Jumat, September 30, 2011

Mencari 'Tuhan' tidak ketemu dlm kristen

 

Kisah Ibu dan Anak yang Sama-sama Mencari 'Tuhan' dan Menemukannya dalam Islam

Kamis, 29 September 2011 08:07 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN - Biasanya di Barat, adalah anak dan bukan orang tuanya yang menjadi mualaf. Tidak demikian dengan Aisha dan Phildel, anaknya. Aisha, keturunan Irlandia, suatu hari memutuskan bahwa dia harus memeluk Islam apapun resikonya. termasuk, kemungkinan akan membuat Phildel, putri semata wayangnya, kecewa.

Di sisi lain, Phildel merasakan hal yang sama. Pencariannya tentang Tuhan, berujung pada Islam. Berikut kisah keduanya:


Aisha: Aku dilahirkan dalam sebuah keluarga Katolik Roma di Dublin pada tahun 1960-an. Sementara Dublin tampak seolah 'terjebak' di abad ke-19, tepat di seberang Laut Irlandia budaya hippie tumbuh subur di London. Sebagai seorang anak, saya bertanya banyak pertanyaan selama pendidikan di sekolah biara. Diskusi agama selain Katolik Roma atau "kejahatan Protestantisme" benar-benar tidak ada.

Pada usia 16 tahun aku meninggalkan Dublin dan datang ke London. Aku larut dalam kebiasaan anak muda  yang 'normal' di kota itu: melakukan kunjungan rutin ke pub dan klub. Tapi aku melihat teman-temanku selalu depresi.

usia 20-an tahun, aku memutuskan menikah dan melahirkan putri pertamayang jelita, Phildel. Aku sangat senang tetapi sering merasa seperti sebuah pasak persegi di lubang bundar; seolah-olah aku masih belum menemukan tempat yang tepat bagiku.

Suatu hari aku berbicara dengan seorang wanita mengenakan jilbab. Dia bilang dirinya Muslim dan itu adalah pertama kalinya aku pernah mendengar kata itu. Pada perkembangan berikutnya, di tempat kerja, saya mengenal beberapa Muslim dan mereka mulai bercerita lebih banyak tentang Islam.

Suatu malam aku menemukan diriku berjalan di jalanan dengan Phildel di bawah hujan dan tak tahu harus kemana, setelah bertengkar hebat dengan suamiku dan kami diusir. Aku ingat mengangkat mataku ke langit dan memohon pada Tuhan untuk membantuku entah bagaimana atau memberiku suatu pertanda kalau Dia ada. Entah bagaimana caranya, kami sampai di sebuah rumah yang ternayata milik perempuan berjilbab yang pertama kali aku mengenal Islam darinya!

Setelah menemukan rumah sendiri, aku mulai belajar Islam. Lama aku mempelajarinya, sebelum akhirnya yakin, Islamlah agama yang pas buatku. Phildel membuatku maju-mundur untuk bersyahadat, namun akhirnya aku kuatkan hati dan menjadi Muslim. Aku kini sudah menikah lagi dengan pria Muslim dan memiliki seorang anak dengannya, Amina namanya.

Phildel, yang aku besarkan sebagai seorang Katolik Roma sampai perceraianku, tanpa aku sadari sangat antusias tentang Islam dan mengatakan syahadat sendiri. Dia kemudian memilih nama Zara. Phildel kini memilih tinggal dengan ayahnya.


Phildel: ibuku dan aku sangat dekat, tidak ada seorang pun di dunia ini yang aku cintai selain dia. Pada tahun-tahun menjelang perceraian orang tuaku, kami menghabiskan lebih banyak waktu di sekitar keluarga Muslim.

Setelah perceraian kehidupan kami menjadi semakin sulit; pernikahan orang tuaku mencapai titik yang paling bergolak dan aku lebih dari lega ketika seluruh cobaan berat itu berakhir. Aku menandai perubahan yang positif dalam diri ibu dan ayah saya segera setelah mereka berpisah. Saya pikir sekitar waktu ini ibu saya mengalami pengalaman yang membangkitkan semangat luar biasa di rumah seorang teman dan kemudian menjadi seorang Muslim.

Aku? Meskipun aku tidak pernah dipaksa untuk menjadi seorang Muslim, saya menyadari langkahku menjadi Muslim adalah hasil pengaruh lingkungan. Aku tumbuh di sekitar keluarga Muslim, maka secara tak langsung pikiranku ternpgaruh. Itulah sebabnya, setelah bersyahadat, aku sempat kembali ke agama lama; hanya untuk meyakinkanku agama apa sebetulnya yang dipilih hatiku.

Kini aku tinggal terpisah dari ibu - aku tinggal bersama ayah kandungku - yang berpikir Islam adalah agama yang indah. Aku senang membantu di masjid dan berbicara dengan saudara-saudara Muslimku. Kurasa aku hanya ingin mengalami sesuatu yang membuatku tahu ini adalah arah yang perlu aku ambil, arah yang benar, yaitu menjadi Muslim.

Jadi sampai sekarang aku masih belajar.
Redaktur: Siwi Tri Puji B
Sumber: Emel

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Begitulah hidayah Allah  datang kepada seseorang tanpa di kehendaki dan tidak di rancang sebelumnya . Allah menyatakan :
اللَّهُ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 
Bacalah lagi disini : 
24 Sep 2011
20 Sep 2011
01 Jul 2011

01 Jul 2011

Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Assalamualaikum,wr wb
    Pak Mahrus, banyak penggemar blog ini tidak begitu paham bahasa Arab, tolong dong, kutipan2 yang berbahasa Arab di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Trims
    Wassalaaualaikum wr, wb.

    BalasHapus
  2. Setahu saya , semuanya sudah di terjemahkan , apa maksud anda ?

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan