Berlebihannya Para Tokoh dan
Parpol Hadapi Ahok
Penulis: Robigusta Suryanto
Assalamua'laikum. Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohim
Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada untuk DKI Jakarta masih terbilang jauh. Namun gegap gempita penyambutannya luar biasa. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok saja sudah melakukan kejut gerilya di setiap-setiap wilayah Ibukota melalui sikapnya. Bahkan ada tim yang dinamakan 'Teman Ahok' untuk mewadahi suara. Tim Ahok ini bertugas melakukan safari "liar", propaganda ke mall-mall. Entah ini bagian pelanggaran atau tidak. Tetapi yang jelas bagi penulis ini merupakan bagian dari kampanye terselubung. Namun Ahok sebagai Gubernur bisa saja mengatakan bahwa itu bukan dari usul dirinya. Benar. Karena Ahok sendiri tidak langsung turun ke jalan.
Kembali ke tim. Tim Ahok ini melakukan demikian (baca: manuver) sudah terbilang cukup lama. Tepatnya tahun lalu. Aktivitas mereka pun sudah diketahui banyak publik. Mulai dari pengumpulan copy-an Kartu Tanda Penduduk (KTP) hingga penyuluhan 'mengapa memilih Ahok kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta'. Alasan Tim ini simpel: karena Ahok dinilai tegas dan tidak korupsi.
Tim ini "menjajakan" dirinya dengan membangun stand atau tempat "suara" dukungan untuk Ahok.
Tim Ahok ini tidak hanya memperluas jaringannya melalui dunia nyata. Face to face. Akan tetapi Tim ini pun juga bergerak ke hampir setiap lini jaringan media sosial, salah satunya Twitter. Dalam jaringan Twitter mereka begitu massif menggelontorkan sisi positif Ahok. Nyaris tanpa kelemahan sama sekali. Dan itu sebetulnya tidak sehat. Karena yang kita tahu manusia pastilah ada sisi buruknya. Namun Tim ini seakan menutupinya. Sebut saja dugaan terindikasinya Ahok melakukan korupsi terhadap rumah sakit Sumber Waras. Atau juga dugaan ia bermain terhadap pengadaan UPS.
Untuk indikasi pengadaan RS Sumber Waras, misalnya jika dilihat dan dinilai cukup senyap dari pemberitaan. Kasus yang lama dan ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuanga (BPK) ini tidak kunjung "dieksekusi". Entah apa masalahnya. Padahal bukti dari BPK, lembaga yang mempunyai kredibel dan keadilan telah cukup memadai. Bahkan ormas yang peduli akan nasib Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah datang berkali-kali agar Ahok diperiksa. Namun hingga saat ini belum ada tindakan nyata.
KPK sebagai lembaga antirasuah memang pernah mengeluarkan pernyataan bahwa akan memanggil Ahok untuk dimintai keterangan. Akan tetapi hingga saat ini, Mantan Bupati Bangka Belitung tidak kunjung dipanggil. Masih samar.
Jangan Berlebihan Menghadapi Ahok
Kemarin, tepatnya hari Jum'at (12/02/2016) di salah satu hotel di kawasan Jakarta Pusat sedang berlangsung "penyaringan" untuk Calon Gubernur. Acara ini digawangi oleh partai Gerindra. Dan hadir pula beberapa tokoh di sana. Dari sekian banyaknya tokoh sebagaimana yang terdapat dalam undangan, ada salah satu orang yang telah mendeklarasikan ia sebagai calon Gubernur, yaitu Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Adyaksa Dault.
Adyaksa baru saja mendeklarasikan dirinya tahun lalu. Meski dikatakan teralalu cepat, namun jika dilihat gegap gempitanya pemilihan tahun depan tentunya sah-sah saja. Karena proses untuk mengenal diri lebih jauh dibutuhkan sejak dini.
Mantan Menpora ini pada waktu mendeklarasikan dirinya didukung oleh berbagai tokoh dan aktivis pergerakan. Namun yang menurut penulis kurang hingga saat ini ia belum dapat dukungan resmi dari partai politik, khususnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pernah menaunginya.
Setelah didaulatnya Adyaksa ternyata tidak membuat sebagain tokoh ataupun aktivis pergerakan puas. Dalam pertemuan yang dipelopori Gerindra tersebut, misalnya ada beberapa orang yang hadir. Ada yang berlatarbelakang pengusaha, pakar hukum dan lain-lain. Acara tersebut dimaksudkan memilih calon dari rating yang ada. Hal ini terlihat tersirat penulisan nama-nama tokoh yang terdapat dalam undangan. Di sisi lain tidak lama ini telah ada pula dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mendaulat musisi Ahmad Dhani sebagai calon Gubernur. Tetapi hal ini belum final karena dari DPP PKB sendiri belum mengeluarkan pernyataan dukungannya secara resmi.
Silahkan saja banyak calon untuk memimpin Jakarta. Hanya saja enulis melihat, apa yang dilakukan beberapa tokoh dan partai merupakan bagian dari intrik untuk memecah belah suara, khsususnya suara umat Islam. Umat dibuat linglung, "kepada siapa mereka dapat dituntun?"
Jakarta, walau ditinggali oleh bermacam suku atau etnis dan agama tetapi umat Islam adalah sasaran utamanya dari intrik ini. Suara yang dapat dimainkan ini dimaksudkan untuk membuyarkan suara mayoritas terhadap banyak calon (nantinya). Sehingga nanti pada hari 'H' suara mengecil karena terbagi-bagi. Sedangkan 'Teman Ahok' yang saat ini telah didukung partai Nasdem, juga sejak awal telah gerilya akan mendapatkan suara besar karena secara otomatis suaranya akan mengerucut. Merek SATU. Suara besar ini didapat karena tidak seperti "kita" yang cuma sibuk membentuk nafsu kebenaran sendiri. Tidak melihat sisi positif besar ke depan umat, yang selama Ahok menjabat jauh dari prestasi atau gebrakan. Banjir dan macet salah satu dari sekian warna kesemrautan Jakarta. Dan itu tidak cukup membuat tokoh-tokoh Islam atau nasionalis menyadarinya.
Umat butuh bimbingan. Umat butuh persatuan. Dan umat tidak butuh sikap ababil para tokoh ataupun aktivis Islam, serta nasionalis. Tentunya Gerindra tahu (sebagai partai nasionalis) jika melihat Ahok. Karena Ahok mantan anggota dari partai besutan Prabowo Subianto tersebut. Dan kemungkinan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama (baca: membesarkan anak macan).
Gerindra ataupun partai lain (khusus berbasis agama Islam) harus satu suara jika ingin dapatkan kemenangan. Singkirkan ego atau merasa benar sendiri. Ingat, masa depan Jakarta lima tahun ke depan!
Saran penulis, dahulukan untuk kebaikan bersama daripada untuk kelompok atau golongan. Untuk aktivis Islam mari bersatu ke partai yang telah jelas "memusuhi" Ahok. Jangan membuat kembali garis lain untuk menjadi rival. Selain itu tetap hati-hati dengan penyusup yang datangnya tidak diduga-duga. Karena penyusup ini tidak akan bisa diam melihat umat Islam mempunyai pemimpin yang jauh lebih baik dari saat ini.
Wallahua'alam bishawab.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan