Kamis, September 03, 2015

DILEMA SEORANG DOKTOR ALUMNI MADINAH.


Abu Husein At-Thuwailibi_
Ternyata, ilmu setinggi langit, gelar berderet; DR. Lc. MA . Itu semua tidak berarti menjadikan hati manusia lembut dan tawadhu'. Kalau orang yang berilmu saja tidak selamat dari sifat angkuh dan ujub, apalagi orang bodoh.!?
Doktor -yang katanya- alumni universitas madinah yang sungguh memalukan dan memilukan. Sombong, angkuh, dan hanya punya satu senjata: menjatuhkan mental. Dia kira saya anak TK; sekali di gertak langsung "pingsan", hehe.
Begini kronologisnya:
Setelah sebelumnya seorang doktor marah-marah dengan saya di telfon, bentak-bentak saya dengan suara dan nada tinggi bahkan ngajak berdebat, sang doktor mengirim pesan singkat (dalam bahasa arab) ke saya melalui WhatsApp.
( Di bawah ini saya sertakan bukti screen shootnya )
Dia kirim pesan singkat begini:
أريد الجواب منكم ما يلي:
أوﻻ: هل قرأت الفتوى بنفسك؟
ثانيا: هل الفتوى في عقيدة الشيخ أنه مرجئ أم أن الفتوى عن الكتاب المعين من كتب الشيخ؟
ثالثا: وهل قرأت بيان الشيخ وما كتبه من الكتب حول الفتوى؟
رابعا: وهل كبار العلماء حذروا من دروس الشيخ وكتيه اﻷخرى؟
خامسا: هل قرأت كتبه اﻷخرى تتكلم عن عقيدته وما قرره الشيخ في مسائل اﻹيمان؟

Perhatikan baik-baik, itu 👆 pesan singkat dari dia. Yang kalau dibahasa indonesiakan, begini terjemahannya:
Saya ingin anda jawab pertanyaan-pertanyaan saya dibawah ini,
1. Apakah anda sendiri sudah membaca fatwa itu ?
2. Apakah fatwa itu memvonis aqidah Syaikh Ali Hasan Al-Halabi bahwa beliau adalah seorang murji'ah? atau fatwa itu hanya memvonis sebagian isi kitabnya ?
3. Apakah anda telah membaca penjelasan Syaikh Ali Hasan di beberapa kitab yang di tulisnya terkait fatwa itu ?
4. Apakah para Ulama kibar itu mentahdzir pelajaran-pelajaran Syaikh Ali Hasan dan kitab-kitabnya yang lain ?
5. Apakah anda sudah membaca kitab-kitabnya yang lain yang membicarakan tentang aqidahnya dan apa yang menjadi prinsipnya dalam masalah iman ?
-selesai-
Kira-kira begitu arti dari pesan singkat dia.
Nah, lantas saya jawab (dalam satu artikel);
Pertama: "Apakah anda sendiri sudah membaca fatwa itu ?"
Ya. saya sudah membaca fatwa itu berulang-berulang. Karena fatwa itu sudah tersebar sejak lama. Saya rasa mahasiswa-mahasiswa LIPIA i'dad lughowi pun BISA membaca fatwa itu. Karena fatwa itu seterang matahari di siang bolong.
Kedua: "Apakah fatwa itu memvonis aqidah Syaikh Ali Hasan Al-Halabi bahwa beliau adalah seorang murji'ah? atau fatwa itu hanya memvonis sebagian isi kitabnya ?"
Ini pemikiran sangat buruk. Yang namanya manusia menulis buku pasti juga karena aqidahnya. Dia berbuat, berfikir, menulis, mempengaruhi orang; tak mungkin tanpa dorongan aqidah di hatinya. Dengan mentahdzir kitabnya, itu otomatis mentahdzir aqidah si penulisnya. Parah sekali pemikiranmu wahai doktor. Anda bisa memisahkan antara kitab dan aqidah si penulisnya. Mungkin si penulisnya cuma "tukang ketik" kali ya !??
Tapi setidaknya, dari sini telah nampak pembelaan anda yang demikian besar terhadap seorang yang membawa pemikiran murji'ah, menunjukkan bahwa anda memiliki pemikiran yang sama terhadap sosok yang anda bela mati-matian itu.
Logika sederhananya begini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa secara resmi bahwa Nur Hasan Ubaidah Lubis adalah sesat, pembawa ajaran neo-khawarij, dan lembaga yang ia pimpin yakni Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) adalah menyimpang. Fatwa MUI ini tercantum dalam fatawa no sekian, tgl sekian, bulan sekian, dan tahun sekian. Lalu ditandatangani oleh ketua MUI Pusat dan di ketahui oleh anggotanya dari sejumlah komisi. Lantas, apakah ummat islam harus baca dulu semua kitab-kitab Nur Hasan Ubaidah ? Apakah harus cari-cari dulu pembelaan-pembelaan para ulama lain terhadap Nur Hasan Ubaidah ? Lantas ummat islam tidak pantas mengamalkan fatwa MUI itu ? Dengan alasan bahwa MUI itu tidak ma'shum? Gitu ? 'Ajiib..... pola fikir ngawur !
Ketiga: "Apakah anda telah membaca penjelasan Syaikh Ali Hasan di beberapa kitab yang di tulisnya sebagai jawaban terhadap fatwa itu ?"

Belum. Emang kenapa ? Apakah mesti kita tahu jawaban dari Syaikh Ali Hasan itu untuk menerima suatu fakta.? Kalau sudah kita baca, lalu kita setuju dengan pandangan Syaikh Ali Hasan itu; terus apa bisa dikatakan dewan ulamanya yang "nggak bener" karena mengeluarkan fatwa seenaknya? Kalau sudah baca, lalu kita tahu kesalahan syaikh Ali Hasan itu, apa gunanya, toh sudah ada ulama yang menjelaskan kesalahan dia? Apa semua Muslim harus paham alasan-alasan kesesatan/kesalahan orang yang difatwakan dirinya sesat/salah? Anda doktor tapi kok GOBLOK banget sih.
Lagi pula, lajnah da'imah (Dewan Ulama Saudi) yang saat ini di ketuai oleh Syaikh Abdul Aziz Aalu Syaikh adalah para Ulama Salafiyyun Rabbaniyyun, para Ulama Ahlus Sunnah yang terbimbing. Para mufti besar yang taqwa dan wara' -wala nuzakki 'alallahi ahada- . Lantas, buat apa anda seolah-olah melawan fatwa para Ulama Salafiyyun itu dan terkesan membela matia-matian seorang yang CACAT AQIDAH dan di suruh taubat oleh mereka. !!? Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billaah... saya hanya bisa istighfar sambil mengelus-elus dada... ini menunjukkan bahwa marja' (rujukan) anda bukanlah Ulama-ulama Salafiyyun itu, akan tetapi marja' anda adalah Ali Hasan Al-Halabi.
Keempat: "Apakah dewan Ulama itu mentahdzir pelajaran-pelajaran Syaikh Ali Hasan dan memperingatkan dari kitab-kitabnya yang lain ?"
Ya dilihat dulu bagaimana respon Syaikh Ali Hasan nya. Kalau dia rujuk kepada kebenaran, ya cukup diperingatkan yang dia salah saja. Tapi kalau dia bandel, ngeyel, melawan dewan ulama; dia harus dijarah sedalam-dalamnya, yakni di kritik semaksimal mungkin. dan Ummat diperingatkan dari hal itu. Toh dewan ulama yang mentahdzir Syaikh Ali Hasan itu dikarena sikap bandelnya yang sudah banyak. Orang Indonesia saja yang kurang banyak tahu.
Lagian, anda di didik dan bimbing bertahun tahun di negeri Saudi sampai S 3, menerima mukafa'ah (gaji) dan bea siswa. akhirnya pulang ke Indonesia dimuliakan. Eh, pulang-pulang guru gurunya (bahkan mungkin gurunya gurunya), direndahkan keilmuannya hanya demi membela seseorang yang merubah nukilan ulama dan berdusta atas nama Ulama..yakni yang menyebar fahmul irja' (pemikiran murji'ah) di negara gurunya dan dinegerinya sendiri.
Apakah seperti ini sifat seorang murid yang tahu diri dan tahu terima kasih wahai doktor ?
Kelima: "Apakah anda sudah membaca kitab-kitabnya yang lain yang bicara tentang aqidahnya dan tentang iman ?"
Belum. Belum baca. Emang kenapa. ? Apakah salah kalau tidak baca semua kitabnya? Toh fatwa itu sudah jelas dasar dan bukti-buktinya. Kalau mau membantah fatwa dewan ulama itu, jawab dulu peratanyaan saya: "Siapa Anda? Apa kelebihan Anda dibandingkan ulama-ulama yang menjadi anggota dewan ulama itu?"
Lagi pula, kenapa pertanyaan-pertanyaan anda diatas tidak anda sampaikan terkait Syaikh Salman Al-Audah, Syaikh Safar Al-Hawali, Syaikh DR.Aidh Al-Qarni, Sayyid Quthub, Muhammad Quthub, Syaikh DR.Muhammad Al-'Arifi dan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi... ?
Padahal pada faktanya tidak ada fatwa Lajnah Da'imah yang mengecam beliau-beliau ini..?!
Kenapa timbangan serupa tidak anda berikan kepada Syaikh-syaikh lain wahai doktor... ??
Ketika Sayyid Quthub di tuduh wihdatul wujud hanya karena satu 'ibaroh saja dari perkataannya, dan tentunya anda turut meyakini "kesesatannya", apakah anda sudah membaca semua halaman kitab Sayyid Quthub itu? Apakah anda sudah membaca semua pemikiran Sayyid Quthub dalam kitab-kitabnya yang lain?
Kenapa untuk Sayyid Quthub "SUDAH CUKUP" (bahwa dia adalah seorang khawarij), tetapi untuk Syaikh Ali Hasan Al-Halabi anda suruh-suruh baca yang kitabnya yang lain?
Faktanya, tidak ada fatwa Lajnah Da'imah (sejak di ketuai Syaikh Bin Baz) yang memvonis Sayyid Quthub Rahimahullah sebagai pembawa ajaran "khawarij" sebagaimana doktrin sesat dan propaganda yang anda kampanyekan dalam berbagai ceramah-ceramah anda selama ini, seperti halnya fatwa Lajnah Da'imah memvonis Ali Hasan Al-Halabi sebagai pembawa ajaran murji'ah.
Terus terang, saya bukan seorang ikhwani (IM), bukan pula pecinta Sayyid Quthub. saya berupaya meniti Manhaj Salaf in sya' Allah. Akan tetapi saya tidak rela dengan sikap-sikap curang dalam timbangan.
Para pembeo mulukiyyah itu mengatakan, "mari beri uzur terhadap seorang Ulama seperti Syaikh Ali Hasan.. mari kita ma'afkan dan jangan cari-cari kesalahan Ulama". Tapi untuk Sayyid Quthub tidak demikian sama sekali. Seolah-olah mereka mengatakan, "mari tahdzir Sayyid Quthub..kita caci maki..karena ia khawarij..takfiri.." dst.
Ada analogi cerita, ada seseorang yang terkenal baik, kemudian tiba tiba ada dua orang yang bisa dipercaya bersaksi bahwa orang ini telah mencuri. Sontak semua teman orang yang bersangkutan tidak percaya ketika diberitahu, "ah yang bener lu, masa orang sebaik itu mencuri".
Tetapi dua orang ini tetap bersikeras bahwa orang itu telah mencuri bahkan membawakan bukti. Tentu saja mau tidak mau orang orang harus percaya.
Demikian juga kisahnya Syaikh Ali Hasan Al Halabi.. 4 Ulama menemukan kecurangan beliau dalam menukil ucapan Ulama terdahulu.
Sesuatu hal yang susah dipercaya orang sekaliber beliau bisa curang, tapi itulah faktanya.
Demikianlah jawaban saya terhadap 5 pertanyaan sang doktor yang kemudian saya muat dalam artikel. Setelah saya menjawab kelima pertanyaannya ini, keesokan harinya ia kembali mengirim pesan singkat ke saya. Uniknya, setelah pesan singkat itu saya read, dia langsung memblokir saya dari WhatsApp.
Nah, setelah saya menjawab pertanyaan-pertanyaannya diatas dalam satu artikel. Lalu ia kirim pesan singkat lagi (via WhatsApp) ke saya.
Berikut isi pesan singkat dari sang doktor:
" ini bukti antum jahil muraqab nggak paham apa yg ana bilang. saya tdk pernah bilang apa antum sdh baca kitab jawaban Syeikh yg berkenaan dg fatwa tsb atau kitab syeikh yg menjelaskan pembahasan iman.
antum berjanji akan menemui syeikh Ali...
saya kira anda pendusta...

antum sama ibu-ibu aja ngak berani debat.
diharap para ikhwan waspada dg anak ingusan abul husain at tuwiliby...
pembela saiyid qutub dan pendusta atas nama ulama ...

ﻻ تخاصم وأنت جاهل ..."
-selesai-
Demikian dilema seorang doktor. Udah keblinger, ngawur, "lupa" terhadap omongan sendiri, bisanya menggunakan senjata andalan: "menjatuhkan mental". 😀😀
Jika sudah kalah hujjah, belagak nantang debat, lempar tuduh 'pendusta'. Hehe..kasian..
Yang lucunya, dalam pesan singkatnya sang doktor menuduh saya sebagai pembela Sayyid Quthub.
Sejak kapan saya jadi pembela Sayyid Quthub ? Di mana ? Kapan ?
Saya tidak pernsh membela Sayyid Quthub. Saya hanya berupaya bersikap adil dan menuntut keadilan. Mengapa anda tuduh saya sebagai pembela Sayyid Quthub ? Padahal:
- Syaikh Shalih Fauzan pun pernah mengutip Sayyid Quthub.
- Mufti Saudi (yakni Syaikh Abdul Aziz Aalu Syaikh) juga membela tafsirnya Sayyid Quthub.
- Ustad Abdul Hakim Abdat juga pernah mengutip Sayyid Quthub.
Tapi kenapa mereka-mereka ini nggak anda sebut sebagai pembela Sayyid Quthub... !!??
'Ajiibbbb....!!!!😀😀
Yang lebih parah lagi, lihat perkataannya:
"ini bukti antum jahil muraqab nggak paham apa yg ana bilang saya tdk pernah bilang apa antum sdh baca kitab jawaban Syeikh yg berkenaan dg fatwa tsb atau kitab syeikh yg menjelaskan pembahasan iman."
lalu bandingkan dengan pertanyaannya sendiri:
" خامسا: هل قرأت كتبه اﻷخرى تتكلم عن عقيدته وما قرره الشيخ في مسائل اﻹيمان؟ "
" 5. Apakah anda sudah membaca kitab-kitabnya yang lain yang membicarakan tentang aqidahnya dan apa yang menjadi prinsipnya dalam masalah iman ? "
آفة الرأي الهوى 😊😊
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan