PR untuk kita semua,bil khusus saudara2ku warga NU
===================== Ketua Umum PBNU periode 1984-1989 dengan Musytasyar KHR As’ad Syamsul Arifin bersama 8 Kiyai lainnya, dan Ro’is ‘Am Syuriyah KH Ahmad Siddiq. Kepemimpinan Gus Dur itu bisa terpilih lagi. Sampai saat Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI 1999, dia masih berstatus ketua Umum PBNU. Kemudian kedudukannya digantikan oleh Hasyim Muzadi setelah bersaing ketat dengan Dr Said Agil Siradj dalam muktamar NU di Jawa Timur, dengan isu jangan sampai memilih orang yang suka blusak-blusuk (keluar masuk) ke Gereja, maksudnya adalah Said Agil Siradj.Meskipun isu itu bisa berhasil menggagalkan Said Agil Siradj hingga tidak mampu mengalahkan Hasyim Muzadi, namun hasilnya sama juga, yaitu gemar-gemar juga Hasyim Muzadi itu dalam hal berkasih-kasihan dengan gereja. Buktinya, justru dia mengadakan acara do’a bersama antara agama secara besar-besaran di senayan Jakarta Agustus 2000. (lihat buku Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha, Bila Kyai Dipertuhankan, Membedah Sikap Beragama NU, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2001, dalam judul bab NU dan Peran Kesejarahannya Mempraktekkan Nasihat Kruschov Berdampingan dengan Lawan, Berhadapan dengan Pembaharu). Setelah kita runtutkan peristiwanya, Said Aqiel Siradj tahun 1998 melontarkan pemikiran bahwa sebaiknya NU (Nahdlatul Ulama) dipimpin oleh wanita, supaya maju. Selama ini NU tidak maju-maju karena selalu dipimpin laki-laki, katanya. Tahu-tahu dalam perjalanan kiprahnya, Said Aqiel Siradj mencalonkan diri sebagai calon ketua umum PBNU dalam Muktamar NU ke-30 di Kediri Jawa Timur tahun 1999. Apakah Said Aqiel Siradj merasa dirinya itu perempuan atau bagaimana, sehingga mencalonkan diri untuk memimpin NU saat itu. Kalau dia merasa laki-laki ya malu dong.Dia sendiri yang mengusulkan agar NU dipimpin oleh wanita, kok dia malah mencalonkan diri padahal berkelamin lelaki. Periode mendatang pun kalau dia mencalonkan diri untuk memimpin NU, berarti ia menganggap dirinya adalah perempuan! Ketika keberanian Said Aqiel Siradj dalam mendukung calon presiden sudah terbukti menabrak-nabrak ayat, hadits, dan organisasi seperti itu, lantas dukungannya sekarang (2009) terhadap capres dan cawapres (JK-Wiranto) yang tampak dekat dengan aliran-aliran sesat (LDII dan NII KW IX) itu apakah tidak mungkin dia akan membenarkan yang sesat, atau sebaliknya menyesatkan yang benar? Mudah-mudahan saja tidak. Sekalipun tidak, toh sudah jelas diablusak-blusuk. Jadi ya ataupun tidak, hampir tiada beda http://nahimunkar.com/kenapa-banser-nu-sebegitu-rakusnya-membela-gereja/ |
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan