JAKARTA (voa-islam.com) Indonesia sejak zamannya Soekarno,
Soeharto, BJ.Habibi, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan SBY, rakyatnya tak pernah
menikmati kehidupan yang layak, dan mendapatkan keadilan.
Indonesia ibaratnya ‘makanan’ yang dimakan dengan rakus oleh
para drakula ‘Asing dan A Seng’, dan tak bersisa. Rakyat hanya hidup dengan
segala penderitaannya.
Setiap ganti pemimpin baru, selalu penuh dengan janji-janji belaka. Tak
ada yang serius membela kepentingan rakyat. Tetapi, semua hanya menjadi pembela
dan pelindung ‘Asing dan A Seng’.
Tanah dan air dijual dan digandaikan kepada ‘Asing dan A Seng’,
sementara rakyat dibiarkan hidup menjadi ‘gembel dan kere’. Termasuk partai
yang selalu mengaku sebagai partainya ‘wong cilik’, tak juga bisa
berpihak kepada ‘wong cilik’, tetapi lebih berpihak kepada ‘Asing dan A Seng’,
selama berkuasa
Setiap pemilihan umum berlangsung, memilih anggota legislatif atau
presiden, semua bakal calon legislatif atau presiden, mereka dengan ‘kooor’
terus menyanyikan dan lagu-lagu kerakyatan. Mereka semua ingin menjadi pembela
dan pelindung rakyat. Mereka para calon legislatif dan presiden, berlomba-lomba
ingin berdiri di barisan paling depan, sebagai pembela rakyat kecil.
Dapatkah nasib rakyat dan bangsa Indonesia dititipkan kepada para calon
legislatif atau calon presiden? Dapatkah nasib 250 juta rakyat Indonesia bisa
dititipkan kepada Jokowi, Aburizal Bakrie, Wiranto, Hary Tanoe, Prabowo dan
lainnya?
Sepanjang sejarah Republik ini, sejak merdeka, tahun l945, tidak ada
pemimpin yang jujur dan sungguh-sungguh menjadi pembela dan pelindung
rakyatnya.
Justru yang ada tipe pemimpin yang mengabdi kepada kepentingan ‘Asing
dan A Seng’. Mereka telah menjajah dan menguasai sumber daya alam, dan asset
Indonesia. Sementara itu, rakyat dan bangsa Indonesia hanya bisa menggigit jari
mereka.
Dibagian lain, Ketua Dewan Pembina Gerindra, Prabowo Subianto hadir di
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Jakarta dalam rangka memenuhi undangan Sarasehan
Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan, Rabu (2/4/ 2014) malam.
Hadir dalam acara itu mantan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, Pimpinan
Ponpes Miftahul Ulum KH Muhiddin, KH Abdullah Rasyid, dan tokoh Nahdlatul Ulama
(NU), yang juga merupakan Menteri Perumahan Rakyat KH Djan Faridz, dan sejumlah
tokoh-tokoh NU lainnya.
Dalam pidatonya di hadapan ratusan ulama itu, Prabowo mengimbau
dan mengajak para ulama dan pimpinan pondok pesantren ikut bersama-sama
mengubah bangsa. Terutama dalam momentum pemilihan umum yang akan berlangsung
sebentar lagi.
"Sebentar lagi kita melaksanakan suatu hajat besar suatu
pemilihan, di mana suatu rakyat Indonesia akan menentukan wakil-wakilnya di
DPR, dan di pemerintahan. Dan ini adalah momentum untuk merubah arah
kedepan," kata Prabowo di hadapan para ulama dan pimpinan Pondok Pesantren
di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Jakarta.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu menuturkan, Islam pernah
gemilang dengan kekuatan ekonominya. Namun saat ini, Indonesia yang merupakan
negara dengan mayoritas mayarakat beragama Islam, tetapi kondisi bangsanya saat
ini sangat miskin.
"Kalo masyarakat lemah dan miskin, maka tidak ada ekonomi yang
gemilang. Karena bangsa-bangsa tumbuh dalam keadaan bersaing untuk bertahan
hidup, bersaing merebut tanah dan air serta sumberdaya alam," tuturnya.
Karena itu, Prabowo Subianto, kembali meminta kepada para ulama dan
tokoh-tokoh pesantren untuk tidak tinggal diam melihat kondisi bangsa Indonesia
yang terus dihantui oleh kemiskinan. Padahal, kata Prabowo, Tuhan memberikan
kekayaan alam kepada rakyat Indonesia yang begitu melimpah, tetapi tidak bisa
dijaga dan dikelola dengan baik oleh para pemimpin-pemimpinnya.
"Ini tidak bisa kita diamkan. Kita itu diberikan karunia kekayaan
oleh tuhan tetapi kita tidak bisa menjaga dan mengelolanya. Sehingga akhirnya
setiap tahun kita terus berutang. Artinya kita selalu berutang diatas kekayaan
kita, ibarat anak ayam mati di lumbung padi," ucapnya.
Lebih jauh Prabowo mengatakan, dirinya juga mengakui bahwa ia sangat dekat
dengan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Karena, ketika dirinya menjadi tentara
dan ditugaskan ke daerah operasi perang, maka orang yang pertama ditemuinya
adalah kiai-kiai NU.
"Saya ini dekat dengan NU, karena saya bekas tentara, dan tentara
dekat dengan para kiai. Karena kalau kita dikirim ke daerah konflik, maka yang
pertama kita temui adalah kiyai," ujarnya.
"Kita meminta doa dan amalan-amalan dari para kiyai untuk
menghadapi maut dalam bertugas. Jadi ketika kita berangkat maka kita siap mati.
Karena itu TNI selalu dekat dengan NU," ujarnya.
Bersamaan dengan acara ‘Sarasehan’ itu, Solidaritas Rakyat Peduli
Indonesia (Sorpindo) menghendaki Pemilu 2014 menghasilkan pemimpin Indonesia
haruslah tokoh yang berani tegas dan memiliki jiwa revolusioner.
Menurut Sorpindo, itu penting untuk mendorong konsep ekonomi kerakyatan
agar Indonesia bisa bersaing dalam kancah global. Ketua Umum Sorpindo, Adi
Sempani mengatakan pihaknya sebenarnya telah merumuskan konsep ekonomi
tersebut. Menurut dia, sikap dan kebijakan yang dirumuskan Sorprindo
cocok dengan program yang diusung Partai Gerindra.
"Dengan konsep stop impor dari Prabowo, sebagai gambaran sikap
kami untuk memilih pemimpin yang mampu dan benar-benar menjalankan visi
revolusioner dalam menciptakan perekonomian yang maju agar Indonesia untuk siap
bersaing di dunia internasional," kata Adi, di Jakarta, Rabu, (2/4/2014).
Pendapat itu diamini Dosen IPB Rahmat Pambudi. Menurut Rahmat, hal
terpenting dalam ketahanan pangan adalah peningkatan produksi dan produktifitas
pangan. Maka dibutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk mengawal produktifitas
pangan.
Benarkah akan lahir pemimpin baru, dan tokoh baru yang berdiri
tegak membela kepentingan rakyat dan membebaskan bangsa Indonesia, yang sudah
dijajah oleh ‘Asing dan A Seng’ sekarang ini.
Benarkah Prabowo berani menghadapi kekuatan global yang sekarang ini
sudah mencengkeram dan menjajah Indonesia? Inilah pertanyaan yang harus dijawab
Prabowo.
Ditengah gemuruhnya suara Prabowo itu, Amerika, Inggris, Australia,
Selandia Baru, dan Singapura, tidak mendukung Prabowo. Dapatkah Prabowo tanpa
dukungan dan jaminan para 'penjajah' iu, bisa memenangkan pemilihan presiden
nanti? Wallahu’alam.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan