Oleh: Ahmad Isy Karima
Ikut menjaga gereja dalam perayaan Natal menjadi kebanggaan
Satuan Tugas Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor). Diberitakan sebelumnya di situs
resmi NU, ada 25 ribu personel Barisan Ansor Sebaguna (Banser) yang mengamankan
gereja dan mengantisipasi keamanan dalam rangka perayaan Hari Natal 2013 di
Jawa Timur.
Sementara di Jawa Tengah, diberitakan, GP Ansor
Jawa Tengah rencananya menerjunkan 10.000 anggota Banser untuk berjaga selama
dua hari satu malam Selasa-Rabu (24-25/12). “Mereka menjaga lingkar luar gereja
selama 24 jam bergilir,” tulis nu.or.id mengutip keterangan dari Ketua PW GP
Ansor Jateng Hermanto.
Bukan tahun ini saja sejak beberapa tahun sebelumnya,
sayap dari organisasi Nahdhatul Ulama ini sudah seneng banget menunjukkan
tolerasnsi terhadap umat agama lain yang berbeda akidah ,iman dan peribadahan
dengan menerjunkan cukup banyak anggota keamanannya.
Di sisi lain, ada pemandangan berbeda dalam
menyikapi perbedaan dengan sesama muslim sangat-sangat ditonjolkan permusuhan
dan tidak diterapkan adab toleransi. Sebagaimana yang ditulis Muhammad Khoirul
Umam di akun Face Booknya, “Kuatkan aqidah...jauhkan dari firus" WAHABI”,
dalam mengomentari image yang diuploadnya:
Salah
Kaprah Menilai Pengamanan Natal
Pihak-pihak yang
semangat mengamankan acara natalan menilai perbuatannya tersebut sebagai bentuk
toleransi terpuji dan penghargaan kepada kebhinekaan di negeri ini. Walau
sebenarnya sudah ada aparat keamaan dari kepolisian maupun TNI yang bertugas,
ditambah dari satuan keamaan yang dimiliki gereja-gereja. Tidak sedikit yang
menganggapnya sebagai bentuk tolong-menolong yang diperintahkan Allah dalam
Al-Qur’an.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا
تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah:
2)
Padahal ikut
mengamankan perayaan Natal,
bagi umat dan ormas Islam, seolah memberikan pembenaran dan dukungan kepada
perayaan tersebut. Di mana bagi umat Kristiani, perayaan Natal adalah hari raya untuk memperingati dan
mensyukuri kelahiran Yesus ke dunia sebagai Tuhan dan juruselamat penebus dosa.
Yang dalam Islam, itu merupakan perayaan kekufuran dan kezaliman terbesar
terhadap Allah. Karenanya tolong-menolong di dalamnya adalah haram.
"Dan
mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak".
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung
runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan
tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak."
(QS. Maryam: 66-92)
Benar, Allah tak
pernah mengangkat seorang anak untuk-Nya. Karena hal itu menunjukkan ada
kakurangan dalam diri-Nya dan masih butuh pada selain-Nya. Padahal Allah Maha
Kaya dan Terpuji.
Ahlak Mulia
yang disalahartikan
Sesungguhnyatoleransi
dan akhlak mulia maknanya bukan ikut-ikutan dan dukung-mendukung terhadap
pemeluk agama lain dalam kebatilan mereka, bekerjasama dan berserikat dalam
kebatilan tersebut. Khususnya jika kebatilan tersebut adalah berkaitan dengan
akidah yang berisi kesyirikan (menyekutukan Allah). Dalam masalah ini, wajib
berbara' (berlepas diri) darinya dan tidak memberi wala' (loyalitas) kepada
pelakunya. Hal itu termasuk perintah Allah dan Sunnah para nabi-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS.
Al-Maidah: 51)
Ibnu Abi Hatim
telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah
berkata, "Hendaknya salah seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi
Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya.” Ibnu Sirin meyakini bahwa Abdullah bin
‘Utbah menghendaki dari makna ayat di atas.
Perayaan Natal Berkaitan Dengan
Masalah Akidah
Sesungguhnya
perayaan-perayaan hari raya seperti Natal
ini mengandung nilai kekufuran. Yaitu menyandangkan sifat tuhan kepada Al-Masih
Isa bin Maryam, reinkarnasi, memberhalakan Isa, menganggapnya sebagai anak
Allah, ia mati disalib, dan keyakinan lainnya. Dan keyakinan tersebut telah
membuat Allah Ta’ala murka.
Sesungguhnya ikut
serta dalam perayaan batil tersebut, menfasilitasi atau mengamankankannya
menunjukkan kecocokan dan keridhaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan
kebenaran keyakinan mereka. Walaupun orang yang ikut-ikutan merayakan hari raya
tersebut meyakini berbeda aqidah dengan mereka, tapi ia berada di atas bahaya
besar akibat kejahilannya dalam sikapnya tersebut. Karena keridlaan terhadap
kekufuran adalah kekufuran juga.
Syaikh Abdurrahman
bin Hasan Alu Syaikh dalam al-Mathlab al Hamid fi Bayan Maqaasid al-Tauhid
menulis, “Ingkar wajib bersamaan dengan kemampuan. Sedangkan membenci semata
adalah selemah-lemah iman. Sedangkan ridha dengan kemungkaran dan mengikuti
kemungkaran tersebut merupakan kehancuran yang tidak ada harapan keberuntungan
bersamanya.”
Sesungguhnya ikut
menjaga tempat-tempat perayaan hari raya Natal
berarti ikut meramaikan dan memeriahkan tempat perayaan kekufuran. Dan itu
menunjukkan keridhaannya kepada acara tersebut. Padahal, seharusnya seorang
muslim meninggalkan tempat tersebut dan tidak ikut mendengarkan atau
memeriahkannya.
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَقَدْ
نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ
آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا
تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ
الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
"Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.
(Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan
di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan
sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh
orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka
memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat
demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan
mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam."
(QS. Al Nisa': 138-140)
Dalam tiga ayat di
atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang duduk-duduk di majelis yang
di dalamnya terdapat penghinaan dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah. Dan
di antara bentuk kekufuran yang paling besar adalah ucapan orang Nashrani bahwa
Allah punya anak, dia mati, Dia satu dari tiga (trinitas), Maha suci dan
Mahatinggi Allah dari apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya.
Kemudian Allah
mengabarkan bahwa orang yang mendengarkan celotehan dari keyakinan-keyakinan
batil ini, dia seperti mereka dan dihukumi sebagai munafik yang kelak akan
dihimpun pada hari kiamat bersama mereka. Kita berlindung kepada Allah dari
kehinaan ini.
. . . ikut menjaga
tempat-tempat perayaan hari raya Natal
berarti ikut meramaikan dan memeriahkan tempat perayaan kekufuran. Dan itu
menunjukkan keridhaannya kepada acara tersebut. . .
Harusnya
Berlepas Diri Dari Kekufuran
Sesungguhnya Allah
dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang yang menolong pelaku kebatilan dalam
melakukan aksinya. Dan kebatilan terbesar adalah kufur kepada Allah dan menuduh
Allah punya anak, Dia mati lalu hidup kembali. Keyakinan-keyakinan ini adalah
perkara yang sangat buruk dan jahat yang membuat kulit dan bulu setiap mukmin
bergidik, bahkan benda-benda matipun tak terima dengan tuduhan tersebut.
"Dan
mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'.
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar.
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung
runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan
tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada
seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)
Langit dan bumi
kaget dengan ucapan tersebut, bagaimana mungkin seorang muslim yang
mentauhidkan Allah bisa ikut serta, mendukung, dan bergembira dengan
perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan
terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena
inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman (Hamba-hamab Allah yang
Mahapengasih) bersih dari semua itu:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
"Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al
Furqaan: 72)
Makna al Zuur,
adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu
Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan
tabi'in.
Karena seorang muslim
berada di atas kebenaran, yang lebih pas ia menyeru mereka kepada kebenaran
yang diyakininya. Jika tidak mampu berdakwah maka janganlah mendukung kebatilan
mereka. Tapi ia pergi menjauhinya sebagai bentuk keingkarannya. Dan itu
terkategori selemah-lemahnya iman.
. . . Allah dan
Rasul-Nya berlepas diri dari orang yang menolong pelaku kebatilan dalam
melakukan aksinya. Dan kebatilan terbesar adalah kufur kepada Allah dan menuduh
Allah punya anak, Dia mati lalu hidup kembali. . .
Dilarang
Ikut Berbahagia dan Memeriahkan Acara Batil
Allah melarang
menampakkan kebahagiaan pada saat hari besar mereka, walau tidak ikut serta
orang kafir dalam merayakannya. Dasarnya adalah hadits Anas radliyallah
'anhu, berkata: "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba
di Madinah, mereka memiliki dua hari hari untuk bermain-main (bersenang-senang)
pada masa jahiliyah. Lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah
memberikan ganti untuk kalian yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya
Idul Fitri dan hari raya korban." (Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih
al Jaami', no. 4460)
Dalam hadits
'Uqbah bin 'Aamir radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Hari 'Arafah dan hari-hari Tasyriq
adalah hari raya kita umat Islam, hari-hari itu adalah hari untuk makan dan
minum (bersenang-senang)," (dishahihkan oleh Al Albani).
Sesungguhnya hari
raya merupakan syi’ar zahir bagi setiap ajaran atau agama tertentu. Natal dan
tahun baru, merupakan syi’ar agama Nasrani (Kristen). Karenanya dilarang
ikut serta mendukung dan menfasilitasi perayaan hari raya Natal orang kafir Nasrani. Apa lagi di
dalamnya dikumandangkan kekufuran penghinaan terhadap Allah Ta’ala.
Sesungguhnya dosa ini sangat berat.
Namun hal ini
tentu sangat berbeda bagi orang yang ikut mengamankan dan melancarkan jalannya
acara Natalan. Di sana
dia bersuka cita, bahkan boleh jadi makan dan minum di tempat tersebut dengan
jamuan dari pihak Gereja. Semua ini bertentangan dengan tuntunan akidah Islam.
Wal’iyadz Billah.. [PurWD/voa-islam.com]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan