Bapak
Harun Nasution berkata lagi :
Kaum
sufi mengartikan doa disini bukan berdoa, tetapi berseru, agar Tuhan
mengabulkan seruannya untuk melihat Tuhan dan berada dekat kepada-Nya. Dengan kata lain, ia berseru agar
Tuhan membuka hijab dan menampakkan diri-Nya kepada yang berseru[1]
Komentar
penulis:
Melihat
Tuhan dengan mata hati adalah perkara yang tiada dalilnya dan tiada
tuntunannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga tidak
mengajarkan, begitu juga para sahabat tidak kenal istilah ingin melihat Allah.
Dan hal ini telah saya bahas di buku saya,” Ahlussunnah Menuduh Sufi”.
Untuk doa agar hijab Allah terbuka, pada
hakikat permintaan seperti itu tidak begitu penting dan tiada ajarannya dari
hadis maupun dari al Quran dan tiada perintahnya, lalu untuk apakah kita minta
melihat kepada Allah, lihatlah dan renungkan ayat sbb:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ
رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ
انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا
تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا
أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya
menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata:
"Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman".[2]
Nabi Musa tidak mampu melihat kepada Allah,
bahkan pingsan dan bertobat, apalagi kita – kita yang hidup belakangan dan
penuh dengan kemungkaran, dosa dan noda hitam dalam lembaran hidup kita, sudah
tentu, Allah tidak akan mau tampak dan kitapun tidak akan mampu. Tiada para
nabi sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad yang pernah melihat Allah,
seluruhnya harus melalui hijab sebagaimana ayat :
وَمَا
كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ
وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ
بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Dan tidak ada seorang pun yang diajak bicara oleh Allah kecuali
dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.[3]
Jabir bin Abdillah ra berkata: “ Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berjumpa denganku, lalu
bersabda: mengapa aku melihatmu sedih ? “ Aku berkata : “ Ayahku mati sahid di
hari perang Uhud. Dia meninggalkan keluarga dan hutang.” Rasulullah SAW
bersabda: “
أَفَلاَ
أُبَشِّرُكَ بِمَا لَقِيَ اللهُ بِهِ أَبَاكَ
Apakah
kamu saya beri kabar gembira tentang pertemuan Allah dengan ayahmu ? “.
Jabir
menjawab : Ya “. Rasulullah SAW bersabda:
مَا
كَلَّمَ اللهُ أَحَدًا قَطُّ إِلاَّ مِنْ
وَرَاءِ حِجَابٍ وَأَحْيَا أَبَاكَ فَكَلَّمَهُ كِفَاحًا فَقَالَ يَا عَبْدِي
تَمَنَّ عَلَيَّ أُعْطِكَ قَالَ يَا رَبِّ تُحْيِينِي فَأُقْتَلَ فِيكَ ثَانِيَةً
قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ إِنَّهُ قَدْ سَبَقَ مِنِّي أَنَّهُمْ إِلَيْهَا لاَ
يُرْجَعُونَ
Allah
belum pernah berbicara dengan sesesorang kecuali dari balik hijab, dan Dia
berbicara dengan ayahmu secara langsung. Allah berfirman: “Wahai hambaKu !
Berharaplah kepada-Ku, AKU memberimu “.
Ayah
Jabir berkata: ” Wahai Tuhanku, hidupkan lagi aku, lalu aku terbunuh lagi
untuk-Mu“.
Tuhan
azza wajal menjawab: “ Telah menjadi ketentuan-KU bahwa mereka tidak akan dikembalikan ke dunia lagi “. Lantas turunlah
ayat :
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ
اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ(169)فَرِحِينَ
بِمَا ءَاتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ
يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ إلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ(170)يَسْتَبْشِرُونَ
بِنِعْمَةٍ مِنَ اللهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah
itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka memberi kabar gembira terhadap orang-orang yang masih
tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati
dengan ni`mat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.[4]
Hadis tsb diriwayatkan oleh Tirmidzi di nomor 3010, tetapi lemah
karena ada perawi bernama Musa bin Ibrahim bin Katsir al anshori yang berkata
benar tapi sering keliru. Karena itu Imam Tirmidzi sendiri menyatakan hadis tsb
gharib/aneh. Dan Bukhori Muslim tidak meriwayatkannya.
Untuk Rasul Muhammad berbicara langsung dengan Allah, saya belum
menjumpai dalilnya.
Setelah pembahasan di atas, maka jelaslah bagi kita semua bahwa
ajaran kelompok orang-orang bodoh dalam beragama ini adalah ajaran sesat yang
menyimpang sangat jauh dari petunjuk Al Quran dan As Sunnah, yang dengan
mengamalkan ajaran ini -na’udzu billah min dzalik- seseorang bukannya makin
dekat kepada Allah ‘azza wa jalla, tapi malah semakin jauh dari-Nya, dan
hatinya bukannya makin bersih, akan tetapi malah semakin kotor dan penuh noda. Karena
iblis senantiasa menjerat mereka dengan berbagai macam kesesatan, sehingga
mereka membuat sunnah tersendiri bagi mereka. Mereka harus disanggah, karena
itu kita tidak perlu ada sikap manis muka dalam
menegakkan kebenaran. Jika tidak benar, maka kita tetap harus
waspada terhadap perkataan yang keluar dari golongan mereka.
http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/TasawufHN1.html
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan