Perbedaan Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar
02/10/2007
02/10/2007
Di tukia oleh KH A Nuril Huda
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dawah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dawah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Nuzulul Qur’an adalah waktu turunya Al-Qur’an yang bertepatan dengan malam yang disebut Lailatul
Qadar. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada Lailatul Qadar. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Surat Al-Qadr ayat 1-5.
Namun begitu, Nuzulul Qu’an sering diperingati pada malam 17
Ramadhan, sementara umum diketahui bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada
sepertiga malam yang terakhir bulan Ramadhan. Mengapa bisa berbeda?
Allah SWT berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar.
(QS. Al-Qadr 1-5).
Para ulama berbeda pendapat tentang
dlamir “hu” atau kata ganti yang merujuk kepada
Al-Qur’an dalam ayat pertama. Apakah Al-Qur’an yang dimaksud dalam ayat itu adalah keseluruhannya,
artinya Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sekaligus dari Lauhil Mahfudz ke
Baitul Izzah (langit dunia) pada malam Lailatul Qadar, ataukah sebagiannya,
yaitu bahwa Allah SWT menurunkan pertama kali Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu
surat Al-‘Alaq Ayat 1-5 pada malam Lailatul
Qadar?
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas RA
menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan pada Lailatul
Qadar keseluruhnya; baru kemudian secara berangsur diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. (HR. Ath-Thabrani).
Sementara itu Nuzulul Qur’an sering diperingati pada tanggal
17 Ramadhan, dengan mengadakan pengajian atau tabligh akbar, dan bukan pada
malam Lailatul Qadar. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa
pada tanggal tersebut Rasulullah SAW pada umur 41 tahun mendapatkan wahyu
pertama kali. Yaitu surat
Al-‘alaq ayat 1-5 ketika beliau
berkonteplasi (berkhalwat) di gua Hira, Jabal Nur, kurang lebih 6 km dari
Mekkah.
Nuzulul Qur’an yang diperingati oleh umat Islam
dimaksudkan itu adalah sebagai peringatan turunnya ayat Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW yakni ayat 1-5 Surat Al-Alaq.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ.
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ
الْإِنسَانَ
مَا
لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Adapun Lailatul Qadar merujuk kepada malam diturunkannya
Al-Qur’an dari Lauhil Mahfudz ke Baitul
Izzah atau langit dunia. Dikisahkan bahwa pada malam itu langit menjadi bersih,
tidak nampak awan sedikitpun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak
panas.
KH A Nuril Huda
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dawah Nahdlatul Ulama (LDNU)
KH Arwani Faisal
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dawah Nahdlatul Ulama (LDNU)
KH Arwani Faisal
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU
Komentar:
Penulis beritahukan gambar jabal nur sbb :
yusuf suharto menulis:
1. menurut hadis riwayat Imam Ahmad, bahwa diturunkannya Alquran itu pada 24 Ramadhan. Disinilah kemudian dapat difahami bahwa meski Lailatul Qodr itu dipinta Rasul dicari pada sepuluh terakhir Ramadhan, tetapi tidak musti harus pada tanggal ganjil. Kita berpendapat,bahwa Nuzul atau Tanzil Quran dari Lauh Mahfudz ke bait Izza pada tgl ini ( 24 Ramadhan/Lailatul Qodr ) secara global.
2. Nuzul yang tgl17 Ramadhan, disamping usulan ulama' Indonesia antara lain H. Agus Salim ( bertepatan dan ditepatkan momentum kemerdekaan RI tgl 17 ) memang memiliki landasan kuat yakni tafsiran dari surah alAnfal ayat 41. Dimana Alquran diturunkan pada yawm Furqon ( hari pembeda antara yg benar dan yg batil, yakni pada perang badar ) itu bertepatan tgl17 Ramadhan. Bedanya,pada 17 Ramadhan ini, Quran yang diturunkan adalah dari Bait Izza ke Rasul secara bertahap dan merupakan tahapan pertama turun, yakni ayat Al 'Alaq di Gua Hira'.
1. menurut hadis riwayat Imam Ahmad, bahwa diturunkannya Alquran itu pada 24 Ramadhan. Disinilah kemudian dapat difahami bahwa meski Lailatul Qodr itu dipinta Rasul dicari pada sepuluh terakhir Ramadhan, tetapi tidak musti harus pada tanggal ganjil. Kita berpendapat,bahwa Nuzul atau Tanzil Quran dari Lauh Mahfudz ke bait Izza pada tgl ini ( 24 Ramadhan/Lailatul Qodr ) secara global.
2. Nuzul yang tgl17 Ramadhan, disamping usulan ulama' Indonesia antara lain H. Agus Salim ( bertepatan dan ditepatkan momentum kemerdekaan RI tgl 17 ) memang memiliki landasan kuat yakni tafsiran dari surah alAnfal ayat 41. Dimana Alquran diturunkan pada yawm Furqon ( hari pembeda antara yg benar dan yg batil, yakni pada perang badar ) itu bertepatan tgl17 Ramadhan. Bedanya,pada 17 Ramadhan ini, Quran yang diturunkan adalah dari Bait Izza ke Rasul secara bertahap dan merupakan tahapan pertama turun, yakni ayat Al 'Alaq di Gua Hira'.
Sunarko menulis:
Gimana kalau tulisan Arabnya tidak usah di tampilkan? karena munculnya terbalik
Gimana kalau tulisan Arabnya tidak usah di tampilkan? karena munculnya terbalik
Redaksi NU Online menulis:
Assalamualaikum
Pak Sunarko, tampilan tulisan Arab website insyaallah selalu benar (tidak terbalik). Hanya saja ketika dicopy ke program word di computer yang belum diinstal program arabic maka tulisan Arabnya akan terbalik. Demikian tanggapan dari redaksi. Maksud hati, selain sebagai situs berita, kami ingin menjadikan website ini sebagai sarana belajar bersama dan saling timbal balik antar sesama warga Nahdliyyin. Terimakasih. Wassalam.
Assalamualaikum
Pak Sunarko, tampilan tulisan Arab website insyaallah selalu benar (tidak terbalik). Hanya saja ketika dicopy ke program word di computer yang belum diinstal program arabic maka tulisan Arabnya akan terbalik. Demikian tanggapan dari redaksi. Maksud hati, selain sebagai situs berita, kami ingin menjadikan website ini sebagai sarana belajar bersama dan saling timbal balik antar sesama warga Nahdliyyin. Terimakasih. Wassalam.
ESTI SULIS menulis:
Subhanallah,mudah2an aja artikel ini bisa menjadi petunjuk bagiku yg sdg mencari cahaya hati. Amien.
Subhanallah,mudah2an aja artikel ini bisa menjadi petunjuk bagiku yg sdg mencari cahaya hati. Amien.
Rw021.wordpress.com/
Secara qath-i ; Memang tidak ada kepastian mengenai kapan datangnya
Lailatul Qadar, suatu malam yang dikisahkan dalam Al-Qur’an “lebih baik dari
seribu bulan”.
Ada Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, meyebutkan bahwa
Nabi pernah ditanya tentang Lailatul Qadar. Beliau menjawab: “Lailatul
Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.” (HR Abu Dawud).
Namun menurut hadits lainnya yang diriwayatkan
Aisyah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan: “Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal
gasal dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari).
Dan menurut pendapat yang lain, Lailatul
Qadal itu terjadi pada 17 Ramadhan, 21 Ramadhan, 24 Ramadhan, tanggal gasal
pada 10 akhir Ramadhan, Dan lain-lain.
Paling tidak ada tiga keutamaan yang
digambarkan peristiwa lailatul qodar[1]
Ada hadis sbb :
(21) حَدَّثَنَا
وَكِيْعٌ قَالَ ثَنَا إِسْرَائِيْلُ وَأَبُوْهُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ حُجَيْرٍ
التَّغَلُّبِي عَنِ اْلاَسْوَدِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ اِلْتَمِسُوا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ فَإِنَّهَا صَبِيْحَةُ بَدْرٍ يَوْمَ
اْلفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ.
……………………Dari Abdullah bin Mas`ud berkata : Carilah lailatul qadr
pada tanggal 17, sesungguhnya ia paginya perang Badar yaitu hari perpisahan
antara kebatilan dan kebenaran hari
pertemuan antara kelompok kafir dan muslim. [2]
Al Hakim juga meriwayatkannya
dan beliau menyatakan :
-
هَذَا
حَدِيْثٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَلَمْ يُخْرِجَاهُ »
Ini hadis menurut persaratan periwayatan Bukhari dan Muslim dan keduanya tidak meriwayatkannya. [3]
Komentarku ( Mahrus ali ): :
Sanadnya sbb :
Bercerita kepada kami Abu Ishak
dan Abul Husain lalu berkata : Bercerita kepada kami Abu awanah, dari Abu Ishak
dari Al aswad dari Abdullah …………[4]
Bila
maksud Al aswad dalam sanad tersebut adalah al aswad bin Yazid maka
benar, dia adalah perawi Bukhari dan Muslim. Namun
dalam kitab Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah 396 /
2 ternyata al aswad di sana di
cantumkan nama orang tuanya yaitu Ali . Dengan
demikian, sanad ini terputus dan
Ibnu Mas`ud tidak punya murid bernama
Al aswad bin Ali. Selain itu, ada lagi sanad yang terputus antara Muhammad
bin Qutaibah dan Abu Awanah. Di mana
Muhammad bin Qutaibah tidak pernah berguru kepada Abu Awanah. terus manakah yang di benarkan antara kedua
sanad tersebut. Dan keduanya juga cacat. Jadi ia lemah. Seandainya
orang bilang sahih, maka ia sekedar perkataan Ibnu Mas`ud dan Rasulullah tidak pernah menyatakan seperti itu.
-
تَعْلِيْقُ
الذَّهَبِي قِي التَّلْخِيْصِ : عَلَى شَرْطِ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٍ
Komentar Imam Dzahabi dalam
kitab at talkhis : Ia sesuai dengan
persaratan perawi Bukhari dan Muslim.
Komentarku ( Mahrus ali ): Tidak tepat, sebab Muhamad bin Qutaibah bukan perawi
Bukhari dan Muslim, silahkan cek sendiri, apakah ada perawi bernama Muhammad bin
Qutaibah dalam perawi Bukhari dan Muslim dalam kitab sahihnya. Selain itu juga ada sanad yang terputus. Sudah
cukup di buat peringatan bahwa
penyusun kutubut tis`ah tidak mencantumkan nya dalam kitab mereka.
Namun ada atsar sahih dari
Abdullah bin Mas`ud dengan sanad sbb :
8976 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بن عَلِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بن مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا أَبُو
عَوَانَةَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الأَسْوَدِ بن يَزِيدَ، عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ،
قَالَ:"الْتَمِسُوا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ لِسَبْعَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، صَبِيحَةَ يَوْمِ
بَدْرٍ: يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَفِي إِحْدَى
وَعِشْرِينَ وَفِي ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ، فَإِنَّهَا لا تَكُونُ إِلا فِي
وِتْرٍ".
8976.Bercerita kepada kami Muhammad bin Ali, Bercerita kepada kami Sa`id bin Mansur, Bercerita kepada kami Abu Awanah
dari Abu Ishak dari Al aswad bin
Yazid dari Ibnu Mas`ud ra berkata :
Carilah lailatul qadr pada tanggal 17 Ramadhan - yaitu
hari perang Badar = hari al furqan
- hari ketika dua golongan bertemu, dan
pada tgl 21, 23. Ia
selalu pada tanggal ganjil. HR Thabrani [5]
Komentarku ( Mahrus ali ): : Dari segi sanad sahih, dan dari segi
pendukungnya, saya tidak
menjumpai hadis yang di katakan oleh Nabi bahwa
lailatul qadr pada tanggal
17 Ramadhan. Ia sekedar pendapat
ibnu Mas`ud. Dan saya
butuh lafazh dari Nabi
secara husus yang menyatakan seperti itu, saya
tidak menjumpainya.
Ada orang bilang bahwa pendapat sahabat adalah tauqifi, artinya
dia tidak akan berbicara sesuatu yang tidak rasional kecuali telah
mendengar dari Nabi .
Komentarku ( Mahrus ali ): : Pernyataan seperti
itu menyimpulkan bahwa pendapat sahabat harus di terima, mesti benarnya, siapa yang menentangnya keliru dan akan sesat, lalu bagaimanakah bila sahabat Rasulullah sendiri menentangnya, siapakah diantara keduanya yang di benarkan
> Bila perkataan sahabat itu salah, siapakah yang bertanggung jawab ?. Sayyidina Umar bin Al Khatthab itu adalah
sahabat Rasulullah . Kadang beliau
mengeluarkan pendapat, kadang benar, suatu saat juga keliru. Umar pernah membatasi
maskawin wanita lalu di tentang oleh seorang wanita dan Umar mengakui
kesalahannya dan membenarkan wanita itu. Ada
hadis sbb :
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ صَالِحٍ ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ ، عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ
، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ : ( إِنْ
كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ اْلفُرْقَانِ
(1) ) « يَعْنيِ بِالْفُرْقَانِ : يَوْمَ بَدْرٍ ، يَوْمٌ فَرَّقَ اللهُ بَيْنَ الْحَقِّ
وَاْلبَاطِلِ » « هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحُ اْلإِسْنَادِ ، وَلَمْ يُخْرِجَاهُ »
Dari Abdullah bin Shaleh
dari Muawiyah bin Shaleh dari Ali bin Abu Thalhah dari Ibnu Abbas ra
tentang firman Allah azza wajal :
إِنْ كُنْتُمْ
ءَامَنْتُمْ بِاللهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ
jika kamu beriman kepada
Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqaan,.[6]
Al furqan adalah hari perang Badar, dimana
Allah telah membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Imam Al Hakim
menyatakan hadis tsb sanadnya sahih, tapi
Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. [7]
Komentarku ( Mahrus ali ):
: Atsar tersebut memiliki beberapa kelemahan
karena perawi – perawi sbb
Ali bin Abu Thalhah menurut
Ibnu Hajar, beliau adalah perawi yang selalu berkata benar
tapi sering keliru, kata Ibnu Hajar.
Imam Dzahabi menyatakan :
Banyak riwayat yang mungkar dari
padanya.
Abu Hatim dari Duhaim menyatakan : Dia tidak mendengar tafsir sama sekali dari Ibnu Abbas.
Ya`qub berkata : Dia perawi lemah, madzhabnya
tidak baik
Imam Bukhari mengutip
riwayat Muawiyah dari Ali bin Abu Thalhah
dari Ibnu Abbas beberapa
riwayat yang beliau cantumkan dalam kitab tarajum, tapi tidak menyatakan langsung dari Ibnu Abbas [8] Imam Nasai menyatakan dia adalah perawi yang
lemah.
Ada hadis lagi sbb :
-
عَنِ
ابْنِ مَسْعُوْدٍ فِي قَوْلِهِ: {يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ اْلتَقَى الْجَمْعَانِ}
قَالَ: كَانَتْ بَدْرٌ لِسَبْعَ عَشَرَةَ مَضَتْ مِنْ رَمَضَانَ.
-
رَوَاهُ
الطَّبْرَانِي. وَإِبْرَاهِيْمُ لَمْ يُدْرِكْ ابْنَ مَسْعُوْدٍ.
Dari Ibnu Mas`ud tentang
firmanNya
يَوْمَ
الْفُرْقَانِ يَوْمَ اْلتَقَى الْجَمْعَانِ
Hari furqan – yaitu hari ketika dua kelompok bertemu.
Ibnu Masud menyatakan : Hari itu adalah perang Badar tanggal
17 Ramadhan. [9]
Hr Thabrani dan beliau sendiri menyatakan hadis lemah karena sanadnya
terdapat perawi Ibrahim yang tidak berjumpa dengan Ibnu Mas`ud.
Sanadnya
dari Ibrahim dari Kibnu Mas`ud …………….sbb;
- حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بن عَلِيٍّ الصَّائِغُ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بن مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا
سُوَيْدُ بن عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ،
Komentarku ( Mahrus ali ): : Maksudnya ada sanad yang
terputus ya`ni ada perawi yang tidak di
sebutkan antara Ibrahim dan Ibnu Mas`ud.
Boleh jadi perawi itu terkenal
dusta hingga tidak di cantumkan agar
orang – orang menyatakan kisah
itu sahih.
-
وَرُوِيَ
عَنْ زَيْدٍ بْنِ أَرْقَمَ ، أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ ، فَقَالَ :
لَيْلَةُ تِسْعَ عَشْرَةَ - مَا يَشُكُّ - وَقَالَ يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقضى
الْجَمْعَانِ
Di riwayatkan dari Zaid bin Arqam, bahwa
beliau di tanya tentang lailatul qadr, lalu berkata : Ia malam sembilan belas ………..
tidak di ragukan lagi. Lalu berkata : Itulah hari al furqan pada hari dua kelompok bertemu ( kaum Qurasy dan
kaum muslimin )
Al Baihaqi memberikan komentar : Itu tidak populer, sebab menurut pendapat yang populer adalah
pada tanggal tujuh belas Ramadhan menurut ahli kisah
peperangan. [10]
Komentarku ( Mahrus ali ): : Ulama
ahli hadis kurang sreg kepada
kisah – kisah yang di sampaikan oleh
ahli maghozi – ulama ahli kisah
tentang peperangan.
Ia juga di cantumkan dalam kitab Ittihaful khiyarah al
maharah 38/3 namun di katakan sanadnya lemah. mauquf – bukan hadis
Rasulullah , karena perawi bernama Huth. nomer 274
وَرَوَى
جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ كاَنَ يَتَحَرَّى
لَيْلَةَ اْلقَدْرِ لَيْلَةَ تِسْعَ عَشْرَةَ وَإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ وَثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ
Ja`far bin Muhammad
meriwayatkan dari ayahnya ( Muhammad ) bahwa Ali bin Abu Thalib selalu mencari lailatul
qadr di malam 19, 21 dan
23 Ramadhan.
Komentarku ( Mahrus ali ):
: Ayah Ja`far belum tentu
berjumpa dengan Ali bin Abu Thalib karena
dia adalah cicitnya dan belum ada
data yang mengatakan seperti itu. Dan
paling penting adalah kutubut tis`ah tidak mencantumkan kisah itu, dan
jarang sekali kitab hadis atau syarahnya yang mencantumkannya. Jadi
kisah itu belum tentu benar. [11]
Nasab Ja`far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib.
Syaikh Ali bin Abu bakar al haitsami berkata :
بَابٌ فِي
لَيْلَةِ اْلقَدْرِ (329) حَدَّثَنَا كَثِيْرٌ بْنُ هِشَامٍ ثَنَا جَعْفَرُ بْنُ بَرْقَانَ
قَالَ سَمِعْتُ رَجُلاً مِنْ قُرَيْشٍ يَقُوْلُ كَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ الزُّبَيْرِ
يَقُوْلُ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي لَقِيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي يَوْمِهَا أَهْلَ بَدْرٍ قَالَ يقُوْلُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ * (وَمَا أَنْزَلْنَا
عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ اْلفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانُ) * قَالَ جَعْفَرُ
بَلَغَنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سِتَّ عَشْرَةَ أَوْ سَبْعَ عَشْرَةَ
Bab lailatuil qadr 329. Bercerita kepada kami Katsir bin Hisyam lalu
berkata : Bercerita kepada kami Ja`far bin Barqan berkata : Aku mendengar
seorang lelaki Quraisy berkata :
Abdullah bin Zubair berkata : Malam pertemuan Rasulullah dengan kaum Qurasiy pada perang Badar
adalah firman Allah azza wajal :
وَمَا أَنْزَلْنَا
عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ اْلفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانُ
………… dan apa yang kami
turunkan kepada hamba kami pada hari al furqan yaitu hari dua golongan bertemu
( ya`ni golongan kafir dan muslim ) [12]
Perawi bernama Ja`far bin Barqan tidak berjumpa dengan Abdullah bin Zubair tapi melalui seorang
lelaki Quriasy yang belum jelas identitasnya dan ini termasuk cacat dalam
sanad hadis sehingga kisah itu tidak akurat. Jadi jarak antara Abdullah bin Zubair dan
Ja`far bin Barqan itu sangat jauh, mestinya
dari Azzuhri kepada Ja`far bin Barqan itu ………………. Jadi dia
itu murid Zuhri atau orang yang semasa dengannya .
Syaikh Ahmad bin Abu bakar bin Ismail Al Bushairi mencantumkan
pendapat Abdullah bin Zubair dalam kitab
karyanya Ittihaful khiyarah 38/3 dan
menyatakan mauquf ( lemah ) karena perawi
yang tidak di sebut namanya.
Ternyata setelah kita kaji, kita
tidak menjumpai hadis sahih tanpa cacat
yang menyatakan bahwa malam 17
Ramadhan adalah malam lailatul qadar. Dan sekedar malam itu juga malam al Quran di turunkan
tidak ber arti, bahwa dalam malam tersebut terdapat lailatul qadar
dan ini bila tidak ada dalilnya maka
sekedar pendapat belaka yang fungsinya sejak dulu sampai sekarang dan di mana
saja adalah boleh di tolak
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo.
Jatim.
[1] w021.wordpress.com/
[2] Mushonnaf Ibnu Ani Syaibah
396 / 2
[3] Al mustadrak 84/10
[4]Al mustadrak 84/10
[5] Mu`jam thabrani 148/8
[6] Alanfal41
[7] Al musgtadrak alas sahihaini
91/10
[8] Mausuah ruwatil hadis 4754
[9] Al mu`jam al kabir karya Thabrani 147/8
[10] Dalail;un nubuwah 132/3 .
[11] Al tamhid 206 / 2
[12] Bughyatul harits 115/1
Artikel Terkait
PENERAPAN AL QURAN DAN LAILATUL QADAR
BalasHapus‘…. Bagitiap-tiap masa (kerasulan) ada (diturunkan pedoman) Kitab (yang tertentu). Allah menghapuskan (ayat-ayat-Nya) apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (ayat-ayat baru apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Umulkitab (yang ada di Lauh mahfuzh). [QS. Ar-Rad, 13:38-39]
Haa Mim. Demi Kitab (Al Quran) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Qur'an kepadamu (Hai Muhammad), karena (hanya kaum) kamu adalah kaum yang melampaui batas?. [QS. Az-Zukhruf, 43:1-5]
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (termuat di umulkitab yang tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. [QS.Al-Buruj, 85, 21-22]
Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi (Muhammad) tentang apa yang telah ditetapkan Allah (amanah) padanya. (Sebagaimana Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai (suatu) SUNNAH ALLAH (sunnah-Nya) pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku (pada Muhammad dan para pengikutnya) [QS. At Taubah, 9:38]
Peristiwa Lailatul Qadar itu hanya sekali turun yakni pada saat Nabi Muhammad SAW dianugerahi oleh Allah Ta'ala wahyu pertamanya dari Al Quran dan setelah itu tidak turun lagi. Selanjutnya jika kita, kaum Muslim yang kaffah dan istiqamah kemudian mampu memahami, menghayati dan yang penting sekali adalah menerapkan prinsip-prinsip ajaran Al Quran sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW maka kita akan memperoleh ampunan dan pahala seribu bulan dari Allah Ta'ala.
Lalu apakah ada para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berani menyatakan bahwa dirinya telah pernah dianugerahi Lailatu Qadar??