Abdurrohman Abu Zahra Jihan | 13 Mei 9:53 |
ORANG-ORANG SESAT YANG PALING MERUGI
“Katakanlah hai Muhammad: Maukah kami
beritahu kalian dengan keadaan orang- orang yang
paling merugi amalannya? Yaitu orang-orang
yang sesat upaya mereka dalam kehidupan dunia
dan mereka menyangka bahwa mereka sedang
berbuat dengan sebaik-baik amalan.” ( Al-Kahfi:
103 – 104)
BEBERAPA PENGERTIAN
Hal nunabbi’ukum : “Maukah kami beritahu
kalian.” Yakni kaum Muslimin disuruh
memberitahukan kepada segenap orang yang
beribadah kepada Allah dengan cara yang tidak
diridlai oleh-Nya. Yaitu orang-orang yang telah
menyimpang dari tuntunan Nabi Muhammad
shallallahu `alaihi wa ‘ala aalihi wasallam . (Al-
Alusi, dan Ibnu Katsir dalam tafsir keduanya).
Al-akhsarina a’maala : “orang-orang yang paling
merugi amalannya”. Yakni orang-orang yang
mengikuti hawa nafsu mereka dalam beramal
dalam rangka tujuan mereka untuk mencapai
keuntungan dan keutamaan. Sehingga akibatnya
beramal dengan cara demikian itu, mereka
terjatuh dalam kerusakan dan kehancuran dan
mereka tidak akan mencapai tujuannya. ( Al-Imam
At-Thabari dalam Tafsirnya)
Alladzina dhalla sa’yuhum : “Yaitu orang-orang
yang sesat upaya mereka”. Yakni segala
upayanya untuk mencapai keutamaan di sisi Allah
akan batal dan sia-sia. (Al-Imam Muhammad bin
Ali Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir ).
Fil hayatid dun-ya : “Dalam kehidupan di dunia”.
Yakni segala upaya mereka selama di dunia ini
akan diketahui batal dan sia-sianya nanti di
akhirat. (Al-Alusi dalam Ruhul Ma’ani ).
Wahum yahsabuuna : “Dan mereka menyangka”.
Yakni mereka dalam beramal tidak berdasarkan
ilmu, tetapi hanya berdasarkan perkiraan dengan
tanpa dasar ilmu dan juga berdasarkan sangka
baik kepada pimpinannya yang diikutinya dengan
membabi buta. Padahal para pimpinan mereka itu
mengerti mana yang benar dan mana yang bathil.
Namun karena demi kepentingan ambisi
ketokohannya, maka sang pemimpin lebih
mengutamakan kebathilan dan meninggalkan
kebenaran. (Abul Faraj Ibnul Jauzi Al-Baghdadi
dalam Zadul Masir fi Ilmit Tafsir ).
Annahum yuhsinuna shun’a : “Bahwasanya mereka
merasa melakukan sebaik-baik amalan”. Yakni
mereka merasa di atas kebenaran dalam
menjalankan amalannya dan mereka menyangka
sebagai pihak yang dicintai Allah Ta`ala dengan
amalannya itu. Di sini menunjukkan bahwa
adanya orang yang beramal dengan sangkaan
bahwa amalannya adalah sebaik-baik amalan,
akan tetapi amalannya itu ternyata sia-sia di sisi
Allah Ta`ala. Yang menyebabkan sia-sianya
amalan itu adalah karena kerusakan aqidah atau
karena amalan itu diniatkan untuk dilihat orang
demi mendapat pujian dari mereka. (Ibnu Katsir
dalam Tafsirnya dan Abu Abdillah Muhammad bin
Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi dalam tafsirnya
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an ).
“Katakanlah hai Muhammad: Maukah kami
beritahu kalian dengan keadaan orang- orang yang
paling merugi amalannya? Yaitu orang-orang
yang sesat upaya mereka dalam kehidupan dunia
dan mereka menyangka bahwa mereka sedang
berbuat dengan sebaik-baik amalan.” ( Al-Kahfi:
103 – 104)
BEBERAPA PENGERTIAN
Hal nunabbi’ukum : “Maukah kami beritahu
kalian.” Yakni kaum Muslimin disuruh
memberitahukan kepada segenap orang yang
beribadah kepada Allah dengan cara yang tidak
diridlai oleh-Nya. Yaitu orang-orang yang telah
menyimpang dari tuntunan Nabi Muhammad
shallallahu `alaihi wa ‘ala aalihi wasallam . (Al-
Alusi, dan Ibnu Katsir dalam tafsir keduanya).
Al-akhsarina a’maala : “orang-orang yang paling
merugi amalannya”. Yakni orang-orang yang
mengikuti hawa nafsu mereka dalam beramal
dalam rangka tujuan mereka untuk mencapai
keuntungan dan keutamaan. Sehingga akibatnya
beramal dengan cara demikian itu, mereka
terjatuh dalam kerusakan dan kehancuran dan
mereka tidak akan mencapai tujuannya. ( Al-Imam
At-Thabari dalam Tafsirnya)
Alladzina dhalla sa’yuhum : “Yaitu orang-orang
yang sesat upaya mereka”. Yakni segala
upayanya untuk mencapai keutamaan di sisi Allah
akan batal dan sia-sia. (Al-Imam Muhammad bin
Ali Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir ).
Fil hayatid dun-ya : “Dalam kehidupan di dunia”.
Yakni segala upaya mereka selama di dunia ini
akan diketahui batal dan sia-sianya nanti di
akhirat. (Al-Alusi dalam Ruhul Ma’ani ).
Wahum yahsabuuna : “Dan mereka menyangka”.
Yakni mereka dalam beramal tidak berdasarkan
ilmu, tetapi hanya berdasarkan perkiraan dengan
tanpa dasar ilmu dan juga berdasarkan sangka
baik kepada pimpinannya yang diikutinya dengan
membabi buta. Padahal para pimpinan mereka itu
mengerti mana yang benar dan mana yang bathil.
Namun karena demi kepentingan ambisi
ketokohannya, maka sang pemimpin lebih
mengutamakan kebathilan dan meninggalkan
kebenaran. (Abul Faraj Ibnul Jauzi Al-Baghdadi
dalam Zadul Masir fi Ilmit Tafsir ).
Annahum yuhsinuna shun’a : “Bahwasanya mereka
merasa melakukan sebaik-baik amalan”. Yakni
mereka merasa di atas kebenaran dalam
menjalankan amalannya dan mereka menyangka
sebagai pihak yang dicintai Allah Ta`ala dengan
amalannya itu. Di sini menunjukkan bahwa
adanya orang yang beramal dengan sangkaan
bahwa amalannya adalah sebaik-baik amalan,
akan tetapi amalannya itu ternyata sia-sia di sisi
Allah Ta`ala. Yang menyebabkan sia-sianya
amalan itu adalah karena kerusakan aqidah atau
karena amalan itu diniatkan untuk dilihat orang
demi mendapat pujian dari mereka. (Ibnu Katsir
dalam Tafsirnya dan Abu Abdillah Muhammad bin
Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi dalam tafsirnya
Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an ).
Komentarku ( Mahrus
ali):
Saya
sudah baca artikel itu dan tepatlah apa yang ditulis.
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Blog
husus pengajian: http://mahrusali2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
Blog ke tiga
Peringatan:Mesin pencari
diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah: mantan kiyai nu lalu teks yang kamu cari
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfreand ). 081935056529 (XL ) atau 08819386306 ( smartfreand )
088803080803( Smartfreand ). 081935056529 (XL ) atau 08819386306 ( smartfreand )
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan