Dalam jawaban saya kali ini , tidak seluruhnya saya jawab,
tapi cukup yang penting saja dan bisa menjadi pengetahuan penting bagi pembaca.
Abdur
Rasyid Al-Atsari menulis :
pak, saya jwb lagi selain kitabullah dan sunnah
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam tddk boleh ditakwil,
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pada pokoknya, kalimat al quran
dan hadis itu harus di terjemahkan apa adanya, jangan di ada – adakan , di
takwil . Kecuali pengertiannya melenceng
bila tidak ditakwil. Dalam keadaan ini,
boleh ditakwil yang tepat, bukan mengikuti ajaran golongan, nafsu yang bejat
atau kepentingan thaghut.
Saya ingat perkataan DR Ibtisam
bint Badar Iwadh al Jabiri dosen di Univ Ummul qura kuliah Dakwah dan Usuluddin
وبهذا يتبين أن
إعمال النصوص على ظواهرها هو الأصل، ولا يجوز
صرف اللفظ عن ظاهره إلا لدليل صحيح من كتاب أو سنة، لأن تأويل
الظواهر بلا دليل إلغاء لإرادة الشارع من اللفظ،
واستبدالها
بإرادة المؤول، وهو لايجوز إطلاقاً.
Nas ( hadis
atau quran ) harus diperlakukan sesuai
dengan makna harfiahnya - dan ini yang
perinsip atau yang asal. Tidak boleh ditakwil kecuali ada dalil sahih
dari kitabullah atau sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sebab, takwil tanpa dalil akan mengabaikan /
atau memakai kehendak syari`( Allah dan
rasulNya ) dari lafad tsb. Lalu di ganti dengan kehendak pentakwil itu. Dan
ini secaa mutlak tidak boleh.
Komentarku (
Mahrus ali ):
Bila kalimat
al quran itu bisa di takwil dengan
seenaknya , maka ajaran yang
bersumber dari al quran akan punah lalu
berganti dengan ajaran hawa nafsu,
golongan, tradisi leluhur yang hina bukan tradisi leluhur yang mulia – para
sahabat.
Abdur
Rasyid Al-Atsari menulis lagi : Berlindung kepada
ulama kibar dan menjadikan mereka sebagai rujukan dalam mengaplikasikan Al
Quran dan Sunnah terkait fitnah yang mewabah. Mereka telah menghabiskan umur
yang panjang dalam mempelajari keduanya dan ilmu-ilmu pendukung lainnya.
Pengalaman bergelut dalam medan
dakwah selama bertahun-tahun telah menoreh pelajaran berharga di hati-hati
mereka. Merekalah yang paling paham bagaimana hendaknya insan berbuat dalam
semua gejolak fitnah yang semakin memanas. Rasulullah bersabda
البركة مع أكابركم
"Keberkahan itu bersama orang-orang besar kalian" (HR Al Hakim di Al Mustadrak 1/62 dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Silsilah Shahihah No. 1778)
"Keberkahan itu bersama orang-orang besar kalian" (HR Al Hakim di Al Mustadrak 1/62 dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Silsilah Shahihah No. 1778)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Setahu saya , Bukhari , Muslim , Ibnu Majah, Tirmizi , Abu
Dawud, Nasai , Imam Ahmad, Imam Malik
tidak berani menyatakan sahih hadis tsb.
Hadis tsb diriwayatkan oleh muhaddis sbb:
-
جامع الأحاديث للسيوطي (11/ 175)
خرجه ابن حبان (2/319 ، رقم
559) ، والطبرانى فى الأوسط (9/16 ، رقم 8991) ، والحاكم (1/131 ، رقم 210) قال :
صحيح على شرط البخارى . وأبو نعيم فى الحلية (8/171) ، والبيهقى فى شعب الإيمان
(7/463 رقم 11004) ، والخطيب (11/165) ، والقضاعى (1/57 ، رقم 36) . قال الهيثمى
(8/15) : رواه البزار ، والطبرانى فى الأوسط ، وفى إسناد البزار نعيم بن حماد ،
وثقه جماعة ، وفيه ضعف ، وبقية رجاله رجال الصحيح
العلل المتناهية في الأحاديث
الواهية (1/ 44)
قال ابن عدي:وهذا لا يروى
مرفوعا إلا ابن المبارك والأصل فيه مرسل وبقية كان يدلس ويروي عن الضعفاء
Hadis tsb tiada yang
meriwayatkan secara marfu` kecuali Ibn Mubarak. Asalnya adalah mursal ( lemah ) . Perawi bernama Baqiyah adalah suka menyelinapkan perawi lemah dan meriwayatkan dari perawi – perawi
lemah. Al Ilal al mutanahiyah 44/1
Jadi menurut Ibnu Ady,
hadis keberkahan di orang tua - tua mu adalah lemah.
-
صحيح ابن حبان (3/ 113، بترقيم الشاملة آليا)
-
-
قال أبو حاتم رضي الله عنه : لم يحدث ابن المبارك هذا الحديث بخراسان إنما حدث
به بدرب الروم ، فسمع منه أهل الشام ، وليس هذا الحديث في كتب ابن المبارك مرفوعا
Abu Hatim ra
berkata: Ibn Al Mubarak tidak meriwayatkan hadis ini di Khurasan tapi di Darbur rum , lalu didengar oleh
penduduk Syam. Dalam kitab – kitab Ibn
Mubarak sendiri hadis tsb tidak marfu ( bukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang bersabda ).
Sahih Ibn Hibban
113/3 .
Komentarku ( Mahrus ali ):
Menurut beliau hadis tsb bukan perkataan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam .
Sanad hadis tsb sbb:
المستدرك لمحمد النيسابوري (1/ 108)
حدثنا) أبو احمد حمزة بن العباس العقبى ببغداد ثنا عبد الكريم بن
هشيم ثنا نعيم بن حماد (واخبرنا) أبو العباس محمد بن احمد المحبوبى
بمرو ثنا احمد بن سيار ثنا وارث بن عبيد الله (قالا) ثنا عبد المبارك انبأ
خالد بن مهران الحذاء عن عكرمة عن ابن عباس قال قال
رسول الله صلى الله عليه وآله البركة مع اكابركم * هذا حديث صحيح
على شرط البخاري ولم يخرجاه *
…………….. Al
Hakim berkata: Ini hadis sahih menurut
sarat periwayatan Bukhari
Komentarku ( Mahrus ali ):
Tidak benar apa yang dikatakan oleh al Hakim sebab
perawi bernama Warits bin Ubaidillah, Ahmad bin Sayyar dan Muhammad bin Ahmad al Mahbubi bukan perawi sahih Bukhari . Imam Al Hakim
dalam hal ini salah, tidak benar.
Bila dikatakan benar, buktinya juga salah.
Ada pertanyaan diajukan kepada Syaikh Muqbil bin Hadi
al wadi`I – murid al Bani.
السؤال 212@ إذا قال الحاكم: صحيح على شرط الشيخين،
هل يكون الرجال هم الذين في البخاري ومسلم؟ أم ليسوا في البخاري ومسلم؟
الجواب: هذا هو الذي ينبغي أن يفهم منه، أن قوله: على شرط الشيخين، معناه: أن رجاله رجال الشيخين. وقد يهم الحاكم، ويكون في السند من ليس من رجال الشيخين، أو هو من رجال أحدهما، وقد يهم ويكون في السند من هو كذاب أو وضاع.
Pertanyaan 212 @ . Bila
Al hakim berkata: Sahih menurut persaratan perawi Bukari dan Muslim, apakah perawi – perawi tsb memang dalam kitab Bukhari dan Muslim atau
tidak.
Jawab : Ini yang layak di pahami bahwa perkataan Al Hakim ………
sesuai dengan sarat perawi Bukhari dan Muslim , maksudnya adalah perawi – perawinya perawi Bukhari dan Muslim . Tapi kadang al
Hakim keliru lalu dalam sanad
tersebut ada orang yang tidak tergolong dalam persaratan
perawi Bukhari dan Muslim , atau kadang termasuk perawi salah satunya. Kadang al Hakim keliru juga, sebab ternyata dalam
sanad itu terdapat perawi pemalsu hadis atau pendusta.
Maksud dalam
sanad abd Mubarak adalah Abdullah bin Mubarak dalam sanad – sanad yang
lain bukan Abd Mubarak – Ia salah tulis.
-
مختصر زوائد مسند البزار (2/ 371)
-
[قال البزار: لا نعلم أحداً
رواه غير ابن عباس]
Dalam kitab Mukhtashar zawa ifdal musnad
371/2 ada keterangan:
Al Bazzar berkata: Saya tidak mengerti hadis tsb
di riwayatkan oleh seseorang kecuali Ibn Abbas.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bahkan saya mencari di seluruh kitab – kitab hadis
yang saya miliki bukan sebagiannya tapi seluruhnya ternyata ada kejanggalan
yaitu hadis tsb hanya di riwayatkan oleh Abdullah bin Mubarak yang lahir di
tahun 118 H – termasuk tingkat ke
delapan dari atbaut tabiin , wafat pada
tahun 181 H .
Hadis tsb
tidak dikenal dikalangan sahabat kecuali Ibnu Abbas, bahkan di masa pengikut tabiin kecuali satu orang yaitu Abdullah bin Mubarak. Tiada perawi lain
yang meriwayatkan. Di masa beliau tiada yang ngerti hadis itu. Pada hal saat itu adalah tahun sekitar 118 H – 181 H.
Mayoritas sahabat , tabiin dan atbaut tabiin sampai mati tidak kenal hadis tsb
kecuali satu orang perawi .
Hadis
sedemikian ini menurut pakar hadis dulu termasuk hadis munkar, syadz dan
nyeleneh. Juga masih ada dua perawi
bernama Warits bin Ubaidillah dan Muhammad bin Ahmad al Mahbubi yang saya
sendiri belum tahu ulama yang menyatakan beliau berdua termasuk perawi
terpercaya .
Abdul hay al luknowi berkata:
فكثيراً ما يطلقون النكارة على
مجرَّد التَّفرُّد،
Sering kali mereka menyatakan hadis munkar disebabkan tafarrud saja . (
satu perawi yang meriwayatkan bukan dua atau tiga ).
DR Abu Lubabah At thahir Shalih
Husain kepala bagian dirosah Islamiyah
di Emirat menyatakan :
وَإِطْلاَقُ الْحُكْمِ عَلَى
التَّفَرُّدِ بِالرَّدِّ وَالنَّكَارَةِ أَوِ الشُّذُوْذِ مَوْجُوْدٌ فِي كَلاَمِ
كَثِيْرٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ
Mengghukumi perawi yang secara sendirian
meriwayatkan agar riwayatnya tertolak ,
dikatakan mungkar , syadz memang ada dlm perkataan kebanyakan ahli hadis .
Ulumul hadis 12/1
Redaksi
hadis juga beda sbb:
الغرائب الملتقطة من مسند الفردوس لابن حجر
- مخطوط (ن) (ص: 1507)
-
: " الخير مع أكابركم "
Kebaikan bersama
orang –orang tuamu ( atau tokoh – tokohmu atau ulama`mu sekalipin masih muda.)
صحيح ابن حبان (2/ 319)
( البركة مع أكابركم )
Keberkahan bersama orang tua – tuamu .
-
جمع الجوامع أو الجامع الكبير للسيوطي (ص: 389)
)
ابدأوا بالأكابر فإن البركة مع أكابركم (الحكيم عن ابن عباس)
Dahulukan orang tua – tuamu , sesungguhnya
keberkahan bersama orang tua tuamu .
( Al Hakim dari Ibn Abbas ).
-
جمع الجوامع أو الجامع الكبير للسيوطي (ص: 10632)
-
) البركة مع أكابركم
أهل العلم (الرافعى عن ابن عباس)
-
Keberkahan bersama orang tua – tuamu
– ulama / ahlul ilmi ( Rafii dari Ibnu Abbas ).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Redaksi hadis yang banyak tambahan , pengurangan,
beda sekali dan tidak sama ini termasuk idhtirab atau kacau redaksinya, tidak
singkron. Sulit di pahami, mudah salah
tafsir, mana di antara redaksi tersebut yang benar – benar sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan mana
yang palsu atau mana kalimat yang benar – benar tambahan perawi. Dan ini juga
salah satu kedustaan bukan kejujuran. Saya ingat kaidah dalam mustholah sbb:
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ
مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ
اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.Artikel Terkait
Komentar Ulama Saudi tentang Burdah
- Pendapat imam madzhab empat kadang keliru
- Perjuangan Ulama-Ulama Indonesia Saat Revolusi Fisik Melawan Penjajah
- Komentarku untuk Imam Ramli
- Jawabanku untuk K Thobari Syadzili
- Komentarku pd Syaikh Muhammad Al amin al Kurdi
- Terkenal wali tp syirik
- Polemik ke dua dengan Ahmad Haidar Humam
- Cuitan Twitter Syaikh Al-Qarni Setelah Penembakan: Saya Ok dan Baik, Alhamdulillah!
- Nasehat Berharga Dari Seorang Ulama Kepada Anaknya.
- Donny Stefen Wattimury
- Jawabanku untuk Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
- STOP Memberi Nama Ibnu Sina! Ini Penjelasannya
- Ayo Sambut Kedatangan Ulama Dunia Ini di Istiqlal!
- Kesalahan ulama ke 32 ( Kelemahan hadis keridaan Allah terserah keridaan orang tua )
- Kesalahan ulama ke 29
- Kesalahan ulama ke 28
- Kesalahan ulama ke 27
- Kesalahan ulama ke 26
- Kesalahan ulama ke 25
- Kesalahan ulama ke 24
- Kesalahan ulama ke 47
- Kesalahan ulama ke 20
- Kesalahan ulama ke 19
- Kesalahan ulama ke 18
- kesalahan ulama ke 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan