Roy Anwar menulis :
Memang bisa saja sih kita ambil
"air" langsung dari "sumur". Yaitu yg " air" yg
dalalahnya qath'iy atau perkara yg termasuk al-ma'luum bidhdharuurah. Misalkan
haramnya berzina, mencuri. Wajibnya shalat. Namun tetap saja pada rinciannya
kita tidak bisa mengerti tanpa bantuan ulama
Wal hasil bisa-bisa air yg kita ciduk dari sumur tsb bisa mengandung kotoran atau racun.
Wal hasil bisa-bisa air yg kita ciduk dari sumur tsb bisa mengandung kotoran atau racun.
Lihat di :
Komentarku ( Mahrus ali ):
Juga bisa jadi apa yang kita
ambil dari pendapat ulama penuh dengan penyesatan bukan kebenaran, berbau golongan dan tidak obyektif. Boleh jadi ulama`nya ulama su` bukan ulama yang rabbani. Boleh jadi
ulama nya pro taghut bukan ulama yang
menghindarinya. Ulama yang sujud pada taghut untuk nantang Allah atau ulama yang menomersatukan uang bukan
rida Allah. Mereka suka dengan keridaan taghut dan pengikut – pengikutnya.
Perhatikan saja, pengikut kristen sesat karena pendeta dan uskupnya.
Ahli bid`ah sesat karena taklid buta
pada ulama.
Syi`ah juga syirik, karena ulama – ulama dan marji`iyahnya.
Salafy sesat karena ikut pada
pendapat ulama kibar sekalipun
bertentangan dengan dalil. Mereka taklid buta padanya, tidak obyektif.
Saya hawatir mereka termasuk ayat
ini:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ
وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ
لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا
يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih
putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa,
tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang
mereka persekutukan.” (at-Taubah:31)Ketika ‘Adi bin Hatim mendengar ayat ini, beliau berkata, “Wahai Rasulullah, kami tidak beribadah kepada mereka.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada beliau, “Bukankah mereka telah menghalalkan apa yang telah Allah Subhanahu wata’ala haramkan kemudian kalian mengikuti mereka? Mereka juga mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wata’ala kemudian kalian pun ikut mengharamkannya?” Adi berkata, “Benar demikian.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Itulah bentuk peribadahan kalian kepada mereka.” (HR. at-Tirmidzi dan dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani)
Asy-Syaikh Abdurranman bin Hasan
berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa taat kepada ahbar dan ruhban dalam
berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wata’ala adalah bentuk peribadahan
kepada mereka kepada selain Allah Subhanahu wata’ala dan ini merupakan
syirik besar yang tidak akan Allah Subhanahu wata’ala ampuni
Ikutilah dalil, jangan tinggalkan
dalil untuk ikut pendapat ulama atau juhala.
Imam Syafii yang menyatakan :
إذَا
صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ
مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي .
Bila ada hadis sahih , maka lemparkan perkataanku
ke tembok . Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan , maka itulah
perkataan ku
لاَ
تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا .
Dalam masalah agama,jangan ikut orang , sebab
mereka mungkin juga salah .Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan