Syaikh Muhammad Mutawalli sya`rawi berkata:
إياك أن ترد الأمر على الله سبحانه وتعالى !! فإذا كنت لا
تصلي ٬ فلا تقل وما فائدة الصلاة ٬ وإذا لم تكن تزكي ٬ فلا تقل تشريع الزكاة ظلم
للقادرين ٬ وإذا
كنت لا تطبق شرع الله ٬ فلا تقل أن هذه الشريعة لم تعد تناسب العصر الحديث ٬ فإنك بذلك تكون قد كفرت والعياذ
بالله ! ولكن قل يا ربي إن فرض الصلاة حق ٬ وفرض الزكاة حق وتطبيق الشريعة حق ٬ ولكنني لا أقدر على
نفسي فارحم ضعفي يا رب
العالمين ٬ إن فعلت ذلك ٬ تكن عاصيا فقط
Berhati – hatilah untuk menolak perintah Allah subhanhu
wata ala .
Bila kamu tidak menjalankan shalat , janganlah berkata:
apa gunanya shalat
Bila kamu tidak
mengeluarkan zakat, jangan berkata: “ Ajaran zakat adalah kezaliman terhadap
orang – orang mampu “.
Bila kamu tidak
mampu menjalankan sariat Allah, jangan berkata: Sariat ini tidak layak untuk
zaman moderen .
Sesungguhnya kamu dengan
demikian ini telah kufur, nauudzul billah .
Tapi katakanlah ! Sesungguhnya kewajiban shalat benar, kewajiban zakat juga
benar. Penerapan sariat benar. Tapi aku tidak mampu, belas kasihanilah
kelemahanku ini wahai Rabbul alamin .
Bila kamu melakukan sedemikian maka kamu termasuk orang
yang bermaksiat belaka.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pendapat Syaikh Mutawalli Sya`rawi dalam hal ini tidak
memiliki landasan dari hadis maupun al Quran, tapi murni akal pikirannya. Jadi
al Quran dan hadis dibuang lalu akal
pikirannya di pakai untuk landasan pendapat tsb.
Ini namanya tasyri` yang dilarang bukan mematuhi sariat
yang diparintahkan. Saya ingat
firmanNya:
لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ
الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْلاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ
بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
Apakah
mereka mempunyai sekutu - sekutu selain
Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?
Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah
dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab
yang amat pedih. Syura 21
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ
إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Maka berpegang teguhlah kamu kepada
agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan
yang lurus.
Menurut
beliau orang yang tidak menjalankan shalat atau zakat termasuk orang yang
bermaksiat belaka. Dan saya sendiri tidak mengerti apakah itu termasuk
dosa kecil atau besar menurut beliau. Beliau hanya menyatakan: Orang
yang meninggalkan shalat adalah orang yang bermaksiat. Hal ini mirip sekali dengan perkataan : “ Orang yang
menjalankan shalat wajib adalah orang yang mendapat pahala belaka, bukan pahala
yang besar”.
Bila kita mau kembali kepada sunnah sahihah , maka kita dapati dia adalah orang kafir bukan muslim lagi.
. Imam Muslim , Abu dawud , Tirmidzi , dan Ibnu Majah meriwayatkan hadis
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ
تَرْكُ الصَّلَاةِ
Antara lelaki dan kekufuran
adalah meninggalkan salat .[1]
. Allah berfirman :
كُلُوا وَتَمَتَّعُوا قَلِيلًا
إِنَّكُمْ مُجْرِمُونَ(46)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(47)وَإِذَا قِيلَ
لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ
Makanlah dan bersenang – senanglah sebentar , sesungguhnya kamu orang – orang yang berbuat dosa . Kecelakaan
yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Dan apabila
dikatakan kepada mereka: "Ruku`lah", niscaya mereka tidak mau ruku`.[2]
Dalam hadis tsb dinyatakan
bahwa orang yang meninggalkan shalat kafir bukan mukmin lagi. Ia didukung
dengan ayat tsb yaitu orang yang tidak
mau menjalankan shalat termasuk mendustakan agama bukan membenarkannya. Bukti
membenarkan agama Islam adalah menjalankan shalat. Sedang orang yang tidak mau
mengerjakan shalat lalu mengaku muslim tidak punya punya buktinya. Pengakuannya ibarat omong kosong bukan omongan yang di
sertai bukti.
Ada
hadis lagi:
لَيْسَ
بَيْنَ الْعَبْدِ وَالشِّرْكِ إِلَّا تَرْكُ الصَّلَاةِ، فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ
أَشْرَكَ
“Tidak ada
penghalang antara seorang hamba dengan kesyirikan kecuali meninggalkan shalat.
Barangsiapa yang meninggalkannya, sungguh ia telah berbuat kesyirikan”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 1080, Al-Marwaziy dalam Ta’dhiim
Qadrish-Shalaah 1/572-573, Abul-‘Abbaas Al-Asham dalam Hadiits-nya
no. 54 & 130, Duhaim dalam Al-Fawaaid no. 49 & 150, ‘Abdullah
bin Ahmad dalam As-Sunnah 1/345, dan yang lainnya; shahih - dari Anas radliyallaahu
‘anhu].
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih no. 574)Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ
“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566)Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan