Siapa yang tidak mengenal dokter Piprim Yanuarso, seorang pegiat imunisasi yang sangat masyhur di dunia nyata maupun maya? Namun, siapa sangka, dokter Piprim punya pengalaman unik dengan seorang penganut Syiah Indonesia.
Setelah mengisahkan tentang tawaran nikah mut’ah (Baca:Kisah Relawan Medis Indonesia Ditawari Nikah Mut’ah di Iran) ia kembali mengisahkan kejadian saat diajak menghadiri peringatan kematian Imam Syiah:
Tahun 2003 ketika saya jadi anggota tim bantuan medis RI untuk
korban gempa bumi di kota Bam Iran ada kisah lucu dengan orang Syi’ah.
Saya dan beberapa kawan diajak oleh mahasiswa Indonesia yang kuliah di Iran untuk ikut acara peringatan kematian salah seorang imam Syi’ah. Perlu diketahui bahwa imam Syi’ah ada 12 orang dan selalu diperingati hari kelahiran dan hari kematiannya. Jadi dalam setahun akan ada 24 kali peringatan untuk kelahiran dan kematian imam-imam tsb. Dalam ajaran Syi’ah kesemua imam itu maksum alias bebas dosa. Padahal dalam Islam yang maksum itu hanya baginda Nabi Muhammad saw seorang.
Lalu tibalah saya dalam masjid dan mengikuti acara peringatan kematian itu. Tampak sang Mullah membaca doa-doa lalu memukul-mukul dada sambil menangis tersedu-sedu. Semua jamaah ikut menangis dan terharu karena memang itu peringatan kematian.
Saya pun ikut menangis tersedu-sedu saat itu. Hal ini diperhatikan oleh mahasiswa Indonesia yang Syi’ah itu. Mungkin dia pikir saya kena nih dan bersimpati dengan ajaran Syi’ah.
Padahal saya menangis tersedu-sedu saat itu karena saya amat bersyukur sudah diperkenalkan dengan ajaran Islam yang saya yakini kebenarannya. Misalnya tentang satu-satunya orang yang maksum alias terjaga dari kesalahan hanyalah Nabi Muhammad saw saja bukan banyak orang yang maksum seperti ajaran Syi’ah ini. Bayangkan bagaimana kalo 12 orang ini beda pendapat padahal semua katanya maksum, lalu pendapat mana yang harus diikuti? Belum lagi ajaran mut’ah yang sangat dianjurkan dalam ajaran Syi’ah sedangkan itu diharamkan oleh Islam…Lalu kewajiban mencaci maki sahabat besar seperti Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, ibunda Siti Aisyah ra, dll
Maka waktu itu saya menangis tersedu-sedu karena rasa syukur saya sudah mengenal kebenaran Islam lebih dahulu dan meyakininya dengan kuat. Andai saya tak belajar dan paham Islam dengan baik niscaya bisa mudah saya terpengaruh ajaran mereka ini, na’udzubillahi min dzalik…
Pada saat itu giliran Syi’ah yang tertipu dengan tangisan saya….Padahal biasanya kan mereka yang menipu kita dengan ajaran taqiyah yang terkenal itu…
Maafkan aku ya Syi’ah
Air mataku telah menipumu
Saya dan beberapa kawan diajak oleh mahasiswa Indonesia yang kuliah di Iran untuk ikut acara peringatan kematian salah seorang imam Syi’ah. Perlu diketahui bahwa imam Syi’ah ada 12 orang dan selalu diperingati hari kelahiran dan hari kematiannya. Jadi dalam setahun akan ada 24 kali peringatan untuk kelahiran dan kematian imam-imam tsb. Dalam ajaran Syi’ah kesemua imam itu maksum alias bebas dosa. Padahal dalam Islam yang maksum itu hanya baginda Nabi Muhammad saw seorang.
Lalu tibalah saya dalam masjid dan mengikuti acara peringatan kematian itu. Tampak sang Mullah membaca doa-doa lalu memukul-mukul dada sambil menangis tersedu-sedu. Semua jamaah ikut menangis dan terharu karena memang itu peringatan kematian.
Saya pun ikut menangis tersedu-sedu saat itu. Hal ini diperhatikan oleh mahasiswa Indonesia yang Syi’ah itu. Mungkin dia pikir saya kena nih dan bersimpati dengan ajaran Syi’ah.
Padahal saya menangis tersedu-sedu saat itu karena saya amat bersyukur sudah diperkenalkan dengan ajaran Islam yang saya yakini kebenarannya. Misalnya tentang satu-satunya orang yang maksum alias terjaga dari kesalahan hanyalah Nabi Muhammad saw saja bukan banyak orang yang maksum seperti ajaran Syi’ah ini. Bayangkan bagaimana kalo 12 orang ini beda pendapat padahal semua katanya maksum, lalu pendapat mana yang harus diikuti? Belum lagi ajaran mut’ah yang sangat dianjurkan dalam ajaran Syi’ah sedangkan itu diharamkan oleh Islam…Lalu kewajiban mencaci maki sahabat besar seperti Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, ibunda Siti Aisyah ra, dll
Maka waktu itu saya menangis tersedu-sedu karena rasa syukur saya sudah mengenal kebenaran Islam lebih dahulu dan meyakininya dengan kuat. Andai saya tak belajar dan paham Islam dengan baik niscaya bisa mudah saya terpengaruh ajaran mereka ini, na’udzubillahi min dzalik…
Pada saat itu giliran Syi’ah yang tertipu dengan tangisan saya….Padahal biasanya kan mereka yang menipu kita dengan ajaran taqiyah yang terkenal itu…
Maafkan aku ya Syi’ah
Air mataku telah menipumu
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan