- Jika pertemuan (Jokowi-Mega dengan pihak-pihak asing) di rumah Jacob adalah bagian dari transaksi kepentingan, maka sosok Jacob yang anggota Trilateral jelas merupakan kepanjangan tangan para trilateralis (Amerika, Eropa, Jepang) di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan hadirnya Dubes AS dan Inggris di pertemuan Senin malam (14/4 2014) tersebut.
JAKARTA
(voa-islam.com) Tidak banyak informasi soal penguasaha Jacob Soetoyo. Namun
berdasarkan penelusuran detikcom dari beberapa sumber, Selasa (15/4/2014),
Jacob diketahui sebagai salah satu pengusaha sukses di Indonesia. Dia
merupakan presiden direktur, presiden komisaris, dan komisaris sejumlah
perusahaan di bawah bendera Gesit Group.
Salah
satunya menjadi presdir PT Gesit Sarana Perkasa, salah satu perusahaan yang
terlibat dalam pembangunan hotel elite JS Luwansa di Kuningan, Jakarta Selatan.
Jacob
memulai karir bisnisnya sejak tahun 1980. Dia bergabung ke PT Alakasa
Industrindo tbk sebagai komisaris dan ditunjuk sebagai Wakil Presiden Komisaris
PT Alakasa Industrindo tbk pada tahun 2010. Alakasa adalah perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur seperti produksi alumunium. Perusahaan tersebut
berada di Jakarta
dan didirikan sejak tahun 1972.
Dia
meraih gelar S1-nya di bidang perdagangan dari Concordia University,
Montreal Kanada pada tahun 1978. Lalu mengambil gelar S2-nya di bidang
administrasi dari McGill
University, kanada.
Tidak
hanya bergerak di bisnis, Jacob juga pernah tercatat dalam barisan dewan pengawas
Center of Strategic and International Studies (CSIS)
pada tahun 2005. CSIS adalah lembaga pengkajian kebijakan sosial,
politik, dan ekonomi Indonesia.
Dia juga pendiri Yayasan Kebun Raya Indonesia.
Sebagai
orang CSIS, Jacob jelas dekat dengan Sofyan Wanandi? Siapa itu Sofyan Wanandi ?
Dialah yang di era reformasi 98-99 dulu mengancam : “Jika Habiebie jadi Presiden Indonesia, dollar akan naik 15
ribu!”
Saya
yang waktu 98-99 sedang tingkat akhir (mau lulus kuliah), ingat betul
pernyataan Sofyan Wanandi itu karena dimuat di media dan televisi. Benar saja,
dollar saat itu naik dan mencapai 15 ribu!. Saya yang butuh peralatan untuk
tugas akhir harus menerima kenyataan bahan-bahan tugas akhir harganya naik
(rapidho, kertas kalkir, penggaris staedler dll).
Jacob
tumbuh di lingkungan pengusaha sukses. Seperti Jacob, keluarganya juga banyak
yang bergerak di bidang bisnis dan yayasan sosial, seperti Jahja Soetoyo,
Meiriana Soetoyo dan Meiriani Soetoyo. Mereka tergabung dalam JS Brothers Fund
Foundation.
Satu
hal yang PENTING : Jacob adalah anggota Trilateral Commission
Wilayah Asia-Pasifik dari Gesit Company. Silahkan download file dibawah ini
:
1. trilateral.org/download/file/PA_list_7-13.pdf
Beberapa
nama seperti penasihat Gedung Putih Zbigniew Brzezinsky, Gubernur Bank of
Israel Stanley Fischer, intelektual pro-aneksasi Irak Francis Fukuyama, Samuel
P. Huntington, David Rockefeller, Henry Kissinger, mantan Presiden Bank Dunia
dan mantan Menhan AS Robert McNamara termasuk dari sekian banyak anggotanya.
Lalu
apa itu Trilateral Commission? Tulisan sederhana ini akan mengulasnya secara
singkat.
Profil Trilateral Commisssion (TC)
Komisi
Trilateral (TC) adalah organisasi non-pemerintah yang dibentuk di tengah-tengah
krisis minyak Timur Tengah. Kelompok diskusi non-partisan yang didirikan oleh
David Rockefeller1 pada bulan Juli 1973 untuk mendorong kerjasama
yang lebih erat antara Amerika Utara, Eropa Barat, dan Jepang.
“Kata” Trilateral“berarti” tiga-sisi “.Tiga sisi dalam halini adalah
Amerika Utara, Eropa, dan Jepang. Amerika
Utara, Eropa, dan Jepang memiliki beberapa kesamaan, yang paling penting adalah
kekayaan mereka, yang terutama berasal dari industri produksi. Bahkan pertanian
pun diindustrialiasi, dalam arti bahwapara petani di negara-negara Trilateral
menggunakan banyak mesin.
Pendiri dan penggerak utama TC pemodal internasional David
Rockefeller, pemilik Chase Manhattan Bank.
Wartawan
Bill Moyers berbicara tentang kekuatan dari David Rockefeller dalam sebuah film
dokumenter TV, Pemerintah Rahasia pada tahun 1980: “David Rockefeller adalah
hari ini perwakilan paling mencolok dari kelas penguasa, persaudaraan
multinasional laki-laki yang membentuk ekonomi global dan mengelola aliran
modal … warga negara yang diberikan hak istimewa dari seorang kepala negara … Dia tak tersentuh oleh bea cukai atau kantor paspor dan
hampir tidak berhenti untuk sebuah lampu lalu lintas. “2
Dua
bulan setelah pertemuan Bilderberg, pada Juli 1972, David meminjamkan tanah
miliknya yang terkenal, Pocantico Hills di lembak Hudson, New York sebagai
pusat pertemuan Trilateral Commission. Sekitar 200
orang banker dan industrialis hadir, yang rata-rata mereka pun adalah
anggota Bilderberg dan CFR.
Pertemuan
TC juga terjadi di Tokyo
pada 21-23 Oktober 1973. Enampuluh lima
orang mewakili grup Amerika Utara yang semuanya sekaligus member dari Council
on Foreign Relations (CFR).
Sekitar 300 anggota bergabung pada tahun 1973, mereka adalah
pengusaha internasional, bankir, pemerintahan, akademiksi, media, dan kalangan
pekerja konservatif.
Komisi
Trilateral dibagi menjadi tiga wilayah :Amerika, Eropa, dan AsiaPasifik. Markas
wilayah Amerika berada di Washington; Eropadi Paris; dan Asia di Tokyo.
Pertemuan tahunan TC pada tahun 2006 diadakan di Tokyo selama tiga hari. Tahun 2007diadakan di
Brussels, dan2008 dari 25-28 April di Washington DC. Pertemuan itu tertutup
untuk umum, dan media yang tidak berafiliasi dengan TC ditolak aksesnya.
TC
tidak hanya berkumpul mengkaji dan merumuskan kebijakan, tetapi mereka sejak
dulu telah berhasil menempatkan orang-orangnya dalam lingkungan penting
pemerintahan di dunia. Saya ambil beberapa contoh :
1.
·George S. Franklin Jr., salah satu direktur Council Foreign Relations (CFR),
dia adalah teman kuliah David Rockefeller dan menikah dengan Helena Edgell,
sepupu David. George menduduki posisi Sekjen dan Koordinator TC untuk Amerika
Utara.
2.
·Henry Kissinger, anggota kunci TC yang menjabat Presiden Amerika.
3.
·Zbigniew Brzezinski, staff kepresidenan Henry Kissinger. Pakar politik
Universitas Columbia, pendiri Trilateral, dan salah satu direktur CFR.
4.
·President Ford, menunjuk Robert S Ingersoll (Borg-Warner Corp dan First
National Bank of Chicago)
sebagai Menlunya. Ingersoll adalah anggota TC. Pada tahun 1974, Ingersoll digantikan
oleh Charles W. Robinson, seorang pengusaha dan anggota TC. (sumber : Murray N.Rothbard, Wall Street, Banks, and American Foreign
Policy, hal. 61-62)
Contoh
lainnya, bagaimana pemerintahan Jepang tahun 1973 dikuasai para trilateralis :
Koichi Kato, Deputi
Sekretaris Kabinet
Kiichi Miyazawa, Menteri
Luar Negeri, Direktur Agensi Perencama Kebijakan EKonomi
Nobuhiko Ushiba, Menteri
Ekonomi, Perwakilan Multirateral Trade Negotiation, Penasehat Menlu
Saboro Okita, Menlu.
(Sumber
: Holly Sklar, Trilateralism: The Trilateral Commission and
Elite Planning for World Management, hal. 93).
Jika yang punya update kaum trilateralis yang menguasai
pemerintahan Jepang saat ini, silahkan dishare.
Dari contoh-contoh tersebut, tampak jelas karakter dari
TC yang selalu berusaha mempengaruhi policy sebuah negara dengan cara
menempatkan orang-orangnya dalam posisi pemerintahan. Jika mereka tidak dapat
menduduki suatu pos kunci, maka mereka bisa menempatkan orang-orang yang
sepaham atau bisa mereka kendalikan.
Bahkan
lewat Trilateral Commisision inilah, beberapa calon presiden AS di fit and
proper test dulu, sebelum maju mencalonkan diri.
Profil Pendiri.
Mari
kita kenali profil para pendiri Trilateral Commissions :
David Rockefeller
David Rockefeller. Bankir dan pendiri Trilateral Commission
Dia adalah salah satu orang terkaya dan paling berpengaruh di dunia.
Kekayaan bersihnya mencapai sekitar $2,2-$2,9 trilyun.
David
Rockefeller adalah pimpinan keluarga Rockefeller, keluarga terhormat dan
berpengaruh. Dia memiliki koneksi luas dengan orang-orang kaya dan penting di
dunia yang tidak cukup digambarkan dalam artikel ini.
Silahkan
coba baca-baca saja http://en.wikipedia.org/wiki/David_Rockefeller
David
juga anggota dari forum-forum penting seperti Bilderberg group, Bohemian Group,
chairman dari Council on Foreign Relations (CFR), dan pendiri sekaligus anggota
Trilateral Commission.
Pandangannya
tentang dunia sangat globalis dan pro New World Order (Tatanan Dunia Baru).
Berikut video saat dia dikonfrontir tentang agenda NOW saat berkunjung ke Chili
:
Dalam
buku Memoirs-nya yang terbit pada tahun 2002, halaman 405, David mengaku
sebagai bagian dari rencana jahat Illuminati untuk menguasai Amerika dan dunia.
“Sejumlah orang bahkan percaya bahwa kami(keluarga
Rockefeller) merupakan bagian darikomplotan rahasiayang bekerjamelawan
kepentinganterbaikAmerika Serikat, karakteristik keluarga sayadansaya sebagai
seorang ‘internasionalis’ danbersekongkoldengan orang laindi seluruh dunia
untukmembangunlebihglobal terpadupolitikdanstruktur ekonomi-satu dunia, jika
Anda mau. Jika itutuduhannya, sayamengakuibersalah, dan sayabangga karenanya. “
Pada
satu kesempatan, David pernah berkata:
“Kita berada di ambang transformasi global.Yang kita
butuhkan adalah krisis besar yang tepat dan bangsa-bangsa akan menerima New World Order.”
Zbigniew Brzezinski
Zbigneiw
Brzezinski. Globalis dan Pakar politik internasional
Zbigneiw
Brzezinski adalah seorang mantan Penasehat US National Security, pendiri
Trilateral Commission, anggota CFR, Club of Rome, dan Committee of 300. Ia
merupakan keturunan Polish Black Nobility
(Old World Order) dan kolega Henry Kissinger. Dalam bukunya yang berjudul “Technotronic Era” (1970), Brzezinski
meramalkan kedatangan jaringan kendali (control-grid) diktatoris di bawah para
globalis: “Mungkin akan segara terlaksana pengendalian
atas semua warga negara secara terus-menerus dan pemeliharaan file-file agar
tetap up-to-date, yang mengandung data paling pribadi tentang kesehatan dan
perilaku semua warga di samping data lain yang lebih umum. File-file ini
akan menjadi sarana pencarian informasi oleh para penguasa. Kekuasaan akan jatuh ke dalam genggaman orang-orang yang
mengendalikan informasi. Institusi-institusi kita yang telah ada akan
digantikan oleh institusi-institusi manajemen pra-krisis, yang tugasnya adalah
mengidentifikasi krisis sosial lebih awal dan mengembangkan program untuk
mengatasinya. Ini, setelah beberapa dekade berikutnya, akan mendorong
kecenderungan menuju Technotronic Era, sebuah Kediktatoran yang hanya
menyisakan sedikit ruang untuk prosedur-prosedur politik yang kita kenal.
Akhirnya, jika melihat pada akhir abad ini, kemungkinan penggunaan mindcontrol
biokimia serta rekayasa genetik pada manusia, termasuk pada makhluk-makhluk
yang berfungsi dan berfikir seperti manusia, dapat menimbulkan beberapa
pertanyaan sulit.”
Buku
berjudul “The Technotronic Era” itu
dipesan oleh Club of Rome. Buku itu merupakan pengumuman terbuka tentang cara
dan metode yang digunakan untuk mengendalikan Amerika Serikat di masa
mendatang… Brzezinski, saat berbicara untuk Committee of 300, mengatakan bahwa
Amerika Serikat sedang bergerak ‘menuju sebuah era yang berbeda dari
pendahulunya; kita sedang bergerak menuju ‘technotronic era’ yang dapat dengan
mudah menjadi sebuah kediktatoran…’ Brzezinski selanjutnya mengatakan bahwa masyarakat kita ‘sekarang berada dalam revolusi informasi
yang berlandaskan pada fokus hiburan, tontonan (pemberitaan peritiwa-peristiwa
hiburan melalui televisi) yang menjadi racun bagi orang banyak yang tak
memiliki tujuan.’ Apakah Brzezinski merupakan seorang peramal? Apakah ia
bisa melihat masa depan? Jawabannya TIDAK; apa yang ia tulis dalam bukunya
disalin dari blueprint milik Committee of 300 yang diserahkan ke Club of Rome
untuk dilaksanakan.” – John Coleman, “Conspirators Hierarchy: The Story of the
Committee of 300”
Brzezinski
juga menjabat sebagai penasehat CSIS, lembaga think tank yang didirikan oleh dua tokoh militer Orde Baru, Ali
Murtopo dan Soedjono Hoemardani dan memperoleh pengaruh kuat selama masa
Presiden Soherto.
lihat
link : http://csis.org/expert/zbigniew-brzezinski
Tentang
sejarah CSIS, silahkan klik link ini :
http://tikusmerah.com/?p=1204&wpmp_tp=3&wpmp_switcher=desktop
Agenda
Politik Trilateral Commission
TC
jelas memiliki agenda politik-ekonomi, yang secara pokok dibagi dalam dua poin
di bawah ini :
1.World Management
Dalam
bukunya yang berjudul “Technotronic Era” (1970), Brzezinski meramalkan
kedatangan jaringan kendali (control-grid) diktatoris di bawah para globalis:
“Mungkin akan segera terlaksana pengendalian atas semua warga negara secara
terus-menerus dan pemeliharaan file-file agar tetap up-to-date, yang mengandung
data paling pribadi tentang kesehatan dan perilaku semua warga di samping data
lain yang lebih umum. File-file ini akan menjadi sarana pencarian informasi
oleh para penguasa. Kekuasaan akan jatuh ke dalam genggaman orang-orang yang
mengendalikan informasi. Institusi-institusi kita yang telah ada akan
digantikan oleh institusi-institusi manajemen pra-krisis, yang tugasnya adalah
mengidentifikasi krisis sosial lebih awal dan mengembangkan program untuk
mengatasinya. Ini, setelah beberapa dekade berikutnya, akan mendorong
kecenderungan menuju Technotronic Era, sebuah Kediktatoran yang hanya
menyisakan sedikit ruang untuk prosedur-prosedur politik yang kita kenal.
Akhirnya, jika melihat pada akhir abad ini, kemungkinan penggunaan mindcontrol
biokimia serta rekayasa genetik pada manusia, termasuk pada makhluk-makhluk
yang berfungsi dan berfikir seperti manusia, dapat menimbulkan beberapa
pertanyaan sulit.”
2.Controlling World Assets
Tujuan
ini dibagi ke dalam tiga poin :
1. 1. Rakyat, Pemerintahan, dan ekonomi seluruh
bangsa harus melayani kebutuhan bank dan korporasi multinasional.
Ditegaskan oleh Zbigniew Brzezinski dalam bukunya Technotronic Era
2. 2. Kontrol
atas sumber daya ekonomi sebagai mantra kekuatan dalam politik moderen.
Tentu
saja, setiap warga negara harus diarahkan/dididik/digiring untuk selalu percaya
bahwa demokrasi Barat itu ada, kesetaraan itu ada, betatapun kondisi
ketidaksetaraan ekonomi terlihat.
1. 3. Para
Pimpinan demokrasi kapitalis, sistem dimana kendali ekonomi dan profit,
sekaligus kekuasaan politik, harus bertahan dan bergerak maju melawan sistem
demokrasi yang sejati.
(Sumber
: Holly Sklar, ibid, hal. 5).
Singkatnya,
trilateralisme adalah usaha para elit berkuasa untuk merekayasa ketergantungan
dan demokrasi, di dalam negeri (Amerika) maupun di luar negeri.
Silahkan
renungi, setiap kali Amerika dan kawan-kawanya mengatakan “demokrasi” maka
maksud tersirat dari kata tersebut yaitu : “Ketundukkan pada
pengaruh/kepentingan Amerika.” Bukan demokrasi dalam arti partisipasi rakyat
dalam ranah politik.
Sejak
tragedy WTC 2001, Amerika jelas akan mempromosikan “demokrasi” (ketundukkan
pada Amerika) dan akan memposisikan siapapun sebagai musuh yang menentang
demokrasi versi Washington.
Silahkan baca-baca National Security Strategy.
Mengabadikan America-Centered Transnational Hegemony
Era Soeharto :
Sejak
era Soeharto, setiap yang akan menjadi RI-1, selalu harus mendapat restu
internasional, terutama Amerika.
Soeharto
dengan Mafia Berkeley (Frans Seda, Ali Said, Widjojo, dll) membuka lebar-lebar
kuku besi Washington di NKRI. Freeport, Caltex,
dll memulai perkawinan Indonesia
dengan liberalisme.
Lembaga
think-tank yang berpengaruh di era itu adalah CSIS, yang dikomandoi Ali
Murtopo. Kader-kader CSIS sekarang : Sofyan Wanandi, Jacob Soetoyo.
Kelompok
CSIS ini juga dekat dengan Riady Family, (Lippo grup). James Riady pernah
muncul sebagai salah satu tim sukses Clinton.
Ironisnya,
Soeharto pun digulingkan oleh induk semang yang dulu mengangkatnya. Lagi,
Sofyan Wanandi kali ini berperan dalam posisi yang berbeda : menggulingkan
Soeharto melalui krisis ekonomi.
Peran
IMF dalam krisis ekonomi ini telah diakui oleh mantan Direktur IMF waktu itu
Micahel Camdessus. Dalam wawancara “perpisahan” sebelum pensiun dengan The New
York Times, Camdessus yang bekas tentara Prancis ini mengakui IMF berada di
balik krisis ekonomi yang melanda Indonesia. “Kami menciptakan kondisi krisis
yang memaksa Presiden Soeharto turun,” ujarnya.[i]
Soeharto
jatuh karena IMF. Pendapat ini antara lain dikemukakan Prof. Steve Hanke,
penasehat ekonomi Soeharto dan ahli masalah Dewan Mata Uang atau Currency Board
System (CBS) dari Amerika Serikat.
Menurut
ahli ekonomi dari John
Hopkins University
itu, Amerika Serikat dan IMF-lah yang menciptakan krisis untuk mendorong
kejatuhan Soeharto.
Jika
pernyataan Camdessus dan Hanke diatas dihubungkan dengan ancaman Sofyan Wanandi
yang telah saya singgung di awal, ini menunjukkan adanya benang merah antara
Sofyan Wanandi – IMF – Krisis Moneter 1998.
Artikel
Majalah TIME, 3 Nov 1997 yang mengungkap peran spekulan binaan Soros dalam
menciptakan krisis moneter di Thailand
(termasuk Indonesia)
Sebuah
artikel majalah TIME 3 November 1997 yang berjudul “How To Kill A Tiger, Speculators Tell The Story Of Their Attack
Against The Baht, The Opening Act Of An Ongoing Drama,” disusun oleh Eugene
Linden secara mencengangkan menuturkan pengakuan pada spekulan dalam mengacak-ngacak
mata uang baht dan menciptakan krisis
moneter di Asia Tenggara.[ii]
Pengakuan
para spekulan itu sangat brutal : “Kami seperti serigala di atas bukit melihat
ke bawah pada sekawanan rusa,” kata salah satu spekulan mata uang yang membantu
memicu devaluasi yang mengarah pada kejatuhan di pasar saham yang menyapu dunia
minggu lalu (akhir Oktober 1997 – pen). Akhir 1996, delapan bulan sebelum Thailand
akhirnya menyerah dan mendevaluasi baht,
sekelompok “serigala” telah berkeliaran. Mereka melihat perekonomian Thailand bukan sebagai salah satu harimau Asia, tapi lebih seperti mangsa yang terluka. Setiap
pemangsa mulai merencanakan serangan. “Dengan memusnahkan mereka yang lemah dan
sakit, kami membantu menjaga kesehatan kawanan,” kata spekulan itu. Dan
pemusnahan pun mereka lakukan. Melalui wawancara dengan anggota “serigala” ini,
majalah TIME telah merekonstruksi kisah tentang bagaimana para spekulan melahap
mata uang Thailand
dan menggerakkan krisis yang sedang berlangsung serta menyebabkan trauma
keuangan di seluruh dunia.
Di
era Reformasi, terjadi pergulatan antara kelompok yang menginginkan
keberlanjutan liberalisasi Indonesia
melalui reformasi vs kelompok yang tetap pada pemahaman lama : Indonesia harus
bersih dari asing. Dari sinilah muncul konflik-konflik dan pertarungan politik
sebelum Sidang Istimewa MPRS yang berhasil mendudukkan Habiebie sebagai
Presiden ke-3.
Fihak
pro Liberal tentu tidak senang, makanya Sofyan Wanandi mengancam akan menaikkan
nilai dollar jika Habiebie jadi Presiden.
Era Habiebie :
Pada
era yang singkat inilah sebenarnya nilai dollar kembali berhasil diturunkan
hingga level Rp. 5000/1 dollar. Tapi tidak ada satu pun media yang mengangkat
dan mengapresiasi langkah pemerintah.
Sekaligus
ini membantah logika kaum liberalis bahwa sosok Habiebie tidak ramah pasar.
Di
era ini sempat muncul Adi Sasono yang mengusung PER (Pos Ekonomi Rakyat) yang
berusaha membantu dan mengangkat ekonomi rakyat kecil dengan bantuan modal dan
bimbingan konseling.
Tapi
sayang, lagi-lagi kaum liberalis berulah. Mereka, dengan dukungan media massa, menggelembungkan
opini dan citra jika Adi Sasono “anti Cina”. Padahal Adi telah keras membantah
jika dia rasis dan anti satu kelompok.
Dia
hanya ingin ekonomi masyarakat kecil yang jumlahnya mayoritas, tapi minoritas
secara kualitas itu bisa maju. Apa itu salah?
Era Mega dan Gus Dur :
Di
era reformasi, ada beberapa tokoh nasional yang ditawari bantuan dan datang ke
Amerika, diantaranya adalah : Amien Rais dan Megawati. Keduanya sama-sama
membantah soal tersebut ketika dikonfrontir oleh Metro TV.
Pada era Megawati, jual-jualan asset negara dimulai. Satelindo dll.
Orang yang berperan dalam jual-jualan itu adalah Laksamana Soekardi.
Ada tokoh mafia Berkeley yang berperan penting di era Mega : Boediono
(sekarang Wapres).
Era SBY :
Sebenarnya
SBY tetap presiden yang mendapat restu Washington.
Tapi diakhir jabatannya ini ada beberapa hal positif yang bisa kita lihat :
1. Keberhasilan uji materil UU Migas yang mengatur bagi
hasil dan hak mayoritas pengelolaan. Aksi ini dilakukan pakar hukum, Prof.
Yusril Ihza Mahendra dan diluluskan oleh Mahkamah Konstitusi.
2. Ditetapkannya regulasi baru yang melarang ekspor bahan mentah.
Sikap ini jelas membuat gerah para investor asing di Indonesia,
terutama Amerika (Freeport)
dan Jepang. Mereka menolak membangun smelter di Indonesia,
Jepang bahkan mengadukan tindakan Indonesia kepada WTO.
Pasca SBY :
Fihak
liberal tentu menginginkan kepentingannya tetap aman di Indonesia. Karena itu
mereka mencari-cari siapa kira-kira kandidat yang menurut mereka ramah terhadap
kepentingan mereka.
Jika pertemuan di rumah Jacob adalah bagian dari transaksi
kepentingan, maka sosok Jacob yang anggota Trilateral jelas merupakan
kepanjangan tangan para trilateralis (Amerika, Eropa, Jepang) di Indonesia. Hal
ini diperkuat dengan hadirnya Dubes
AS dan Inggris di pertemuan Senin
malam tersebut.
Jadi
, omong kosong jika pertemuan itu tidak bermuatan politik-ekonomi. Jelas itu
dagang kepentingan, kelompok Trilateral menginginkan amannya pasar mereka di
Indonesia. Sementara partai dan capresnya, ingin memastikan dukungan (politik
dan materil) sebagai usaha mengukuhkan misi jelang Pilpres Juli 2014 nanti.
Lalu
sampai kapan kita harus berada diketiak mereka? Selama masih ada orang-orang
yang bermental budak, selama masih ada orang yang tega menggadaikan kepentingan
nasional demi keuntungan kelompoknya, selama tidak ada keberanian untuk berkata
TIDAK, selama itu pula NKRI tidak akan pernah mencapai kata MERDEKA.
MERDEKA adalah
jargon yang selalu diteriak-teriakan Megawati dan PDIP sejak mereka ditindas
Soeharto dulu. IRONI!
(ahmad
sofyan/kompasiana) voais;lam.com, Rabu, 15 Jumadil Akhir 1435 H / 16 April 2014
19:56 wib
Rujukan :
1. “David Rockefeller”. Trilateral Commission. Retrieved 14
March 2013.
http://www.trilateral.org/go.cfm?do=Page.View&pid=21
2. Daniel Estulin, The
Bilderberg Group, (Independent Publishers Group, 2005), hal. 138
3. Majalah TIME, No. 18 Vol. 150, 3 November1999.
(nahimunkar.com)
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Itulah olah makar kaum kafirin yang ingin Indonesia ini
tetap mereka ambil segala macam
kekayaannya agar kaum fakir miskin muslimin hususnya tetap berada di ketiak
mereka tertindas, dan hanya mereka saja yang merasakan kekayaan negri ibu
pertiwi ini. Alangkah dustanya Mega yang
punya jargon mensejahterakan wong cilik , lalu menindas mereka untuk menjunjung kepentingan kaum
kapitalis. Ingatlah firmanNya:
وَكَذَٰلِكَ
جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا ۖ وَمَا
يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Dan
demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar
agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak
memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. 123
an`am
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan