Kamis, Mei 24, 2012

Isra` okey, Mi`raj no

Peringatan Isra` dan Mi`raj 


(Fatwa Syekh Abd Aziz bin Abdillah bin Baz  Dana banyak terbuang sia – sia, kemungkaran tak terjaga )
                                     


Setiap tanggal 27 di bulan Rajab kaum muslimin biasa menyelenggarakan acara keagamaan yaitu Isra dan Miraj. Benarkah Isra dan Miraj tersebut terjadi pada saat tersebut ? Bolehkah kita memperingatinya ? 
Ibnu Hajj berkata, “Termasuk perkara bid’ah yang diada-adakan oleh orang-orang pada malam 27 Rojab adalah bid`ah"  Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh bid’ah pada malam tersebut seperti kumpul-kumpul di masjid, ikhthilath (campur baur antara laki-laki dengan perempuan), menyalakan lilin dan pelita. Beliau juga menyebutkan perayaan malam Isro’ Mi’roj termasuk perayaan yang  dikaitkan kepada agama, padahal bukan darinya.

Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan dari Zuhri dan ‘Urwah bahwa Isro’ Mi’roj terjadi setahun sebelum keluarnya Nabi ke kota Madinah yaitu bulan Robi’ul Awal, adapun pendapat Suddi, waktunya adalah enam belas bulan sebelum hijroh, yaitu bulan Dzulqo’dah.

Al-Hafidz Abdul Ghoni bin Surur Al-Maqdisi membawakan dalam sirohnya hadits yang tidak shohih sanadnya tentang waktu isro’ mi’roj pada tanggal 27 Rojab. Dan sebagian manusia menyangka bahwa isro’ mi’roj terjadi pada hari Jum’at pertama bulan Rojab, yaitu malam Roghoib yang ditunaikan pada waktu tersebut sebuah sholat masyhur, tetapi tidak ada asalnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, -sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah-,

Tidak ada dalil shohih yang menetapkan bulan maupun tanggalnya, seluruh nukilan tersebut munqothi’ (terputus) dan berbeda-beda.

Bahkan Imam Abu Syamah menegaskan,

Sebagian tukang cerita menyebutkan bahwa Isro’ Mi’roj terjadi pada bulan Rojab. Hal itu menurut ahli hadits merupakan kedustaan yang  nyata.

Ibnu Nuhas berkata,

Sesungguhnya perayaan malam ini (Isro’ Mi’roj) merupakan kebid’ahan besar dalam agama yang diada-adakan oleh saudara-saudara syetan.
Penulis kitab As-Sunan wal Mubtada’at, Muhammad bin Ahmad As Syafi’i (murid Syaikh Rosyid Ridho) hal 127 menegaskan,

Pembacaan kisah Mi’roj dan perayaan malam 27 Rojab merupakan perkara bid’ah… Dan kisah Mi’roj yang disandarkan kepada Ibnu Abbas, seluruhnya adalah kebatilan dan kesesatan. Tidak ada yang shohih kecuali beberapa huruf saja.

Demikian pula dengan kisah Ibnu Shulthon, seorang penghambur yang tidak pernah sholat kecuali di bulan Rojab saja, namun tatkala hendak meninggal dunia, terlihat padanya tanda-tanda kebaikan sehingga ketika Rasulullah ditanya perihalnya, beliau menjawab,

Sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan berdo’a pada bulan Rojab.

Semua ini merupakan kedustaan dan kebohongan. Haram hukumnya membacakan dan melestarikannya riwayatnya kecuali untuk menjelaskan kedustaannya. Sungguh sangat mengherankan kami, tatkala para jebolan Azhar membacakan kisah-kisah palsu seperti ini kepada manusia.
Mari kita simak fatwa seorang Ulama Ahlus Sunnah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullah- seputar masalah ini.
(Fatwa Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Bazz –rahimahullah)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasullah SAW, keluarga dan para shahabatnya. 
Amma Ba’du, 
Tidak diragukan lagi, bahwa Isra’ & Mi’raj merupakan tanda dari Allah yang menunjukkan atas kebenaran Rasul-Nya Muhammad SAW dan keagungan kedudukannya di sisi Tuhannya, selain juga membuktikan atas kehebatan Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya atas semua makhluk. 
Firman Allah: 
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 17:1) 
Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwasanya Allah telah menaikkannya ke langit, dan pintu-pintu langit itu terbuka untuknya, hingga beliau sampai ke langit yang ke tujuh.
Kemudian beliau diajak bicara oleh Tuhan serta diwajibkan shalat lima waktu, yang semula diwajibkan lima puluh waktu, tetapi Muhammad kembali kepadaNya minta keringanan, sehingga dijadikannya lima waktu. Namun demikian, walau yang diwajibkan lima waktu saja tetapi pahalanya tetap seperti yang lima puluh waktu, karena perbuatan baik itu (al-hasanah) akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Kepada Allah-lah kita ucapkan puji dan syukur atas segala nikmat-Nya. 
Tentang malam saat diselenggarakannya Isra’ & Mi’raj itu belum pernah diterangkan ketentuannya (kapan kejadiannya-pen) oleh Rasulullah SAW, jikalau ada ketentuannya maka itupun bukan dari Rasulullah SAW, menurut para ahli ilmu. Hanya Allah yang mengetahui akan hikmah kelalaian manusia. 
Seandainya ada (hadits) yang menetapkan kapan kejadian malam Isra’ & Mi’raj, tetaplah tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu. Selain juga tidak boleh mengadakan upacara perkumpulan apapun. Karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak pernah mengadakan upacara-upacara seperti itu dan tidak pula mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut. Juka peringatan malam tersebut disyari’atkan, pasti Rasulullah SAW menjelaskannya kepada ummat baik melalui ucapan maupun perbuatan. Jika pernah dilakukan oleh beliau, pasti diketahui dan masyhur, dan tentunya akan disampaikan oleh para sahabat kepada kita, karena mereka telah menyampaikan apa-apa yang dibutuhkan ummat manusia dari Nabinya.
Mereka (para sahabat) belum pernah berlebih-lebihan sedikitpun dalam masalah agama, bahkan merekalah orang-orang pertama kali melakukan kebaikan setelah Rasulullah SAW, Maka jikalau upacara peringatan malam Isra’ & Mi’raj ada tuntunannya, niscaya para sahabat akan lebih dahulu menjalankannya. 
Nabi Muhammad adalah orang yang paling banyak memberi nasehat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah kerasulannya sebaik-baik penyampaian dan menjalankan amanat Tuhan-nya dengan sempurna. Oleh karena itu jika peringatan malam Isra’ & Mi’raj dan pengagungannya itu dari Agama Allah, tentu tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Rasulullah SAW, tetapi karena hal itu tidak ada jelaslah bahwa upacara dan pengagungan malam tersebut bukan dari ajaran Islam sama sekali. Allah telah menyempurnakan agama-Nya bagi ummat ini, mencukupkan nikmat-Nya kepada mereka dan mengingkari siapa saja yang berani mengada-adakan sesuatu hal dalam agama, karena cara tersebut tidak dibenarkan oleh Allah. 
Allah berfirman: 
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3) 
Allah berfirman pula: 
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْلاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diridhoi Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang zhalim itu akan memperoleh adzab yang pedih.” (Q.S. 42:21) 
Dalam hadits-hadits shahih Rasulullah SAW telah memperingatkan kita agar kita waspada dan menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah, dan dijelaskan bahwa bid’ah itu sesat, sebagai suatu peringatan bagi ummatnya sehingga mereka menjauhinya dan tidak mengerjakannya, karena bid’ah itu mengandung bahaya yang sangat besar. 
Dari A’isyah ra. dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
”Barangsiapa mengada-adakan suatu perbuatan (dalam agama) setelahku, yang belum pernah ada, maka tidak akan diterima.” (H.R. Bukhari) 
Dalam riwayat Muslim:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
 “Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum kami perintahkan, maka ia tertolak.” 
Dari Jabir ra. berkata: Bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda dalam khutbah Jum’at:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma Ba’du, Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW dan sejahat-jahatnya perbuatan (dalam agama) ialah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah (yang diada-adakan) itu adalah sesat.” (H.R. Muslim) 
Dalam kitab-kitab Sunan, diriwayatkan dari Irbadh bin Saariyah ra. bahwasanya ia pernah berkata:
وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلاَلَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ


“Rasulullah SAW pernah menasehati kami dengan nasehat yang mantap, (jika kita mendengarnya) hati kita akan bergetar dan air mata akan berlinang. Maka kami berkata kepadanya,”Wahai Pesuruh Allah, seakan-akan nasehat ini seperti nasehat orang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat.” Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku wasiatkan kepada kamu sekalian agar selalu bertaqwa kepada Allah, mendengarkan dan menta’ati (perintah-Nya), walaupun yang memerintahkan kamu itu (berasal dari) seorang hamba. Sesungguhnya barangsiapa diantara kamu yang berumur panjang (sampai pada suatu masa), maka akan menjumpai banyak perselisihan, maka (ketika itu) kamu wajib berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaarrasyidin yang telah mendapat petunjuk sesudahku, pegang dan gigitlah dengan gigi gerahamu sekuat-kuatnya. Dan sekali-kali jangan mengada-ada hal-hal baru (dalam agama), karena setiap hal baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” 
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna dengan hadits ini. Para sahabat dan ulama shalih telah memperingatkan kita agar waspada terhadap perbuatan bid’ah serta menjauhinya. 
Bukankah hal ini merupakan tambahan dalam agama dan syari’at? Allah tidak memperkenankan penambahan-penambahan dalam agama berupa perbuatan bid’ah, karena hal itu menyerupai perbuatan musuh-musuh Allah yaitu bangsa Yahudi dan Nasrani (seperti mereka memperingati hari kenaikan Isa AS, muslimin memperingati Isra’ & Mi’raj / kenaikan Rasululullah SAW ke langit ketujuh, begitu pula mereka memperingati hari kelahiran Nabi Isa AS, muslimin pun ikut-ikutan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad AS, yang padahal semua perbuatan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan tidak pernah disyari’atkan, pen) 
Adanya penambahan-penambahan dalam agam itu (berarti) menuduh agama Islam kurang dan tidak sempurna, dengan jelas ini tergolong kerusakan besar, kemungkinan yang sesat dan bertentangan dengan firman Allah: 
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3) 
Selain itu juga bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah SAW yang memperingatkan kita dari perbuatan bid’ah dan agar menjauhinya. 
Kami berharap, semoga dalil-dalil yang telah kami sebutkan tadi cukup memuaskan bagi mereka yang menginginkan kebenaran, dan mau mengingkari perbuatan bid’ah, yakni bid’ah mengadakan upacara peringatan malam Isra’ & Mi’raj, dan supaya kita sekalian waspada terhadapnya, karena sesungguhnya hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali. Tatkala Allah mewajibkan orang-orang muslim itu agar saling nasehat-menasehati dan saling menerangkan apa-apa yang telah disyariatkan Allah dalam agama serta mengharamkan penyembunyian ilmu, maka kami memandang perlu untuk mengingatkan saudara-saudara kami dari perbuatan bid’ah ini yang telah menyebar diberbagai belahan bumi, sehingga dikira sebagian orang berasal dari agama. 
Maha Suci Engkau Ya Allah, Engkaulah yang kami minta untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin ini, dan memberi kepada mereka kemudahan dalam memahami agama Islam. Semoga Allah melimpahkan taufiq kepada kita semua untuk berpegang teguh dengan agama yang haq ini, tetap konsisten menjalaninya dan meninggalkan apa-apa yang bertentangan dengannya. Allahlah Penguasa segala-galanya. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Amiin. [1]

Komentarku ( Mahrus ali ) ;
 Saya cocok sekali dengan komentar Syekh Abd Aziz bin Abdillah bin Baz tadi, sebab memang begitulah ajaran agama. Segala peringatan, perayaan yang tidak ada dalilnya, maka  di anggap bid`ah. Ada  peringatan  Isra` yang menghabiskan dana sekitar  15 juta dengan mendatangkan  qari` nasional, muballigh kondang, ziarah kubur ke sesepuh desa, semaan mulai pagi hingga sore.
Saya pikir, dana tersebut di belanjakan untuk peringatan isra` mi`raj yang bid`ah ini termasuk israf, tabdzir, dan kasihan kepada kaum fakir yang membayar urunan. Bagi orang kaya dan fakir harus sama – sama membayar urunan  peringatan Isra` dan Mi`raj dan dimintai bungkusan nasi dengan ikan dan lauk pauknya untuk sepuluh orang. Jadi jumlah  15 juta masih kurang, masih harus mengambil dana lagi kepada masarakat yang kebanyakan fakir dan miskin.
  Waktu semaan, orang – orang yang hadir, mayoritas dari kalangan kaum perempuan yang auratnya tidak terjaga. Jarang dari kaum lelaki yang datang. Dan memang  mereka malas mendatangi semaan. Untuk kaum hawa malah lebih senang datang dari pada dirumah. Pada  hal, mereka dirumah lebih baik. Allah berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.[2]
Aisyah berkata:
لَوْ أَنَّ رَسُولَ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ الْمَسْجِدَ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Seandainya Rasulullah SAW melihat bid`ah yang dilakukan  kaum perempuan, maka  mereka  dilarang  ke masjid  sebagaimana  kaum perempuan banu Israil yang pernah di larang [3]

Imam  Ahmad berkata: “ Tidak di perkenankan melihat wajah dan kedua  tapak tangan perempuan. Sebab seluruh tubuh  perempuan adalah aurat hingga kukunya  dan inilah pendapat Imam Malik
 Fadhilatus syekh Athiyah  Shoqer, Mei 1997 menyatakan:
وَلمَ ْيَرِدْ نَصٌّ يِمَنْعِ الْفَرَحِ وَالسُّرُوْرِ فِى غَيْرِ هَذَيْنِ اْلعِيْدَيْنِ ،
Tiada  hadis atau al Quran yang melarang kegembiraan  selain di dua hari raya ( Id dan adha ). [4]
 Saya katakan: Menurut beliau seluruh peringatan, sedekah bumi, sedekah laut, peringatan  hari aid, hari wanita , ibu kartini, hari pahlawan dll diperkenankan  karena tiada  dalil yang melarang.
  Lantas apakah ada dalil yang memerintah. Bila tiada dalil yang memerintah  mengapa  di jalankan ? Apakah peringatan yang mengundang banyak kemungkaran dan kemaksiatan itu di perkenankan ?  Siapa bilang  tiada kemungkaran ketika peringatan jantung sehat sedunia, peringatan hari olahraga, hari buruh, hari pendidikan, nanti akan ada hari musik dan hari happy – happy sedunia. Seluruhnya menurut saya adalah tertolak dan tidak boleh di lakukan. Para ulama  yang anti perayaan  dan peringatan menggunakan  hadis di bawah ini:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ, وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا. فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ,فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ ))
 “ Rasulullah SAW  datang ke Medinah dan mereka mempunyai dua hari untuk bermain. Rasul bersabda ; “ Dua hari apakah ini ? “. Mereka menjawab: “ Kita bermain – main dalam dua hari tersebut di masa jahiliyah “. Rasul bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik  yaitu hari Idul adha dan Idul fitri”.kata Anas bin Malik[5]

Tidak ada  larangan dan tidak ada  perintah, ber arti bid`ah dan harus di hindari. Rasulullah SAW bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ *
Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan taat seklipun kepada budak Habasyah. Sesungguhnya orang diantaramu yang hidup setelah aku akan melihat pertentangan pendapat yang banyak. Karena itu peganglah sunnahku dan khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Pegangilah dan gigitlah dengan gigi geraham. berhatilah  terhadap perkara baru[6]
Komentarku ( Mahrus ali ):

Penulis kitab As-Sunan wal Mubtada’at, Muhammad bin Ahmad As Syafi’i (murid Syaikh Rosyid Ridho) hal 127 menegaskan,

Pembacaan kisah Mi’roj dan perayaan malam 27 Rojab merupakan perkara bid’ah… Dan kisah Mi’roj yang disandarkan kepada Ibnu Abbas, seluruhnya adalah kebatilan dan kesesatan. Tidak ada yang shohih kecuali beberapa huruf saja.

Komentarku ( Mahrus ali ):
 Ternyata hadis tentang mi`raj bukan Isra`. Kalau Isra ` sudah di jelaskan dalam al Quran sbb:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah komi anugerahkan barokah pada negeri/tempat sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari landa-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isro' ayat 1)
Kalau masalah Mi`raj ke langit tujuh, dialog dengan nabi Musa dan nabi – nai lain yang sudah meninggal dunia, maka tidak diterangkan dalam al Quran dan hadisnya  juga tidak dikenal di kalangan kebanyakan sahabat. Kisah MI`raj di kalangan sahabat sangat nyeleneh. Di kalangan kebanyakan tabiin hadis MI`raj itu tidak dikenal. Khulafaur rasyidin dan Istri – istri Rasulullah SAW tidak kenal dengan hadis MI`raj itu atau kisah – kisah di dalamnya. Dan suatu saat akan saya bahas dalam judul tersendiri.

Bacalah lagi diblog ke dua : www.mantankyainu2.blogspot.com


[1] Kontributor : Abu Abdirrahman Uli, 10 Desember 2001 www.perpustakaan-islam.com
[2]  Al Ahzab  33
[3] Muttafaq alaih
[4] Fatawa lajnatil  fatwa al azhar  68
[5] HR Abu dawud /Salat/1134. Nasai /Shalat Id /1556. Ahmad / Baqi musnad muksirin/11595,12416.Al Hakim dalam kitab Al mustadrak  294/1,434/1.Beliau menyatakan sahih menggunakan perawi Bukhori Muslim tapi mereka berdua tidak meriwayatkan dalam kitab sahihnya. Lihat pula  Al Bahrur ra`iq 170/2 , Hasyiyatut thohthowi ala maraqil falah 343/1

[6] HR Abu dawud / Assunnah /4607. Darimi /Muqaddimah /95
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan