قال ابن حزم في المحلي :
ويستحب الجهر في ركعتي صلاة الصبح ، والأولتين من المغرب ، والأولتين من العتمة ، وفي الركعتين من الجمعة ، والإسرار في الظهر كلها ، وفي العصر كلها ، وفي الثالثة من المغرب ، وفي الآخرتين من العتمة ، فإن فعل خلاف ذلك كرهناه ، وأجزأه ؟
ويستحب الجهر في ركعتي صلاة الصبح ، والأولتين من المغرب ، والأولتين من العتمة ، وفي الركعتين من الجمعة ، والإسرار في الظهر كلها ، وفي العصر كلها ، وفي الثالثة من المغرب ، وفي الآخرتين من العتمة ، فإن فعل خلاف ذلك كرهناه ، وأجزأه ؟
Ibnu Hazem berkata:
Di sunatkan membaca dengan keras ( jaher ) dlm
dua rakaat salat Subuh, dua rakaat pertama Maghrib dan Isya`, dua rakaat Jumat
. Dan di sunatkan membaca dengan sirri (
berbisik , pelan ) dalam seluruh salat
lohor dan Asar , ketika salat Maghrib,
dua rakaat terahir Isya` . Bila melakukan
selain itu , kami tidak suka
tapi masih di bilang cukup ( sah salatnya ).
Komentarku
( Mahrus ali ):
Saya disini
akan mengomentari perkataan Ibnu Hazem “
Dan di sunatkan membaca dengan sirri ( berbisik , pelan ) dalam seluruh salat lohor dan Asar”
Untuk lainnya akan saya bahas dlm bab tersendiri.
Mana dalil yang mensunnahkan israr ( baca dengan
berbisik atau dipelankan dalam
salat lohor dan Asar ).
Ibn Hazem dlm hal ini tidak membawakan dalil sama
sekali. Artinya beliau mensunnahkan tanpa dalil, berpendapat tanpa ilmu. Dan
berpendapat tanpa ilmu atau dalil dlm
masalah agama menyesatkan, tidak mengarahkan ke jalan yang lurus.
Berpendapat dlm masalah agama tanpa
dalil adalah larangan . Allah
berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ
عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [1]
قُلْ
هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا
الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ(148)
Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai dalil sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan
belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.[2]
Pendapat Ibn Hazem yang memperkenankan membaca ayat dengan
berbisik – bisik waktu lohor dan
Asar itu bila diikuti, maka
kita akan menentang ayat :
وَلَاتَجْهَرْ
بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya (seperti orang berbisik )
dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"[3]
Kita juga akan bertentangan dengan hadis sbb:
Jabir bin Samurah ra berkata :
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ بِاللَّيْلِ
إِذَا يَغْشَى وَفِي الْعَصْرِ نَحْوَ ذَلِكَ وَفِي الصُّبْحِ أَطْوَلَ مِنْ
ذَلِكَ
Waktu salat Dhohor , Nabi saw, membaca
: Wallaili idza Yaghsya
, salat Asar membaca surat yang
mirip dengannya . Waktu salat Subuh ,
beliau membaca surat yang lebih panjang lagi [4]
Jabir bin Samurah ra berkata :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ
وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ وَشِبْهِهِمَا
Sesungguhnya
Rasulullah saw, dim salat
Dhohor membaca ِالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَالسَّمَاءِ
وَالطَّارِقِdan sesamanya.
[6] HR
Tirmidzi 307 Hadis hasan sahih,kata lmam Tirmizi.
Bila kita ikut Ibnu Hazem , kita menyalahi tuntunan
Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Dan sayang sekali bila tuntunan kita buang
untuk mengambil pendapat tanpa dalil. Kita akan melanggar ayat :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Dan
barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul -Nya,maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar.[5]
Ibnu
Hazem manusia biasa, pendapatnya kadang menyesatkan , kadang mengarahkan kepada
kebenaran. Ingat
Imam
Ahmad berkata : .
لاَ
تُقَلِّدْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَلاَ الشَّافِعِيَّ ;
Jangan
ikut kepadaku ,atau Imam Malik , Tsauri atau Syafii
Ali ra berkata :
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku tidak akan meninggalkan sunah Nabi S.A.W.
karena perkataan orang “. [6]
Imam
Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ
وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia , terkadang pendapatku benar , di lain waktu kadang
salah . Karena itu , cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis
Rasulullah .
Bila
kita ikut Ibnu Hazem , kita akan buang ayat 110 al Isra` yang melarang berbisik dalam shalat. Kita akan
mirip dengan ayat :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ
وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka
menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain
Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.[7]
Ikut pendapat ulama yang salah , lalu buang ayat Allah sama dengan
syirik.
Bangsa lalu mengikuti pendapat ulama dan pendetanya
yang sesat. Lalu mereka menjadi sesat,
syirik. Begitu juga bangsa sekarang bila
mengikuti jejak seperti itu dari bangsa
ahli kitab yang lampau.
Artikel Terkait
Assalamualaikum,ustaz kalau berjamah gimana ustaz apa imam aja yg agak keras suaranya(tidak berbisik)kitanya mendengarkan aja atau bersuara juga , afwan ana belum paham pas sholad berjamaahnya mohon dijelaskan jazakhallahu khoir
BalasHapuswss. wr wb. Hanya imam yg bersuara ketika membaca surat ,bukan makmum
BalasHapus