subhanahu telah memerintahkan hal
itu kepada Rasul-Nya, dan Allah tidak mengatakan bahwa hal itu tidak
berlaku bagi umatmu sesudahmu. Dan keponakan beliau yaitu Abdullah Ibnu
‘Abbas telah mengajak mubahalah orang yang mengingkari sebagian masalah furu’ (Fiqih) terhadap beliau, dan para sahabat tidak mengingkarinya[3],
dan Al Auza’iy telah mengajak Sufyan Ats Tsauriy untuk bermubahalah di
dalam masalah mengangkat kedua tangan, dan ia tidak diingkari atas hal
itu, dan ini adalah di antara kesempurnaan hujjah -selesai-.”
Dan berdasarkan atas hal itu, maka
sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Syaikh Al ‘Adnaniy berupa mubahalah
terhadap Abu Abdillah asy Syamiy Syar’iy Jabhah Nushrah adalah hal yang
syar’iy yang shahih lagi tidak apa-apa di dalamnya.
Hal ini dikuatkan lagi bahwa urusan yang mana Al ‘Adnaniy mengajak mubahalah di dalamnya adalah urusan yang besar dan perkara yang sensitif dari sekian permasalahan umat, dikarenakan ia berkaitan dengan nasib jihad di benteng penting dari sekian benteng-benteng islam dan kaum muslimin di akhir zaman, yaitu bumi Syam yang penuh berkah.
Faidah ‘Ilmiyyah:
Al Qasimiy berkata di dalam tafsirnya:
“Az Zamakhsyariy berkata: Bila kamu mengatakan (bahwa) ajakannya kepada
mubahalah itu tidak lain adalah untuk membuktikan siapa yang dusta apa
dia atau lawannya, sedangkan itu adalah hal khusus bagi dia dan orang
yang mendustakannya, maka apa makna penggabungan anak-anak dan para
isteri? Maka saya katakan: Itu adalah lebih kuat di dalam menunjukkan
terhadap ketsiqahannya dengan keadaannya, dan kemantapannya dengan
kejujurannya, di mana dia berani menggadangkan buah hatinya dan belahan
jiwanya serta orang-orang yang paling dia cinta ke dalam hal itu, dan
dia tidak merasa cukup dengan penggadangan dirinya saja, dan dia
mengetahui kebenarannya dengan kebohongan lawannya supaya si lawan itu
binasa bersama buah hati dan belahan jiwanya dengan kebinasaan yang
total bila mubahalah itu sudah terlaksana. Sebab anak-anak dan para
isteri khusus disebutkan adalah dikarenakan mereka itu orang-orang yang
paling dekat dengan hati, di mana orang itu rela menebus mereka dengan
dirinya dan berperang untuk melindunginya sampai terbunuh, oleh karena
itu orang-orang dahulu membawa para isteri-isteri mereka di dalam
peperangan supaya menghalangi mereka dari melarikan diri dan mereka rela
membela para isteri itu dengan jiwa mereka dengan pembelaan yang
sebenarnya. Dan Allah mengedepankan mereka (anak isteri) terhadap diri
mereka sendiri di dalam penyebutan dalam rangka mengingatkan terhadap
kelembutan posisi mereka dan kedekatan kedudukan mereka, dan dalam
rangka mengisyaratkan bahwa anak isteri itu lebih dikedepankan atas diri
sendiri lagi ditebus dengannya.” Selesai.
Silakan Rujuk Makalah: Mubahalah Al ‘Adnaniy Dalam Timbangan Syari’at. http://www.millahibrahim.wordpress.com
AT : Bila kita kaji
Asbabunnuzul ayat mubahala akan dijumpai bahwa perkara ini antara
Rasulullah dan ahlul kitab dalam hal persoalan ushulu diin bukan
ijtihady.
AD : wahai AT, anda harus tahu bahwa ada kaidah ilmu “Sebuah hukum harus dibangun dengan keumuman lafazh bukan kehususan sabab”
dari kaidah tersebut dapat dipahami bahwa hukum mubahala itu ada, dan
berlaku kapan saja atas siapa pun tanpa terikat (baik ijtihadi atau
tidak, muslim atau tidak). Jika kita membatasi hukum mubahala maka sama
saja kita tidak paham kaidah ilmu tersebut yang berarti menyempitkan
makna hukum dan islam itu sendiri. Dan saya kira apa salahnya juga Abu
Thalut dengan Anshar Dawlah untuk terlibat mubahala, apakah Dawlah
Islamiyah yang benar atau Abu Thalut yang salah, atau sebaliknya. Ini
sah-sah saja mengingat selama ini Abu Thalut sendiri merasa benar dengan
banyak mencela dan menghina Dawlah dan Junudnya. Silakan! biar siapa
yang akan tenggelam lebih dahulu sebagaimana tenggelam dan hilangnya Abu
Abdullah Asyami[4]
sampai sekarang tidak tahu dimana rimbanya? Sedangkan Jubir Dawlah,
Syekh Al-Adnany makin bersinar dan terus bermunculan audio dan videonya.
Inilah keadilan Allah….
AT : Al-Adnany sendiri
menyatakan didalam pidatonya bahwa perbedaan dawlahnya dengan Al-Qaeda
adalah “khilaful manhaj” (perbedaan manhaj) jelas bukan perbedaan
ijtihady
AD : Wahai AT, Jauh
sebelum Syekh Al-Adnany menyatakan “khilaful Manhaj” maka jangan heran
atau pura-pura tidak tahu bahwa Amir Al-Qaeda lebih dahulu berteriak
bahwa Dawlah Khilafah adalah anak-cucu Ibnu Muljam, khawarij dan takfiri[5].
Sesungguhnya siapa sebenarnya lebih dahulu mengatakan “Khilaful Manhaj”
?, ketika Amir Al-Qaeda mengatakan Ibnu Muljam bermakna Khawarij dan
Takfiri, apakah itu tidak berkonsekuensi “khilaful Manhaj” ? apakah anda
membela diri, lalu mengatakan bahwa ucapan amir Al-Qaeda tersebut tidak
berkonsekuensi apa-apa? Lantas kami bertanya: apakah manhaj khawarij
dan manhaj Ahlus sunnah itu sama? Jika tidak sama berarti ucapan amir
Al-Qaeda tersebut benar mengandung konsekuensi “khilaful manhaj”. Jadi,
ternyata yang membuka koedok persoalan “khilaful manhaj” pada awalnya
bukanlah Dawlah khilafah akan tetapi kalian sendiri lewat lisan “hakimul
ummahat”. Sedangkan Syekh Al-Adnany hanyalah reaktif tanpa mendahului,
itu pun setelah menela’ah dan pempelajari apa yang disebut Sepeniggal
Syekh Usama yang berhaluan Irja’i, orang-orang yang membelotkan tujuan
dan garis-garis perjungan beliau -Allahu Yarham-. Sebenarnya ucapan
syekh Al-Adnany tidak berlebihan mengingat ketergelinciran tanzhim dan
orang-orang yang ada didalamnya begitu jauh. Ini bisa dilihat dengan
kemenangan Syi’ah Hautsi Yaman yang selama ini dibiarkan tanpa
dikafirkan, apa lagi diperangi? Kemenangan Syi’ah Hautsi akibat
ketergeliciran manhaj tanzhim, dan ini harus kalian pertanggung jawabkan
karena kalian lebih senior di Yaman! Sedangkan saat itu kalian datang
ke kota Dammaj atas undangan salafi Maz’um (Muqbiliyyun)[6]
dan kalian berhasil memukul mundur Hautsi tanpa menghancurkannya,
begitu pun hari ini, kalian memerangi Hautsi karena Hautsi menang dan
memerangi kalian, semata-mata bukan kekafirannya! Itulah manhaj kalian
yang Allah bongkar
Bagian II:
SYEKH AL-MAQDISI TENTANG PILOT YORDAN
Abu Thalut/AT dengan mengutip cerita dari Al-jazeera.net yang konon itu testimoning Al-Maqdisi, dan itu katanya hasil wawancara Al-Jazeera.net terhadap beliau. Yang kesimpulanya bahwa Syekh menjadi mediasi[7].
Terlepas itu benar atau tidak! Yang jelas bahwa Dawlah dalam mengambil
keputusan tidak membutuhkan Fatwa dan ocehan orang-orang yang
bersebrangan dengannya, apa lagi orang itu cupup popular dalam
penentangannya. Sebagaimana Abu Thalut tidak akan mendengar ucapan
Dawlah dan Ansharnya hanya karena dalam benak Abu Thalut bahwa Dawlah
dan ansharnya adalah pembunuh, penipu, khawarij, takfiri dan bodoh atau
apalah kebiasaan lisan Abu Thalut? Apalagi teringat bahwa Dawlah
“membunuh” gurunya yaitu Abu Khalid As-suri. Aneh, di Syam saja tidak
bisa membuktikan, siapa yang membunuh Abu Khalid As-suri tapi dari balik
jeruji LP Kedung Pane Semarang, Abu Thalut bisa membuktikannya? Luar
biasa, begitu hebatnya media dan opini sampai-sampai Abu Thalut termakan
dengannya, apa gerangan dengan orang awam?!
Dalam terstimoni tersebut Al-Maqdisi berkesimpulan “Dawlah tidak bisa dipercaya” dan mengatakan: “MEREKA (DAWLAH) PARA TUKANG TIPUDAYA DAN PARA PEMBOHONG”
Tipudaya dan pembohong? Wahai Syekh,
tidak kah anda sadar bahwa anda bukanlah berada dalam barisan Dawlah
bahkan juga bukan simpatisan! Kalau begitu bagaimana dawlah bisa percaya
kepada orang di luar,sedangkan orang itu hanya bisa mencela dan
mencela! Kalau memang Dawlah berbohong kepada anda, apa itu salah?
Sedangkan dalam ilmu politik dan strategis jujur kepada interen saja
salah, apa gerangan jujur kepada pencela lagi diluar pagar? Ilmu fiqih
mengajarkan hal itu, fiqh siyasah dan waqi’iyah sudah ada dalam benak
anda wahai syekh, tapi kenapa anda berharap dawlah jujur sedangkan anda
tidak pernah jujur kepada dawlah, apakah ini adil wahai syekh? Wahai Abu
Thalut, jujurlah anda kepada Dawlah dan Ansharnya jika anda
menginginkan keadilan dari dawlah dan ansharnya. Tahan lisan mu, sejenak
saja lisan mu berhenti itu membuat musuh marah karena pada hari ini,
siapa pun yang bersebrangan dengan Dawlah maka akan di apresiasi kalau
perlu menjadi mitranya! Kami yakin anda tidak ingin menjadi mitra
mereka.
Jika Abu Thalut pernah menyaksikan Video
pembakaran itu, harusnya sadar betapa hebatnya kejahatan sang pilot itu,
betapa melelehnya darah kaum muslimin karena dahsyatnya pemboman itu.
Dari tontonan itu harusnya naluri Syar’i Abu Tahlut berbicara jujur atau
paling tidak diam! Ilmu Syar’i, politik dan Waqi’iyah anda harusnya
diterapkan bahwa pembakaran itu pilihan yang paling Syar’i meskipun
ditukar dengan kesyahidan ukhtuna Sajidah Ar-Risywah. Timbangan Syar’i
yang dipilih oleh dawlah memang membingungkan dunia karena dunia pada
umumnya adalah kontra dan mau menjadi rivalnya, bagaimana mungkin kalian
(para pendengki) bisa menerima meskipun ilmu syar’i sudah dikuasai, dan
itu tidak bermanfaat selama hati kalian terus diatas kedengkian dan
selama buah pikiran kalian menguntungkan musuh?! Sungguh ilmu Syar’i
kalian hanyalah teori belaka sedangkan Dawlah dalam menerapkan hal
“pembakaran pilot” tsb mendahulukan “Fiqh Al-‘Aulawiyah” plus “Asiyasah
An-Nabawiyah” plus “Al-Waqi’iyah” plus “Al Mashalihu wal Mafaasid”
sebagaimana juga Dawlah sudah menyajikan begitu banyak nash yang
berhubugan hal tersebut. Silakan Tonton lagi videonya atau baca
naskah-naskah bertebaran yang berhubungan dengannya
AT : Saya berpendapat
bahwa paling tidak ditemukan ada dua bukti yang menunjukan bahwa
Al-Bagdady dan Jama’ahnya hanya berkeinginan semata-mata membunuh pilot
Yordan tersebut dan sama sekali tidak ada keinginan untuk membebaskan
ukhti Muslimah Sajidah Ar-Risyawah:
Pertama: Kisah Syekh Al-Magdisi diatas
yang menunjukan bagaimana mereka meperdaya dan membohongi Syekh
Al-Maqdisi atas nama pembebasan Sajidah
Kedua: Bahwa tuntutan mereka (Dawlah)
yang awal adalah uang tebusan berjumlah trilyunan rupiah untuk
pembebasan pilot itu dan bukan pertukaran itu.
AD :
Pertama: Wahai Abu Thalut, sebagaimana
sudah kami jelaskan diatas bahwa Syekh Al-Maqdisi bukanlah simpatisan
Dawlah, apa lagi petingginya, justru Syekh begitu jelas dan nampak
penentangannya, bagaimana bisa Dawlah mempercayainya? Jika saja beliau
mengambil jalan tawaquf tanpa mencela Dawlah mungkin masih ada harapan
untuk dipercaya!. Lagi-lagi hal itu bersumber dari media paling sekuler
di Timur tengah yaitu Al-Jazeera, apa ada jaminan bahwa
testimoni/wawancara itu tidak dikebiri oleh mereka? Siapa yang menjamin
bahwa beliau tidak dalam tekanan thagut Yordan? Siapa dan siapa dari
kalian bisa menjaminnya? Aduhai, Sungguh dawlah Al-Mazhlumah dan kalian
tanpa sadar menzholiminya.
Kedua: Dengan akar kemarahan dan tidaklah
berpikir lurus, walau hanya berbaik sangka… bagaimana bisa dan dari
mana sumbernya sehingga Abu Thalut menuding bahwa Dawlah hanya mencari
uang trilyunan rupiah, bagaiaman itu bisa terjadi wahai Abu Thalut
sedangkan hal itu/tuduhan anda bertolak belakang dengan realita. Dawlah
mengambil pilihan membakar -meski tanpa tukar dengan sajidah- itu saja
menjadi pilihan terberat dan sulit! Karena timbangan antara kejahatan
pilot yang harus diqishos dan pilihan membebaskan seorang muslimah!
Bagaiamana bisa anda menuduh demikian wahai alumni “Jihad” Afghan? Jika
saja Dawlah memilih ambil uang tentu Yordan sangat mudah mengupulkan
uang yang di inginkan Dawlah, sebesar apa pun dawlah inginkan? Tapi
realita membantah anda wahai Abu Thalut, yaitu dawlah tegas, jujur dan
tidak sepeser pun yang diambil karena pembakaran itu menandakan “dawlah
bukan mata duitan”. Sedangkan Ukhtuna muslimah Sajidah telah menang
dengan kesyahidannya, dawlah telah berjasa atasnya. Lantas kenapa anda
yang sewot?
Bagian III
SYEKH AL-MAQDISI TENTANG SANDERA DAWLAH BERNAMA ALAN HENING.
Untuk diketahui bersama bahwa persoalan
Alan Hening harus kita dudukan sebagai timbangan untuk mengukur, apakah
Alan Hening yang kita bela atau Dawlah Khilafah?. Jika Alan Hening yang
masih diperdebatkan ke Islamannya dan statusnya, apakah dia benar-benar
pekerja social atau agen spionase? Kenapa kita malah menzholimi Dawlah
sedangkan dawlah dimata anda begitu jelas dan nampak ke islaman dan
perjuangannya? Seorang muslim yang adil harusnya mengambil yang jelas
bukan malah berpegang pada hal yang masih samar-samar!. Lagi pula dawlah
lebih tahu siapa sesungguhnyaAlan Hening, dan apa kerjaannya? Dawlah
tidaklah bodoh dan sambrono melenyapkan nyawa seseorang yang tidak
bersalah, sedangkan eksekusi Alan dilakukan setelah isolasi dan
interogasi yang panjang. Jika saja dawlah seperti yang anda tuduhkan
tentu dawlah sejak awal sudah mengesekusinya, tidak perlu menunggu
waktu! Buktinya berbulan-bulan bahkan hampir satu tahun lamanya sehingga
eksekusi itu dilakukan. Sekali lagi, dawlah lebih tahu dari pada anda
sedangkan anda sendiri mengatakan: “Berdasarkan Info yang kami terima berulang kali menyatakan bahwa Alan Hening adalah seorang sopir sukarelawan”. Perhatikan perkataan anda: “Berdasarkan Info”. Kami bertanya: info dari mana anda dapatkan? Anda juga mengatakan: “Diklaim oleh media sebagai seorang pekerja kemanusiaan” perhatikan ucapan anda: “Diklaim oleh media”
kami pun bertanya: media iblis mana yang mengklaimnya?. Kalau memenag
masih diklaim lalu kenapa anda menyimpulkan bahwa mereka adalah SUKARELAWAN??? Laa haula walaa quwwata illa billah….bagaimana
anda lebih bercaya kepada yang absurd dan husnu dzhon kepadanya
sedangkan anda meletakan dawlah dibawah kaki anda! Apakah ini adil wahai
ulil abshar? Wahai yang tidak suka dipanggil Abu Jalut!.
Kalau mau jujur, andai saja dawlah
seburuk anda tuduhkan tentu bukan seorang Alan Hening saja yang akan di
eksekusi akan tetapi bisa ribuan karena di bumi syam saat ini adalah
tempat terbuka bagi ribuan sukarelawan seluruh dunia, sedangkan pintu
keluar masuk di Turki sebagian besar dalam control dawlah, dan sangat
mudah dawlah menggiring mereka semuanya kalau memang hanya untuk
membunuh orang yang tidak bersalah?, kalau dawlah seperti yang anda
tuduhkan juga tentu habislah para wartawan asing! Tempo hari dawlah
mengusir para wartawan dari wilayah Raqqah dan beberapa wilayah lainnya
itu pun kesalahan mereka karena mereka tidak disiplin dan sesuai
perjanjian yang dibuat. Sekali lagi itu pun di usir bukan di bunuh!
Aduhai, kenapa anda begitu ambisius membela yang samar-samar, kenapa
dawlah lebih tahu dan paham realita lapangan tapi anda seolah-olah “Berdasarkan info” lalu menjadi hujjah, paling benar dan jujur??? Kalau anda menasehati dawlah “Ittaqillah” maka kami pun menasehati anda “ Ittaqillah wa husnu dzhon bih” dan juga berbaik sangkalah kepada dawlah sebelum anda berbaik sangka kepada musuh kalau memang anda ingin melakukan itu? Janganlah anda seperti lalat yang menghinggap pada kotoran sedangakan yang bersih-bersih ia menjauhinya. Wallahu’alam
Sekian….
Bumi Allah, 30 April 2015 MAl Faqier Ilallah
(Anshar Dawlah)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan