Amin Rais:Jokowi-Ahok Akan Menggilas Ekonomi Rakyat
Kecil
- Sudah dapat diprediksi para rakyat jelata yang menggantungkan nasibnya kepada Jokowi-Ahok, pasti akan“mlongo”. Mereka hanya terperangah, melihat kenyataan yang mereka hadapi nantinya. Tidak mungkin sehebat apapun, pejabat semacam Ahok, memihak kepentingan rakyat jelata.
- Kekuatan besar di belakang Ahok, terutama kelompok bisnis dari kalangan pengusaha cina, pasti akan membangun dan menguasai seluruh sektor bisnis di Jakarta, yang menjadi pusat ekonomi nasional.
- Ini berarti jaringan ekonomi kelompok cina semakin mencengkeram dalam menguasai asset ekonomi nasional Indonesia. Mereka dengan dukungan kapital, dan kekuatan modal, para pengusaha cina perantauan (chinese oversease), maka kaum pribumi hanya akan menjadi kuli di Glodok, Pasar baru, Kelapa Gading dan Pantai Indah Kapuk.
- Sungguh penguasa negeri ini, tak memberi berkah kepada kaum pribumi, sejak zaman Belanda sampa Reformasi. Justru para kaki tangan penjajah yang sekarang menikmati negeri ini. Sudah seharusnya orang-orang pribumi melakukan introspeksi diri terhadap keadaan yang ada di sekeliling mereka.
Jakarta – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Partai Amanah
Nasional (PAN), tak begitu antusias dengan kemenangan Jokowi-Ahok. Amin merasa
skeptis, sekalipun Jokowi-Ahok, dielu-elukan oleh media-media sekuler dan
kristen, setinggi langit.
Bahkan, Harian Kompas di dalam berbagai tulisannya, di
halaman depan, sesudah kemenangan Jokowi-Ahok, mengagungkan Jokowi-Ahok, yang
diprediksikan akan membawa perubahan besar dalam kepemimpinan nasional. Sungguh
sangat luar biasa, menempatkan posisi Walikota Solo itu, seakan manusia yang
membawa berkah bagi masa depan Indonesia.
Menghadapi puja-puji media massa nasional itu,
politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais secara tegas
mengatakan terpilihnya pasangan Jokowi-Ahok sebagai Gubenur dan Wakil Gubenur
DKI Jakarta, tidak akan membawa perubahan apapun.
Malah sebaliknya, menurut Amin Rais, dengan gaya
khasnya, tokoh reformasi ini mengatakan bahwa dengan kemenangan Jokowi-Ahok,
kekuatan ekonomi kecil (rakyat jelata) di Jakarta pasti akan semakin tergilas
dengan kekuatan ekonomi besar yang berada di rangkaian gerbong Ahok. Ahok bukan
sendirian, pasti banyak kepentingan pembisnis yang dibelakangnya.
“Kemenangan Jokowi-Ahok tidak akan membawa perubahan
apapun bagi Jakarta.
Saya tak menyebutnya etnis. Di belakang Ahok, didukung pebisnis-pebisnis kuat,”
tegas Amien kepada para wartawan di sela Rakerda DPD PAN,di Solo, Jawa Tengah,
Sabtu (29/9/2012) malam.
Menurut Amien, kekuatan pebisnis yang dibawa Ahok
dikontrol oleh kekuatan politik di belakangnya. Sehingga arah kebijakan
pemerintahan Jokowi-Ahok praktis juga dikontrol. “Perkawinan politik dan bisnis
ini bisa mengancam demokrasi dan kontraproduktif dengan kepentingan rakyat,”
paparnya.
Menurut Amien, kondisi pemerintahan semacam itu sangat
tidak sehat. Seharusnya yang bisa mengontrol dan mengendalikan pebisnis itu
politik. Bukan sebaliknya,tambah Amien, pebisnis yang mengendalikan politik,
yang efek dari perkawinan tersebut. “Kemenangan tersebut melambangkan
masa depan demokrasi di ambang kehancuran,” ujarnya lagi.
Tak hanya itu saja, kemenangan Jokowi-Ahok salah
satunya bisa mengendalikan media massa.
Karena salah satu faktor kekalahan Foke yaitu ketidakmampuan Foke mengendalikan
media massa.
“Faktanya hampir 85 persen media massa
berpihak kepada Jokowi. Foke tidak bisa merebut media massa,
karena Foke tidak memiliki dana cukup untuk mengendalikan media massa,” paparnya.
Sudah dapat diprediksi para rakyat jelata yang
menggantungkan nasibnya kepada Jokowi-Ahok, pasti akan “mlongo”. Mereka hanya
terperangah, melihat kenyataan yang mereka hadapi nantinya. Tidak mungkin
sehebat apapun, pejabat semacam Ahok, memihak kepentingan rakyat jelata.
Kekuatan besar dibelakang Ahok, terutama kelompok
bisnis dari kalangan pengusaha cina, pasti akan membangun dan menguasai seluruh
sektor bisnis di Jakarta, yang menjadi pusat ekonomi nasional.
Jakarta
yang menjadi pusat politik, ekonomi, budaya, serta berbagai kepentingan,
bertumpuk di Jakarta.
Termasuk 85 persen perputaran uang Indonesia
berpusat di Jakarta.
Dengan menguasai Jakarta, makan sejatinya
menguasai Indonesia.
Ini berarti jaringan ekonomi kelompok cina semakin
mencengkeram dalam menguasai asset ekonomi nasional Indonesia. Mereka dengan dukungan
kapital, dan kekuatan modal, para pengusaha cina perantauan (chinese
oversease), maka kaum pribumi hanya akan menjadi kuli di Glodok, Pasar baru,
Kelapa Gading dan Pantai Indah Kapuk.
Pengusaha cina bangkit di zaman Soeharto dengan
diberbagai lisensi (izin), modal (kapital) dari bank-bank pemerintah, dan
proteksi, kemudian menguasai mayoritas asset negeri ini. Pengusaha cina menjadi
kaya-raya, umumnya mereka mendapatkan izin HPH (Hak Pengusahaan Hutan).
Di mana mereka dapat menggunduli hutan, dan hanya
mengganti dengan dana reboisasi, yang tak seberapa itu, dan sebagian dana
reboisasi itu dikorup para pejabat. Seperti Bob Hasan yang disebut
sebagai “Raja Hutan”, dan begitu dekat dengan Soeharto, dan bahkan pernah
diangkat menjadi menteri di era akhir kekuasaan Soeharto.
Di zaman Soeharto, ada sekitara 200 orang konglomerat,
mengelilingi Soeharto dan menjadi orang kepercayaan. Mereka sering dibawa oleh
Soeharto ke peternakannya di Tapos, dan sambil ngerumpi bisnis. Soeharto tak
begitu suka dengan pengusaha Muslim dan pribumi, dan lebih memilih pengusaha
cina yang menjadi pilar kekuasaannya.
Mereka yang memiliki bank-bank, dan menjamur, saat
Menteri Keuangannya JB. Sumarlin, serta memberikan kemudahan izin pendirian
bank-bank. Menjelang akhir kekuasaan rezim Soeharto, bank-bank itu dihantam
krisis, dan mereka menikmati berkah dari BLBI, yang jumlahnya 650 triliun.
Soeharto jatuh, mereka lari ke Singapura, dan ketika
rezim berganti, mereka kembali ke Indonesia. Dengan membeli kembali
asset, yang dulu dimiliki pemerintah, melalui dana BLBI yang dikucurkan oleh
pemerintah.
Sungguh penguasa negeri ini, tak memberi berkah kepada
kaum pribumi, sejak zaman Belanda sampa Reformasi. Justru para kaki tangan
penjajah yang sekarang menikmati negeri ini. Sudah seharusnya orang-orang
pribumi melakukan introspeksi diri terhadap keadaan yang ada di sekeliling
mereka.Wallahu a’lam. (voa-islam.com) Senin, 01 Oct 2012
(nahimunkar.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan