Lanjutan sebelumnya
Hadis
“ keberkahan bersama orang orang tua tuamu” itu perkataan Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam atau bukan.
Para pakar hadis dalam hal ini ada yang menyatakan marfu`
- ya`ni ia hadis dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan ada yang
menyatakan ia dari Ibnu Abbas, lihat contoh
sbb:
الغرائب الملتقطة من مسند الفردوس لابن حجر
- مخطوط (ن) (ص: 1507)
-
قال : أخبرنا محمد بن طاهر الحافظ ، أخبرنا علي بن أبي سعد الهروي ، أخبرنا
أبو عمر محمد بن الحسين البسطامي ، حدثنا الحسن بن سعيد المقريء ، حدثنا زكريا بن
يحيى الساجي ، حدثنا النضر بن طاهر ، حدثنا ابن المبارك ، عن خالد الحذاء ، عن
عكرمة ، عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " الخير مع
أكابركم " . وقد تقدم " البركة "
-
……………., intinya dalam kitab al Ghoroib, hadis tsb dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam
-
-
.
-
البدر المنير (5/ 254)
،
وَلَيْسَ هَذَا الحَدِيث فِي كتب ابْن الْمُبَارك مَرْفُوعا.
Dalam kitab Badrul munir, Ibnu Hibban menyatakan
hadis tsb dikitab Ibnu mubarak bukan
marfu tapi dari Ibnu Abbas saja.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis tsb dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam atau Ibnu Abbas
tetap lemah karena sanadnya
tafarrud pada Ibn Mubarak dan di riwayat
al hakim sendiri terdapat perawi
yang tidak diketahui identitasnya. Redaksinya kacau. Ibnu Ady menyatakan
hadis itu mursal ( lemah ) .
Arti akaabirikum .
Untuk arti akabirikum dalam hadis itu , ulama punya pandangan sbb:
-
معاني الأخبار للكلاباذي 384 (ص: 100)
-
وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم : البركة مع اكابركم وقد أمر بتوقيرهم بقوله
صلى الله عليه وسلم : من لم يوقر كبيرنا فليس منا.
Dalam kitab
ma`anil akhbar , hal 100.
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda : Berkah itu
bersama dengan orang – orang tuamu .
Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintah agar menghurmati mereka
dengan sabdanya: Barang siapa yang tidak menghurmati orang tua ( orang yang
usianya tua ) kita, maka tidak termasuk golongan kami.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Akabir di artikan orang tua tua, bukan ulama kibar.
-
جامع الأحاديث للسيوطي (1/ 82)
-
- ابدأوا بالأكابر فإن
البركة مع أكابركم (الحكيم عن ابن عباس)
-
ابدأوا بالكبراء أو بالأكابر (أبو يعلى ، والطبرانى فى الأوسط عن ابن عباس قال
: كان النبى - صلى الله عليه وسلم - إذا سقى ذكره)[المناوى]
-
Dalam kitab Jamiul ahadis 82/1 :
-
Dahulukan orang – orang tua, sesungguhnya keberkahan bersama orang – orang
yang sudah tua usianya ( Al hakim dari
Ibnu Abbas )
-
…………………., intinya : ketika memberi minuman dahulukan orang - orang tua usianya ( bukan ulama kibar )
-
فيض القدير للمناوي (12/ 58)
(البركة
مع أكابركم) المجربين لأمور المحافظين على تكثير الأجور فجالسوهم لتقتدوا برأيهم
وتهتدوا بهديهم أو المراد من له منصب العلم
وإن صغر سنه فيجب
إجلالهم حفظا لحرمة ما منحهم الحق سبحانه
وتعالى
Dalam kitab Faidul qadir al Munawi 58/12
Keberkahan bersama
dengan orang tua – tuamu yang sudah pengalaman dalam beberapa urusan, selalu menjaga ( atuan agama ) untuk memperbanyak
pahala , duduklah bersama mereka agar kamu bisa mengikuti pendapat mereka dan
bisa mendapat petunjuk dengan prilaku mereka.
Atau mungkin maksudnya orang
yang pangkat ilmu sekalipun usia mereka
masih muda. Mereka harus di muliakan untuk menjaga kehurmatan
kebenaran yang diberikan oleh Allah
subhanhu wataala.
-
التنوير شرح الجامع الصغير (6/ 60)
-
-
4135 - "الخير مع
أكابركم". البزار عن ابن عباس (ح).
-
(الخير) أي البركة كما
في رواية أخرى. (مع أكابركم) أي في السنن أو في العلم والعمل وإن كانوا أصغر سناً.
البزار (3) عن ابن عباس) ورواه أيضاً
-
Dalam kitab tanwir juga di terangkan
:
-
Intinya: maksud akabir adalah tua usianya, atau ilmu dan amaliahnya
sekalipun masih muda ( atau msih kecil ).
Komentarku (
Mahrus ali ):
Bila hadis itu
sahih, maka artinya juga masih punya banyak kemungkinan bukan
husus ulama kibar, mungkin orang sepuh, orang yang berilmu dan memiliki
pendapat yang benar sekalipun masih muda.
Apalagi ia ternyata hadis lemah. Maka kembalilah kepada ayat:
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dan
bila masih ada hilap, maka kita diperintahkan untuk kembali kepada dalil bukan
kepada ulama kibar Indonesia, Saudia, daulah Islamiyah atau Mesir. Tapi kepada
dalil . Bacalah ayat ini:
فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ ا ْلآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. Nisa` 59
Anda menyatakan:
Berkata Abdullah Ibnu Mas'ud
radhiyallahu'anhu, "Selalu saja manusia dalam kebaikan selama mereka
mengambil ilmu dari para ulama besar dan para pemegang amanah mereka. Jika
mereka mengambil ilmu dari para pemuda dan para perusak mereka, mereka akan
binasa."
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sayang sekali anda tidak mencantumkan arabnya agar tampak valid,
bukan tampak copasan dari orang lain yang tidak menulis arabya. Bila
meng copi silahkan, tapi pilihlah yang ada refrensi arab dan kalimat
arabnya hingga mudah di rujuk dan tampak terjemahan yang benar atau salah.
Ternyata terjemahannya kurang pas
. Lihat terjemahanku sbb:
وعن ابن
مسعود- رضي الله عنه-:
(( لا يزال الناس بخير ما أخذوا العلم عن أكابرهم
, وعن أمنائهم وعلمائهم , فإذا أخذوا من صغارهم وشرارهم هلكوا
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu,
"Selalu saja manusia dalam kebaikan selama mereka mengambil ilmu dari orang
tua – tua mereka , orang – orang yang
bisa dipercaya dan para ulama . Jika mereka mengambil ilmu dari para pemuda dan
orang – orang jelek mereka, mereka akan
binasa."
Kekeliruan dalam terjemah.
Jadi kalimat akabirihim tidak
diterjemahkan. Kalimat umana ihim di terjemahkan para pemegang amanah.
Mestinya cukup di artikan para orang –
orang yang bisa di percaya. Sebab belum tentu pemegang amanah itu bisa
dipercaya, kadang serong , menyimpang dan korupsi. Lalu ulama ihim di artikan
para ulama besar . Mestinya cukup di
artikan para ulama saja tanpa di tambahi
ulama besar.
Sanad atsar tersebut sbb:
Ternyata atsar Ibnu Mas`ud itu hanya diriwayatkan oleh
satu orang yaitu Umar bin Muhammad al Jumahi. Lihat sanadnya sbb:
5 -
أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ
فِرَاسٍ، بِمَكَّةَ , أبنا أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُمَحِيُّ , ثنا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، ثنا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثنا شُعْبَةُ،
عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:
7 -
حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَحْيَى، قِرَاءَةً مِنِّي عَلَيْهِ أَنَّ
عُمَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَهُ بِمَكَّةَ نا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، نا مُسْلِمُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ، نا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
Setahu saya
seorang perawi bernama Umar bin Muhammad al Jumahi ini salah satu orang yang
meriwayatkan atsar Ibnu Mas`ud tsb. Tiada perawi lain yang meriwayatkannya.
Dia sendirian , saya tidak mengerti siapakah dia , pendusta atau perawi yang suka berkata jujur , terpercaya. Saya tidak mengetahui ulama yang memberikan
komentar tentang identitasnya pendusta, pemalsu hadis atau terpercaya. Jadi
bagi saya dia adalah perawi majhul –
samar, tidak jelas identitasnya. Bagaimanakah
saya bisa percaya atsar tersebut
benar.
Untuk
gurunya bernama Ali bin Abd Aziz al baghawi maka ada komentar ulama sbb:
، قال الدارقطني: ثقة مأمون. وقال ابن أبي
حاتم: كان صدوقًا. مات سنة ست وثمانين ومائتين
مطالع الأنوار
على صحاح الآثار (1/ 244)
Daroquthni
berkata: Dia perawi tsiqah makmun . Ibn Hatim berkata: Dia adalah perawi yang
suka berkata benar. Beliau meninggal dunia pada tahun 286 H .
Boleh
dikatakan pada priode 250 – 300 H atsar
tersebut masih tidak dikenal orang kecuali seorang perawi saja bernama Umar bin
Muhammad al Jumahi belaka. Dan atsar sedemikian boleh dikatakan munkar, syadz.
Tidak bisa di buat pegangan, lepaskan saja agar tidak mengaburkan ajaran yang
benar. Lalu kebenaran yang jelas menjadi kabur dan meragukan.
Kebenaran
atsar tsb dari Ibnu Mas`ud masih meragukan , ada yang mengatakan bukan dari Ibnu Mas`ud , tapi dari Ibn
Umar sbb:
التيسير بشرح الجامع الصغير (2/ 380)
وَلِهَذَا قَالَ ابْن عمر لَا يزَال النَّاس بِخَير مَا
أخذُوا الْعلم عَن أكابرهم وامنائهم فاذا أَخَذُوهُ عَن صغارهم وشرارهم هَلَكُوا
(طب عَن التيسير بشرح الجامع الصغير (2/ 381)
عبد الرَّحْمَن بن عَمْرو الانصاري) وَفِي اسناده وَضاع
………….intinya: Atsar itu
dari Ibnu Umar , tapi palsu karena perawi bernama Abd Rahman bin Amar al
anshari yang suka memalsukan hadis.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Belum tentu mengambil ilmu dari orang tua – tua mereka , orang – orang yang bisa dipercaya
dan para ulama menjadi benar. Sebab mereka sendiri manusia biasa mungkin
keliru. Bagaimana bila mereka keliru.
Kadang generasi muda yang konsis kepada dalil lebih baik dari pada ulama tua yang selalu berpikir
states hilang atau tidak bila akan berfatwa, berpikir mai`yah hanyut apa tidak
, dan ketundukan kepada rezim thaghut .
Kita boleh mengambil ibarat dan
pelajaran dari ashabul kahfi yang
dijabarkan dalam al quran sbb:
نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ
ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini
dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. 13 al kahfi
Tenyata
ashabul kahfi itu dari generasi muda yang berpegangan kepada ajaran yang
benar dan generasi tuanya hanyut dengan tradisi
rezim saat itu yang sesat.
Persoalan yang penting disini bukan muda atau
tuanya, ulama kibar atau sigharnya tapi ketakwaan didada atau ketakutan kepada
raja dan rezim thaghut dan keberaniannya pada Allah. Kita ikuti firmanNya:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [1]
Ulama
kibar itu diposisikan seperti manusia yang mungkin salah, jangan seperti
pendeta paus paulus manusia suci yang
bersih dari dosa dan noda menurut kristiani. Kita muslimin bukan kriten. Dasar kita al quran dan hadis bukan
Injil. Lihat saja ajaran kristen sekarang ini adalah ajaran pendetanya bukan ajaran Nabi Isa. Saya hawatir ajaran
Islam saat ini akan menjadi ajaran ulama bukan ajaran Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam .
Imam
madzhab saja masih mengakui kadang
dirinya salah , kadang benar sebagaimana pernyataan mereka sbb:
Lihat perkataan
Imam Syaffii sbb:
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ
فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ
فَهِيَ قَوْلِي.
Bila ada hadis sahih, maka lemparkan perkataanku ke tembok. Bila kamu
lihat hujjah telah berada di jalan, maka
itulah perkataan ku [2]
Beliau
berkata:
لَا
تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا.
Dalam masalah agama,jangan ikut orang,
sebab mereka mungkin juga salah. [3]
Imam
Malik berkata:
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ
وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia,
terkadang pendapatku benar, di lain waktu kadang salah. Karena itu, cocokkan
perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan