Kamis, Juli 11, 2013

Kapan al Quran diturunkan




Perbedaan Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar 
02/10/2007

Di tukia oleh KH A Nuril Huda
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dawah Nahdlatul Ulama (LDNU)

Nuzulul Quran adalah waktu turunya Al-Quran yang bertepatan dengan malam yang disebut Lailatul Qadar. Allah SWT menurunkan Al-Quran pada Lailatul Qadar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Qadr ayat 1-5.
Namun begitu, Nuzulul Quan sering diperingati pada malam 17 Ramadhan, sementara umum diketahui bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada sepertiga malam yang terakhir bulan Ramadhan. Mengapa bisa berbeda?
Allah SWT berfirman,
 
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr 1-5).
Para ulama berbeda pendapat tentang dlamir hu atau kata ganti yang merujuk kepada Al-Quran dalam ayat pertama. Apakah Al-Quran yang dimaksud dalam ayat itu adalah keseluruhannya, artinya Allah SWT menurunkan Al-Quran sekaligus dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) pada malam Lailatul Qadar, ataukah sebagiannya, yaitu bahwa Allah SWT menurunkan pertama kali Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu surat Al-Alaq Ayat 1-5 pada malam Lailatul Qadar?
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Al-Quran yang diturunkan pada Lailatul Qadar keseluruhnya; baru kemudian secara berangsur diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. (HR. Ath-Thabrani).
Sementara itu Nuzulul Quran sering diperingati pada tanggal 17 Ramadhan, dengan mengadakan pengajian atau tabligh akbar, dan bukan pada malam Lailatul Qadar. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa pada tanggal tersebut Rasulullah SAW pada umur 41 tahun mendapatkan wahyu pertama kali. Yaitu  surat Al-alaq ayat 1-5 ketika beliau berkonteplasi (berkhalwat) di gua Hira, Jabal Nur, kurang lebih 6 km dari Mekkah.
Nuzulul Quran yang diperingati oleh umat Islam dimaksudkan itu adalah sebagai peringatan turunnya ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW yakni ayat 1-5 Surat Al-Alaq.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Adapun Lailatul Qadar merujuk kepada malam diturunkannya Al-Quran dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Dikisahkan bahwa pada malam itu langit menjadi bersih, tidak nampak awan sedikitpun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas.
KH A Nuril Huda
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dawah Nahdlatul Ulama (LDNU)
KH Arwani Faisal
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU

Komentar:
Penulis beritahukan gambar jabal nur sbb :

yusuf suharto menulis:
1. menurut hadis riwayat Imam Ahmad, bahwa diturunkannya Alquran itu pada 24 Ramadhan. Disinilah kemudian dapat difahami bahwa meski Lailatul Qodr itu dipinta Rasul dicari pada sepuluh terakhir Ramadhan, tetapi tidak musti harus pada tanggal ganjil. Kita berpendapat,bahwa Nuzul atau Tanzil Quran dari Lauh Mahfudz ke bait Izza pada tgl ini ( 24 Ramadhan/Lailatul Qodr ) secara global.
2. Nuzul yang tgl17 Ramadhan, disamping usulan ulama' Indonesia antara lain H. Agus Salim ( bertepatan dan ditepatkan momentum kemerdekaan RI tgl 17 ) memang memiliki landasan kuat yakni tafsiran dari surah alAnfal ayat 41. Dimana Alquran diturunkan pada yawm Furqon ( hari pembeda antara yg benar dan yg batil, yakni pada perang badar ) itu bertepatan tgl17 Ramadhan. Bedanya,pada 17 Ramadhan ini, Quran yang diturunkan adalah dari Bait Izza ke Rasul secara bertahap dan merupakan tahapan pertama turun, yakni ayat Al 'Alaq di Gua Hira'.

Sunarko menulis:
Gimana kalau tulisan Arabnya tidak usah di tampilkan? karena munculnya terbalik

Redaksi NU Online menulis:
Assalamualaikum
Pak Sunarko, tampilan tulisan Arab website insyaallah selalu benar (tidak terbalik). Hanya saja ketika dicopy ke program word di computer yang belum diinstal program arabic maka tulisan Arabnya akan terbalik. Demikian tanggapan dari redaksi. Maksud hati, selain sebagai situs berita, kami ingin menjadikan website ini sebagai sarana belajar bersama dan saling timbal balik antar sesama warga Nahdliyyin. Terimakasih. Wassalam.

ESTI SULIS menulis:
Subhanallah,mudah2an aja artikel ini bisa menjadi petunjuk bagiku yg sdg mencari cahaya hati. Amien.

Rw021.wordpress.com/
Secara qath-i ; Memang tidak ada kepastian mengenai kapan datangnya Lailatul Qadar, suatu malam yang dikisahkan dalam Al-Qur’an “lebih baik dari seribu bulan”.
Ada Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, meyebutkan bahwa Nabi pernah ditanya tentang Lailatul Qadar. Beliau menjawab: “Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.” (HR Abu Dawud).
Namun menurut hadits lainnya yang diriwayatkan Aisyah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan: “Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal gasal dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari).
Dan menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadal itu terjadi pada 17 Ramadhan, 21 Ramadhan, 24 Ramadhan, tanggal gasal pada 10 akhir Ramadhan, Dan lain-lain.
Paling tidak ada tiga keutamaan yang digambarkan peristiwa lailatul qodar[1]




Komentarku ( Mahrus ali ): :
Ada hadis sbb :
 (21) حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ قَالَ ثَنَا إِسْرَائِيْلُ وَأَبُوْهُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ حُجَيْرٍ التَّغَلُّبِي عَنِ اْلاَسْوَدِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ اِلْتَمِسُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ فَإِنَّهَا صَبِيْحَةُ بَدْرٍ يَوْمَ اْلفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ.
……………………Dari Abdullah bin Mas`ud berkata : Carilah lailatul qadr pada tanggal 17,  sesungguhnya  ia paginya perang Badar yaitu hari perpisahan antara kebatilan dan kebenaran  hari pertemuan  antara  kelompok kafir dan muslim.  [2]
Al Hakim juga meriwayatkannya  dan beliau menyatakan :
-            هَذَا حَدِيْثٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَلَمْ يُخْرِجَاهُ »
Ini hadis menurut persaratan periwayatan  Bukhari dan Muslim  dan keduanya tidak meriwayatkannya.  [3]
Komentarku ( Mahrus ali ): :
  Sanadnya  sbb :  Bercerita kepada kami Abu Ishak  dan Abul Husain  lalu berkata :  Bercerita kepada kami  Abu awanah,  dari Abu Ishak  dari Al aswad dari Abdullah …………[4]
    Bila  maksud Al aswad dalam sanad tersebut adalah al aswad bin Yazid maka benar,  dia adalah perawi  Bukhari dan Muslim.  Namun  dalam kitab Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah  396 / 2 ternyata  al aswad di sana di cantumkan  nama   orang tuanya yaitu Ali .  Dengan  demikian,  sanad ini terputus dan Ibnu Mas`ud  tidak punya  murid bernama  Al aswad bin Ali.  Selain itu,  ada lagi sanad yang terputus antara Muhammad bin Qutaibah dan Abu Awanah.  Di mana Muhammad bin Qutaibah tidak pernah berguru kepada Abu Awanah.  terus manakah yang di benarkan antara kedua sanad  tersebut.  Dan keduanya juga cacat.  Jadi ia lemah.  Seandainya  orang bilang sahih,  maka  ia sekedar perkataan Ibnu Mas`ud dan Rasulullah    tidak pernah menyatakan seperti itu.  
-            تَعْلِيْقُ الذَّهَبِي قِي التَّلْخِيْصِ : عَلَى شَرْطِ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٍ
Komentar Imam Dzahabi  dalam kitab at talkhis : Ia  sesuai dengan persaratan perawi Bukhari dan Muslim.  
Komentarku ( Mahrus ali ):  Tidak tepat,  sebab Muhamad bin Qutaibah bukan perawi Bukhari  dan Muslim,  silahkan cek sendiri,  apakah ada perawi bernama Muhammad bin Qutaibah dalam perawi Bukhari dan Muslim dalam kitab sahihnya.  Selain itu juga ada  sanad yang terputus.  Sudah  cukup di buat peringatan bahwa  penyusun kutubut tis`ah tidak mencantumkan nya dalam kitab mereka.  
Namun ada  atsar sahih dari Abdullah bin Mas`ud dengan sanad sbb :
8976 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عَلِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بن مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الأَسْوَدِ بن يَزِيدَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ،
قَالَ:"الْتَمِسُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ لِسَبْعَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، صَبِيحَةَ يَوْمِ بَدْرٍ: يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَفِي إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَفِي ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ، فَإِنَّهَا لا تَكُونُ إِلا فِي وِتْرٍ".
8976.Bercerita kepada kami Muhammad bin Ali,  Bercerita kepada kami  Sa`id bin Mansur,  Bercerita kepada kami  Abu Awanah  dari Abu Ishak  dari Al aswad bin Yazid  dari Ibnu  Mas`ud ra berkata :
Carilah lailatul qadr pada tanggal 17 Ramadhan  - yaitu  hari perang Badar = hari al furqan  - hari ketika dua golongan bertemu,   dan pada tgl 21,  23.  Ia  selalu  pada tanggal ganjil.   HR Thabrani [5]
Komentarku ( Mahrus ali ): : Dari segi sanad  sahih,  dan dari segi  pendukungnya,  saya tidak menjumpai hadis yang  di katakan oleh Nabi    bahwa  lailatul qadr  pada  tanggal  17 Ramadhan.  Ia sekedar pendapat ibnu Mas`ud.   Dan  saya  butuh  lafazh dari Nabi secara  husus  yang menyatakan  seperti itu,   saya  tidak menjumpainya.  
Ada orang bilang   bahwa pendapat sahabat adalah tauqifi,  artinya  dia tidak akan berbicara sesuatu yang tidak rasional kecuali telah mendengar dari Nabi .  
Komentarku ( Mahrus ali ): : Pernyataan  seperti  itu menyimpulkan bahwa pendapat sahabat harus di terima,  mesti benarnya,  siapa yang menentangnya keliru dan akan  sesat,  lalu bagaimanakah bila  sahabat Rasulullah   sendiri menentangnya,   siapakah diantara keduanya yang di benarkan > Bila perkataan sahabat itu  salah,  siapakah yang bertanggung jawab ?.  Sayyidina Umar bin Al Khatthab itu adalah sahabat Rasulullah  .  Kadang beliau mengeluarkan pendapat,  kadang benar,  suatu saat juga keliru. Umar pernah membatasi maskawin wanita lalu di tentang oleh seorang wanita dan Umar mengakui kesalahannya dan membenarkan wanita itu.   Ada hadis sbb :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ صَالِحٍ ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ ، عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ : ( إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ اْلفُرْقَانِ (1) ) « يَعْنيِ بِالْفُرْقَانِ : يَوْمَ بَدْرٍ ، يَوْمٌ فَرَّقَ اللهُ بَيْنَ الْحَقِّ وَاْلبَاطِلِ » « هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحُ اْلإِسْنَادِ ، وَلَمْ يُخْرِجَاهُ »
Dari Abdullah bin Shaleh  dari Muawiyah bin Shaleh dari Ali bin Abu Thalhah  dari Ibnu Abbas  ra  tentang firman Allah azza wajal  :
إِنْ كُنْتُمْ ءَامَنْتُمْ بِاللهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ
jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan,.[6]
Al furqan  adalah hari perang Badar,  dimana  Allah telah membedakan antara kebenaran dan kebatilan.  
Imam Al Hakim menyatakan  hadis tsb sanadnya sahih,   tapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.  [7]
Komentarku ( Mahrus ali ): :   Atsar tersebut memiliki beberapa  kelemahan  karena perawi – perawi sbb
Ali bin Abu Thalhah  menurut Ibnu  Hajar,  beliau adalah perawi yang selalu berkata benar tapi sering keliru,  kata Ibnu Hajar.   
Imam Dzahabi menyatakan :   Banyak riwayat yang mungkar  dari padanya.
Abu Hatim  dari  Duhaim menyatakan  : Dia tidak mendengar tafsir sama sekali  dari Ibnu Abbas.  
Ya`qub berkata : Dia perawi lemah,  madzhabnya  tidak baik
Imam  Bukhari mengutip riwayat Muawiyah  dari Ali bin  Abu Thalhah  dari Ibnu Abbas  beberapa riwayat  yang beliau cantumkan  dalam kitab tarajum,  tapi tidak menyatakan langsung  dari Ibnu Abbas [8]  Imam Nasai menyatakan dia adalah perawi yang lemah.
Ada  hadis lagi sbb :
-            عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ فِي قَوْلِهِ: {يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ اْلتَقَى الْجَمْعَانِ} قَالَ: كَانَتْ بَدْرٌ لِسَبْعَ عَشَرَةَ مَضَتْ مِنْ رَمَضَانَ.
-            رَوَاهُ الطَّبْرَانِي. وَإِبْرَاهِيْمُ لَمْ يُدْرِكْ ابْنَ مَسْعُوْدٍ.
Dari Ibnu Mas`ud tentang  firmanNya 
يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ اْلتَقَى الْجَمْعَانِ
Hari furqan – yaitu hari ketika dua kelompok bertemu.  
Ibnu Masud menyatakan : Hari itu adalah perang Badar  tanggal  17  Ramadhan. [9]
Hr Thabrani dan beliau sendiri menyatakan  hadis lemah karena  sanadnya  terdapat perawi Ibrahim yang tidak berjumpa  dengan Ibnu Mas`ud.  
Sanadnya dari Ibrahim dari Kibnu Mas`ud …………….sbb;
- حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عَلِيٍّ الصَّائِغُ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بن مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بن عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ،

Komentarku ( Mahrus ali ): : Maksudnya ada sanad yang terputus  ya`ni ada perawi yang tidak di sebutkan antara  Ibrahim dan Ibnu Mas`ud.  Boleh jadi perawi itu terkenal dusta  hingga  tidak di cantumkan  agar  orang – orang menyatakan  kisah itu sahih.  
-            وَرُوِيَ عَنْ زَيْدٍ بْنِ أَرْقَمَ ، أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ ، فَقَالَ : لَيْلَةُ تِسْعَ عَشْرَةَ - مَا يَشُكُّ - وَقَالَ يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقضى الْجَمْعَانِ
Di riwayatkan dari Zaid bin Arqam,   bahwa beliau di tanya  tentang lailatul qadr,  lalu berkata : Ia malam sembilan belas ……….. tidak di ragukan lagi.  Lalu berkata  : Itulah hari al furqan pada  hari dua kelompok bertemu ( kaum Qurasy dan kaum muslimin )
Al Baihaqi memberikan komentar : Itu tidak populer,  sebab menurut pendapat yang populer adalah pada  tanggal  tujuh belas Ramadhan menurut ahli kisah peperangan.  [10]
Komentarku ( Mahrus ali ): : Ulama  ahli hadis kurang sreg kepada  kisah – kisah yang di sampaikan oleh  ahli maghozi – ulama  ahli kisah tentang peperangan.  
Ia juga di cantumkan dalam kitab Ittihaful khiyarah al maharah  38/3  namun di katakan  sanadnya lemah. mauquf – bukan hadis Rasulullah ,  karena perawi bernama  Huth.  nomer 274
وَرَوَى جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ كاَنَ يَتَحَرَّى لَيْلَةَ اْلقَدْرِ لَيْلَةَ تِسْعَ عَشْرَةَ وَإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ وَثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ
Ja`far bin Muhammad  meriwayatkan dari ayahnya ( Muhammad ) bahwa  Ali bin Abu Thalib selalu mencari lailatul qadr  di malam  19,  21  dan 23  Ramadhan.  
Komentarku ( Mahrus ali ):  :   Ayah Ja`far belum tentu berjumpa dengan Ali bin Abu Thalib karena  dia adalah cicitnya  dan belum ada data  yang mengatakan seperti itu.   Dan  paling penting adalah kutubut tis`ah tidak mencantumkan kisah itu,   dan  jarang sekali kitab hadis atau syarahnya yang mencantumkannya.  Jadi  kisah itu belum tentu benar.  [11]
 Nasab Ja`far  bin Muhammad bin Ali bin Husain bin  Ali bin Abu Thalib.  
Syaikh Ali bin Abu bakar al haitsami berkata :
بَابٌ فِي لَيْلَةِ اْلقَدْرِ (329) حَدَّثَنَا كَثِيْرٌ بْنُ هِشَامٍ ثَنَا جَعْفَرُ بْنُ بَرْقَانَ قَالَ سَمِعْتُ رَجُلاً مِنْ قُرَيْشٍ يَقُوْلُ كَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ الزُّبَيْرِ يَقُوْلُ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي لَقِيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِهَا أَهْلَ بَدْرٍ قَالَ يقُوْلُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ * (وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ اْلفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانُ) * قَالَ جَعْفَرُ بَلَغَنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سِتَّ عَشْرَةَ أَوْ سَبْعَ عَشْرَةَ
Bab lailatuil qadr  329.  Bercerita kepada kami Katsir bin Hisyam lalu berkata : Bercerita kepada kami Ja`far bin Barqan berkata : Aku mendengar seorang lelaki  Quraisy berkata : Abdullah bin Zubair  berkata : Malam  pertemuan Rasulullah   dengan kaum Qurasiy pada perang Badar adalah  firman Allah azza wajal  :
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ اْلفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانُ
…………  dan apa yang kami turunkan kepada hamba kami pada hari al furqan yaitu hari dua golongan bertemu ( ya`ni golongan  kafir dan muslim ) [12]

Komentarku ( Mahrus ali ): :
Perawi bernama  Ja`far bin Barqan tidak berjumpa dengan  Abdullah bin Zubair tapi melalui seorang lelaki Quriasy yang belum jelas identitasnya dan ini termasuk cacat  dalam  sanad hadis sehingga kisah itu tidak akurat.  Jadi jarak antara Abdullah bin Zubair dan Ja`far bin Barqan itu sangat jauh,  mestinya  dari Azzuhri kepada Ja`far bin Barqan itu ………………. Jadi  dia  itu murid Zuhri  atau  orang yang semasa dengannya .
Syaikh Ahmad bin Abu bakar bin Ismail Al Bushairi mencantumkan pendapat Abdullah bin Zubair  dalam kitab karyanya  Ittihaful khiyarah 38/3 dan menyatakan mauquf ( lemah ) karena perawi  yang tidak di sebut namanya.  
 Ternyata  setelah kita kaji,   kita tidak menjumpai hadis sahih tanpa cacat  yang menyatakan bahwa  malam 17 Ramadhan adalah  malam lailatul qadar.  Dan sekedar malam itu juga malam al Quran  di turunkan  tidak ber arti,  bahwa  dalam malam tersebut terdapat lailatul qadar dan ini bila  tidak ada dalilnya maka sekedar pendapat belaka yang fungsinya sejak dulu sampai sekarang dan di mana saja adalah boleh di tolak 

Mau nanya hubungi kami:
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
                           Waru Sidoarjo. Jatim.

 





[1] w021.wordpress.com/
[2] Mushonnaf Ibnu Ani Syaibah  396 / 2
[3] Al mustadrak 84/10
[4]Al mustadrak 84/10

[5] Mu`jam thabrani 148/8
[6] Alanfal41
[7]  Al musgtadrak alas sahihaini 91/10
[8] Mausuah ruwatil hadis  4754
[9] Al mu`jam al kabir karya Thabrani 147/8
[10] Dalail;un nubuwah 132/3 .
[11] Al tamhid  206 / 2
[12] Bughyatul harits 115/1
Artikel Terkait

1 komentar:

  1. PENERAPAN AL QURAN DAN LAILATUL QADAR

    ‘…. Bagitiap-tiap masa (kerasulan) ada (diturunkan pedoman) Kitab (yang tertentu). Allah menghapuskan (ayat-ayat-Nya) apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (ayat-ayat baru apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Umulkitab (yang ada di Lauh mahfuzh). [QS. Ar-Rad, 13:38-39]

    Haa Mim. Demi Kitab (Al Quran) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Qur'an kepadamu (Hai Muhammad), karena (hanya kaum) kamu adalah kaum yang melampaui batas?. [QS. Az-Zukhruf, 43:1-5]

    Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (termuat di umulkitab yang tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. [QS.Al-Buruj, 85, 21-22]

    Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi (Muhammad) tentang apa yang telah ditetapkan Allah (amanah) padanya. (Sebagaimana Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai (suatu) SUNNAH ALLAH (sunnah-Nya) pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku (pada Muhammad dan para pengikutnya) [QS. At Taubah, 9:38]

    Peristiwa Lailatul Qadar itu hanya sekali turun yakni pada saat Nabi Muhammad SAW dianugerahi oleh Allah Ta'ala wahyu pertamanya dari Al Quran dan setelah itu tidak turun lagi. Selanjutnya jika kita, kaum Muslim yang kaffah dan istiqamah kemudian mampu memahami, menghayati dan yang penting sekali adalah menerapkan prinsip-prinsip ajaran Al Quran sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW maka kita akan memperoleh ampunan dan pahala seribu bulan dari Allah Ta'ala.

    Lalu apakah ada para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berani menyatakan bahwa dirinya telah pernah dianugerahi Lailatu Qadar??

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan