Hendri Intifadha | 7 Mei 20:04 |
BUYA HAMKA BERCERITA TENTANG WAHABI
====================
Berikut ini kami mengutip tulisan Prof. Dr. Hamka dari salah satu bukunya(1), di mana beliau membahas tentang wahabi(2).(3)
Mari kita baca tulisan Buya Hamka berikut ini. Beliau menulis:(4)
“Pada zaman Amangkurat IV, dengan kehendak Belanda diusirlah beberapa Muballigh Wahabi yang datang ke Jawa hendak mengajarkan Islam yang bersih kepada penduduk. Bahkan Amangkurat sendiri pun tertarik pada ajaran itu. Begitu pun keturunannya Pangeran Abdul Hamid Diponegoro, terang-terang hendak mendirikan Kerajaan Islam, dengan beliau sendiri menjadiAmiril Mukminin di tanah Jawa. Beliau ganti pakaian Jawa Lama dengan jubah dan serban. Maksud beliau niscaya akan berhasil, seandainya Kompeni tidak campur tangan.”(5)
Di halaman 62 beliau menulis tentang Tuanku Imam Bonjol:(6)
“Dia mencampungkan diri ke dalam gerakan Paderi, setelah sampai seruan Tuanku Nan Renceh dari Kamang ke Bonjol. Dan Tuanku Nan Renceh menerima pula pelajaran itu daripada tiga Tuanku yang pulang dari Makkah, membawa pokok pelajaran Tauhid yang suci bersih, menurut pandangan Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabi).”(7)
Di halaman 96 beliau menulis:(8)
“Ketakutan Belanda itu bertambah lagi karena abad ke 19 sudah datang gerakan agama Islam yang militan langsung dari Makkah, menggerakkan umat Islam dan membangkitkan semangat Tauhid di alam Minangkabau.
Belanda yang lebih tahu daripada orang Minangkabau sendiri apa artinya Islam yang murni, karena mendapat advis dari ahli-ahli Orientalis tentang semangat Islam, melihat bahwa kemajuan gerakan Islam yang timbul di Padang Darat itu akan sangat berbahaya bagi rencananya menaklukkan seluruh Sumatera. Belanda telah mengetahui bahwa gerakan Wahabi di Tanah Arab, yang telah menjalar ke Minangkabau itu bisa membakar hangus segala rencana penjajahan, bukan saja di Minangkabau, bahkan di seluruh Sumatera, bahkan di seluruh Nusantara ini.”(9)
Catatan Kaki
1.Buku “Dari Perbendaharaan Lama” karya Prof. Dr. Hamka, certakan III, Penerbit Pustaka Panjimas.
2.Buku “Dari Perbendaharaan Lama” adalah buku yang bertemakan sejarah. Di beberapa tempat di dalam buku ini, Buya Hamka membahas tentang wahabi.
3.Di zaman kita ini, kata “wahabi” adalah julukan bagi kaum muslimin yang berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush-Shalih. “Wahabi” adalah julukan yang diberikan kepada kaum muslimin yang mendakwahkan tauhid, melarang kesyirikan, mengajak kepada sunnah, anti kepada bid’ah.
4.Buku “Dari Perbendaharaan Lama” halaman 34.
5.Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
6.Buku “Dari Perbendaharaan Lama”.
7.Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
8.Buku “Dari Perbendaharaan Lama”.
9.Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
Sumber: http://id.mg61.mail.yahoo.com/neo/launch?.rand=ebo0fhlinlhnn#mail====================
Berikut ini kami mengutip tulisan Prof. Dr. Hamka dari salah satu bukunya(1), di mana beliau membahas tentang wahabi(2).(3)
Mari kita baca tulisan Buya Hamka berikut ini. Beliau menulis:(4)
“Pada zaman Amangkurat IV, dengan kehendak Belanda diusirlah beberapa Muballigh Wahabi yang datang ke Jawa hendak mengajarkan Islam yang bersih kepada penduduk. Bahkan Amangkurat sendiri pun tertarik pada ajaran itu. Begitu pun keturunannya Pangeran Abdul Hamid Diponegoro, terang-terang hendak mendirikan Kerajaan Islam, dengan beliau sendiri menjadiAmiril Mukminin di tanah Jawa. Beliau ganti pakaian Jawa Lama dengan jubah dan serban. Maksud beliau niscaya akan berhasil, seandainya Kompeni tidak campur tangan.”(5)
Di halaman 62 beliau menulis tentang Tuanku Imam Bonjol:(6)
“Dia mencampungkan diri ke dalam gerakan Paderi, setelah sampai seruan Tuanku Nan Renceh dari Kamang ke Bonjol. Dan Tuanku Nan Renceh menerima pula pelajaran itu daripada tiga Tuanku yang pulang dari Makkah, membawa pokok pelajaran Tauhid yang suci bersih, menurut pandangan Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabi).”(7)
Di halaman 96 beliau menulis:(8)
“Ketakutan Belanda itu bertambah lagi karena abad ke 19 sudah datang gerakan agama Islam yang militan langsung dari Makkah, menggerakkan umat Islam dan membangkitkan semangat Tauhid di alam Minangkabau.
Belanda yang lebih tahu daripada orang Minangkabau sendiri apa artinya Islam yang murni, karena mendapat advis dari ahli-ahli Orientalis tentang semangat Islam, melihat bahwa kemajuan gerakan Islam yang timbul di Padang Darat itu akan sangat berbahaya bagi rencananya menaklukkan seluruh Sumatera. Belanda telah mengetahui bahwa gerakan Wahabi di Tanah Arab, yang telah menjalar ke Minangkabau itu bisa membakar hangus segala rencana penjajahan, bukan saja di Minangkabau, bahkan di seluruh Sumatera, bahkan di seluruh Nusantara ini.”(9)
Catatan Kaki
1.Buku “Dari Perbendaharaan Lama” karya Prof. Dr. Hamka, certakan III, Penerbit Pustaka Panjimas.
2.Buku “Dari Perbendaharaan Lama” adalah buku yang bertemakan sejarah. Di beberapa tempat di dalam buku ini, Buya Hamka membahas tentang wahabi.
3.Di zaman kita ini, kata “wahabi” adalah julukan bagi kaum muslimin yang berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush-Shalih. “Wahabi” adalah julukan yang diberikan kepada kaum muslimin yang mendakwahkan tauhid, melarang kesyirikan, mengajak kepada sunnah, anti kepada bid’ah.
4.Buku “Dari Perbendaharaan Lama” halaman 34.
5.Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
6.Buku “Dari Perbendaharaan Lama”.
7.Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
8.Buku “Dari Perbendaharaan Lama”.
9.Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
Komentarku ( Mahrus ali):
Ternyata Imprilais Belanda juga benci kepada gerakan wahabi yang memang ingin
mengajarkan ajaran agama Islam yang suci, bukan ajaran Islam yang kotor karena
sudah campur baur dengan opini masarakat, pendapat cendekiawannya sebagaimana
hukum negara yang sudah tercampur dengan pendapat orang – orang yang punya
kepentingan yang jahat. Realitanya sekarang bukan hayalan, gerakan wahabi ini
disatruni oleh kalangan ahli bid`ah dan Syi`ah. Sebab ajaran Islam ahli bid`ah
dan Syi`ah adalah ajaran Islam yang kotor, boleh dikatakan kombinasi antara
tauhid dan syirik , kufur dan Islam, kadang warisan leluhur yang hina
dengan warisan leluhur yang mulia yaitu
para sahabat Nabi SAW. Saya ingat ayat:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ
فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena
sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.[1]
Di ayat
lain , Allah berfirman :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ
اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ
كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
Dan
apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan
Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa
yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan
mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam
siksa api yang menyala-nyala (neraka)?[2]
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo.
Jatim.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan