---
Sebuah kisah di balik eksekusi sang syahid,
Sayyid Quthb begitu mencenangkan, bagaimana
ketegaran beliau menjaga tauhid hingga akhir
hayatnya. Berikut kisahnya:
Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Qutb, lalu
memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan
dan tutup mata dibuka.
Perwira itu kemudian menyampaikan kata-kata
dengan bibir bergetar,
“Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera
menghadap Anda, dengan membawa kabar
gembira dan pengampunan dari Presiden kita
yang sangat pengasih.
Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja
sehingga Anda dan seluruh teman-teman Anda
akan diampuni”.
Perwira itu tidak membuang-buang waktu, ia
segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari
saku bajunya dan sebuah pulpen, lalu berkata,
“Tulislah Saudaraku, satu kalimat saja:
Aku bersalah dan aku minta maaf…”
(Hal serupa pernah terjadi ketika Ustadz Sayyid
Qutb dipenjara, lalu datanglah saudarinya
Aminah Qutb sembari membawa pesan dari
rezim thowaghit Mesir, meminta agar Sayyid
Qutb sekedar mengajukan permohonan maaf
secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul
Naser, maka ia akan diampuni.
Sayyid Qutb mengucapkan kata-katanya yang
terkenal,
“Telunjuk yang sentiasa mempersaksikan
keesaan Allah dalam setiap shalatnya, menolak
untuk menuliskan barang satu huruf
penundukan atau menyerah kepada rezim
thowaghit…”)
Sayyid Qutb menatap perwira itu dengan
matanya yang bening. Satu senyum tersungging
di bibirnya.
Lalu dengan sangat berwibawa beliau berkata,
“Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah
bersedia menukar kehidupan dunia yang fana
ini dengan Akhirat yang abadi”.
Perwira itu berkata, dengan nada suara
bergetar karena rasa sedih yang mencekam,
“Tetapi Sayyid, itu artinya kematian…”
Ustadz Sayyid Qutb berkata tenang:
“Selamat datang kematian di Jalan Allah…
Sungguh Allah Maha Besar!”
Aku menyaksikan seluruh episode ini, dan tidak
mampu berkata apa-apa.
Kami menyaksikan gunung menjulang yang
kokoh berdiri mempertahankan iman dan
keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan
sang perwira memberi tanda eksekusi untuk
dilanjutkan..
Allohu Akbar...
SukaK
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan