Kata
pengantar:
Dulu saya
menyampaikan kesyirikan dan kebid`ahan yang marak di masarakat, lalu saya
dikatakan pendusta, sesat, wahabi bakan ada LBM yang membikin buku bantahan tentang kedustaan buku mantan
kiyai nu.Lalu saya jawab dengan buku "sesat tanpa sadar". Saya ingat
ayat ini:
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ
وَقَفَّيْنَا مِن بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ ۖ وَآتَيْنَا عِيسَى
ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ
فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
Dan
sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami
telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah
Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami
memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul
membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu
menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa
orang (yang lain) kamu bunuh? Baqarah 87
Sekarang
saya menyampaikan keharusan salat di atas tanah tanpa sajadah dan keramik ,
dan para
sahabat tidak pernah memotong Ayam dan Bebek atau burung – burung yang
lain lalu memakannya sebagaimana budaya masarakat sekarang juga tak luput dari
berbagaia macam ledekan, hinaan . Ya, memang begitulah apa yang harus diterima
oleh orang yang menyampaikan ajaran Rasul yang asli, bukan ajaran Rasul yang palsu yang mengikuti budaya ajaran golongan. Saya teringat ayat ini:
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ
رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ
بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Maka
tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan
membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada
pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka
perolok-olokkan itu. Ghafir 83.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Ajaran
para Rasul di tolak, di ledek, dan masarakat
merasa ajaran mereka sudah final,
tidak boleh di robah, dan yang merobahnya ke ajaran Rasul yang asli harus di hujani dengan berbagai macam hinaan . Ahirnya azab
Allah menimpa kepada masarakat
yang sedemikian itu.
Jadi
kalau kita sudah niat bela Allah, maka
harus ajaran asli yang disampaikan. Ajaran yang belum dikotori dengan
pendapat orang. Resikonya akan mendapat cercaan dan ini lebih baik dari
menerima pujaan dari masarakat untuk membela ajaran palsu yang di anggap
asli ajaran Rasulullah . Ajaran itu
tambah jauh dari masa Rasulullah
SAW tambah banyak tambahan, perobahan
sebagaimana yang terjadi dalam ajaran Yahudi dan kristen.
Ustadz Agus Susanto - mahasiswa Madinah fakultas hadis menulis :
SANGGAHAN:
1. Siapa bilang atsar sahabat itu tidak bisa di jadikan dalil, apalagi itu adalah Umar yang Rosulullah Sholallahu’alaihwasallam sendiri memerintahkan kita untuk mengikuti Sunnah khulafa’ Ar-Rasyidin dalam hadistnya:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ،
“ maka ikutilah Sunnahku dan Sunnah Khulafah Ar-Rasyidin dan gigitlah dengan gigi graham kalian.” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan beliau mengatakan hasan shahih
1. Siapa bilang atsar sahabat itu tidak bisa di jadikan dalil, apalagi itu adalah Umar yang Rosulullah Sholallahu’alaihwasallam sendiri memerintahkan kita untuk mengikuti Sunnah khulafa’ Ar-Rasyidin dalam hadistnya:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ،
“ maka ikutilah Sunnahku dan Sunnah Khulafah Ar-Rasyidin dan gigitlah dengan gigi graham kalian.” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan beliau mengatakan hasan shahih
Saya
jawab:
Sayang sekali, anda
begitu bangga dengan hadis itu
yang anda sajikan. Mestinya di pikir dulu, apakah benar sahih, lemah atau
masih di ragukan kesahihannya. Lalu di
kaji ulang agar umat ini tidak tersesat
dengannya. Tapi akan tercerah dengan kajian anda bukan penggelapan kepada
mereka. Saya akan menulis
kajian saya dengan santai saja, tanpa omongan orang – orang jalanan yang
kotor. Sebab ada sebagian ahli hadis yang menyatakan hadis itu lemah. Ikutilah
kajiannya sbb:
عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلاَمِىْ اَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْباَضَ بْنَ
سَارِيَّةِ قَالَ وَعَظَناَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتـِىْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَلْمُهْدِيِّـْينَ (مسند احمد بن حنبل ص 16519 )
Dari Abd Rohman bin Amr al-Sulami,
Sesungguhnya ia mendengar al-Irbadh bin Sariyah berkata, Rasulullah Saw.
Menasehati kami, Kalian wajib berpegang teguh apa yang kamu ketahui pada sunnahku dan perilaku al-Khulafa’ al-Rasyidin yang
mendapatkan petunjuk). (Musnad Ahmad Bin Hambal, 16519)
Menurut riwayat Tirmidzi sbb:
سنن
الترمذي ٢٦٠٠: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ
الْوَلِيدِ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ
وَعَظَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ
الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا
الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ
إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ
وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى
اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ
فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2600: Telah
menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah menceritakan kepada kami Baqiyyah
bin al Walid dari Bahir bin Sa’d dari Khalid bin Ma’dan dari Abdurrahman bin
Amru as Sulami dari al ‘Irbadh bin Sariyah dia berkata; suatu hari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memberi wejangan kepada kami setelah shalat subuh
wejangan yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata mengalir dan hati
menjadi takut.
Maka seorang lelaki berkata;
‘seakan-akan ini merupakan wejangan orang yang akan pamit, lalu apa yang engkau
wasiatkan kepada kami ya Rasulullah? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah,
mendengar dan ta’at meskipun terhadap seorang budak habasyi,
sesungguhnya siapa saja diantara
kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah
oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu
merupakan kesesatan. Barangsiapa diantara kalian yang menjumpai hal itu
hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur
Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi
geraham.” Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih, HR Tirmidzi
Komentarku ( Mahrus ali ):
Riwayat Tirmidzi ini lebih lengkap dari pada riwayat Imam Ahmad.Beda lagi dengan
riwayat Ibn Majah sbb:
سنن
ابن ماجه ٤٣: حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ بِشْرِ بْنِ مَنْصُورٍ وَإِسْحَقُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ السَّوَّاقُ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْبَاضَ بْنَ
سَارِيَةَ يَقُولُ
وَعَظَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا
الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ قَدْ
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا
بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا
فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ
بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ
الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
Sunan Ibnu Majah 43: Telah
menceritakan kepada kami Isma’il bin Bisyr bin Manshur dan Ishaq bin Ibrahim As
Sawwaq keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi
dari Mu’awiyah bin Shalih dari Dlamrah bin Habib dari Abdurrahman bin ‘Amru As
Sulami bahwasanya ia mendengar ‘Irbadl bin Sariyah berkata;
وَعَظَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا
الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ قَدْ
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا
بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا
فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ
بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ
الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memberi kami satu nasehat yang membuat air mata mengalir dan hati
menjadi takut. Maka kami berkata kepada beliau; “Ya Rasulullah, sesungguhnya
ini merupakan nasihat perpisahan ( orang yang pamit mau berpisah ), lalu apa
yang engkau wasiatkan kepada kami?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “ Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya
seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan
binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya
perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari
sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjukk, gigitlah
sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada
seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja
dia diikat dia akan menurutinya.” HR
Ibn Majah
Ada sisi perbedaan redaksi antara
riwayat Tirmidzi dan Ibn Mjah sbb:
Riwayat Tirmidzi :
بَعْدَ
صَلَاةِ الْغَدَاةِ
Setelah salat Shubuh
فَقَالَ
رَجُلٌ
Seorang lelaki berkata:
أُوصِيكُمْ
بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
Aku wasiatkan kepada kalian untuk
(selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta’at
وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ
maka jauhilah oleh kalian
perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu merupakan
kesesatan.
Riwayat Ibn Majah sbb:
فَقُلْنَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ
Kami berkata : Wahai Rasulullah
قَالَ
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا
بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
Aku telah tinggalkan untuk kalian
petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya
setelahku melainkan ia akan binasa.
فَإِنَّمَا
الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
Orang mukmin itu seperti seekor unta
jinak, di mana saja dia dituntun dia
akan menurutinya.
Muhammad
al amin berkata:
هَذِهِ اْلأَحَادِيْثُ يَنْطَبِقُ عَلَيْهَا قولُ الْحافِظِ اِبْنِ عَبْدِ الْبَرِّ فِي التَّمْهِيْدِ
( 10 \ 278 ):« وَلَمْ يُخْرِجِ الْبُخَارِيُّ وَلَا مُسْلِمٌ بْنُ الْحَجَّاجِ مِنْهَا حَديثًا وَاحِدًا. وَحَسْبُكَ بِذَلِكَ ضُعْفًا لَهَا
».
Hadis
– hadis ini berlaku kata-kata Hafiz Ibnu
Abdul Barr di kitab Tamhid (10 \ 278): «Bukhari
dan Muslim bin Al Hajjaj tidak meriwayatkan satu
hadis ini. Dan dengan nya cukup
hadis tsb untuk dikatakan lemah.
وَمَنْ نَقَلَ تَقْبَلُ الأُمَّةُ لِهَذَا الْحَديثِ بِالْقَبُولِ فَلَمْ يُصِبْ بِذَلِكَ أيضاً. فَقَدْ نَقَّلْنَا عَنْ أَحَدِ الْمُتَقَدِّمِينَ تَضْعِيفَهُ ، وَهَذَا يَكْفِي لِسُقُوطِهِ.
Barang
siapa yang mengutip bahwa umat telah menerima hadis itu dengan baik, maka tidak
benar. Sungguh kami telah mengutip salah satu tokoh terdahulu yang
melemahkannya. Ini sudah cukup bahwa hadis tsb jatuh nilainya.
وَالْحُجَّةُ هُنَا لَيْسَ تَصْوِيتٌ عَلَى صِحَّةِ الْحَديثِ ،
بَلْ هُوَ بِالنِّسْبَةِ لِتَوْثِيقِ رِجَالِهِ وَعَدَمِ وُجُودِ النّكارَةِ فِي مَتْنِهِ ،
وَإلّا فَلَا يَصِحُّ
!
Argumen di
sini bukan untuk memberikan suara pada kesahihan hadis, tetapi lebih dekat
dengan menyatakan perawi – perawinya terpercaya dan tidak ada keanehan dalam
redaksi hadis ( keganjilan ). Bila tidak demikian, maka hadis di katakan tidak sah.
فَالْحَديثُ لَيْسَ لَهُ طَرِيقٌ يُعْتَبَرُ بِهَا إلّا عَنْ مَجْهُولَيْنِ
( مُثَنًّى مَجْهُولٍ
) عَنِ العرباض بْنِ سَارِيَةٍ.
Hadis itu
tidak memiliki jalur periwayatan yang bisa di andalkan kecuali dari dua anonim ( perawi yang tak dikenal
) dari Al Irbadh bin Saroyah.
وَهَذَا الأَمْرُ دِينٌ فَاُنْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِيْنَكُمْ. هَلْ نَأْخُذُهُ عَنْ مَجَاهِيلَ ؟! نَعَمْ بَعْضُ الْمُتَقَدِّمِينَ وَكَثِيرٌ مِنَ الْمُتَأَخِّرِيْنَ يَأْخُذُ عَقِيْدَتَهُ عَنْ مَجَاهِيْلَ وَيُصَحِّحُ مِثْلَ هَذَا الْحَديثِ ، بَلْ مَنْ كَانَ أَضْعَفَ مِنْهُ. أَمَّا أَنْ يَحْتَجَّ بِهِ عَلَينَا فَلَا.
Ini adalah
sebuah agama dan lihatlah dari siapa
Anda mengambil agamamu. Apakah kita ambil agama dari perawi yang tak di kenal.
Ya, beberapa kalangan orang – orang
dahulu dan banyak generasi terahir ini
mengambil akidah dari perawi – perawi yang belum diketahui dan hadis seperti itu langsung dibenarkan, bahkan
menerima yang lebih lemah dari dia. Bila
di buat hujjah untuk kita , maka tidak bisa.
وَالْحَديثُ كُلَّه أَتَى مِنْ وُجُوهِ أُخْرَى إلّا قَضِيَّةَ اِتِّبَاعِ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ فَهِي مُنْكَرَةٌ مَرْدُودَةٌ
Hadis itu
seluruhnya datang dari jalur periwayatan lain hanya saja masalah mengikuti
sunnah khulafaur rasyidin adalah munkar
yang tertolak.
. وَإِضَافَةُ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ إِلَى التَّشْرِيْعِ السَّمَاوِيِّ أَمْرٌ مُخَالِفٌ لِأُصُولِ الشَّرِيعَةِ. وَاللهُ أَمَرَنَا أَنْ نَرُدَّ الْخِلاَفَ : فَرُّدُوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ. وَلَيْسَ لِلْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ.
Penambahan
khulafaur rasyidin kepada tasyri` samawi adalah masalah yang menentang pokok – pokok sariat. Allah memerintah kita
untuk mengembalikan hilap, yakni kembalikan kepada Allah dan rasulNya, bukan
kepada Khulafaur rasyidin.
ثُمَّ مَنْ هُمْ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ ؟ هَلْ أَتَى عَلَيهِمْ نَصٌّ ؟ وَلِمَ لَا إِنَّ كَانَ يَجِبُ عَلَينَا اِتِّبَاعُ سُنَّتِهِمْ ؟
Lantas
siapakah khulafaur rasyidin, apakah ada keterangan dari dalil ? Mengapa tidak, bila kita wajib
mengikuti sunnah mereka.
! وَهَلْ تَعْلَمُ أَنْ هُنَاكَ خِلاَفًا وَاسِعًا بَيْنَ الْعُلَمَاءِ فِي تَحْدِيدِ مَنْ هُمْ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ ؟
Apakah
Anda tahu bahwa ada ketidak sepakatan yang luas di antara para ilmuwan dalam mendefinisikan khalifah?
هَلْ يَدْخُلُ فِيهِمْ الْحُسَيْنِ بْنُ عَلِيِي رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهَلْ يَدْخُلُ فِيهِمْ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ ؟
Apakah
Anda masukkan Al Hussein bin Ali ra
kepada mereka dan apakah yang Umar bin Abdul Aziz dimasukkan pula ?
وَهَلْ نَتَّبِعُ سُنَّةَ الأخير وَهُوَ تَابِعَي ،
وَنذرَ خَيْرَةَ الصّحابَةِ ؟!
Apakah
kita mengikuti sunnah terakhir ini pada
hal dia tabiin dan kita tinggalkan para
sahabat terbaik?!
ثُمَّ لماذا لَمْ يُطَبِّقْ الصَّحَابَةُ هَذَا الْحَديثَ بَيْنَهُمْ ؟
Lalu
mengapa para sahabat tidak menerapkan hadis ini di antara mereka
وَكَمْ مِنْ أَمْرٍ خَالَفَ فِيه بَعْضُ الصَّحَابَةِ مَا وَرَدَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ. وَكَلِمَةُ اِبْنِ عباسِ مَشْهُورَةٌ
: تُوشِكُ أَنْ تُنْزَلُ عَلَيكُمْ حِجارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ...
أَقُوْلُ قَالِ رَسُولُ اللهِ
( صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّمَ
) وَتَقُولُونَ قَالِ أَبُو بَكَرَ وَعُمَرُ ؟!
Banyak
persoalan dimana sebagian sahabat bertentangan
dengan khulafaur rasyidin
Kata Ibnu
Abbas yang terkenal “ : akan turun atasmu batu dari langit... Aku berkata:
Rasulullah (saw) bersabda dan Anda
mengatakan, Abu Bakar dan Umar?
ثُمَّ هَذَا اِبْنُ عُمَرَ ( رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ) يُخَالِفُ أَبَا بَكَرَ وَعُمَرَ ( رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ) فِي نَفْسِ الْقَضِيَّةِ ( مُتْعَةِ الْحَجِّ ) وَيُفْتِي بِعَكْسِ مَا جَاءَ عَنْهُمَا !
Maka
ini Ibnu Umar (semoga Allah meridhai mereka), bertentangan dengan Abu Bakar dan
Umar (semoga Allah meridhai mereka) dalam kasus yang sama ( haji tamattu` )
Dan Ibnu Umar memberikan fatwa yang bertentangan dengan mereka
Komentarku ( Mahrus ali):
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ ( 4
/ 126 )،
وَاِبْنُ مَاجَه
( 43 )،
واْلآجُرِي فِي الشَّرِيعَةِ ص47 ، وَالطَّبْرَانِي فِي مُسْنَدِ الشَّامِيِّينَ ( 619 )، وَأَبُوعَوَانَةَ فِي الْمُسْتَخْرَجِ عَلَى مُسْلِمٍ ( 1 / 36 )، والحاكمُ ( 1 / 96 )، مِنْ طُرُقٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَهْدِيٍّ وَغَيْرِه ،
عَنْ معاوية بْنِ
صَالِحِ ،
عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ
حَبيبٍ.
Diriwayatkan
oleh Ahmad (4/126), Ibnu Majah (43), dan Aajurri dalam kitab Syariah hal 47 dan Tabrani dalam Musnad Syamiyin
(619), dan Abuawana di al mustahraj ala Muslim (1/36), dan Al Hakim
(1/96), dari beberapa jalur dari Abdul Rahman Mehdi dan lain-lain, dari Muawiyah, dari Dhamra bin Habib.
ب أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ ( 4 / 126 )، وَالدَّارِمِي ( 96 )، وَالتِّرْمِذِي ( 2676 )، وَالطَّبْرَانِي فِي مُسْنَدِ الشَّامِيِّينَ ( 617 )، وَأَبُو ِ عَوَانَةَ فِي مُسْتَخْرَجِهِ عَلَى مُسْلِمٍ ( 1 / 35 )، وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي جَامِعِ بَيَانِ الْعِلْمِ ( 2 / 181 )،
B Riwayat
Ahmad (4/126), Darimi (96), al-Tirmidzi (2676), Tabrani dalam Musnad Al
Syamiyin (617), Abu Awana dlm kitab mustakhraj ala muslim (1/35), dan
Ibnu Abdil Barr dlm kitab jami I bayan al ilm (2 / 181),
وَالطَّحَاوِي فِي الْمُشْكِلِ
( 2 / 69 )،
مُخْتَصَرًا ،
وَالْحَاكِمُ
( 1 / 95_96 )،
وَأَبُو نُعَيْمٍ فِي الْحِليَةِ ( 5 / 220 )، وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي جَامِعِ بَيَانِ الْعِلْمِ ( 2 / 182 )، وَاْلبَغَوِي فِي شَرْحِ السُّنَّةِ ( 102 )، وَفِي تَفْسِيرِهِ ( 2
/ 145 ). مِنْ طُرُقٍ
dan
Tahhaawi dalam kitab Musk,il (2/69),
secara singkat, dan Hakim (1 / 95_96), dan Abu
Nuaim di al hilyah
(5/220), Ibnu Abdil Barr di Jami`
bayanil ilmi (2/182),
Baghawi dalam Syarhis sunnah (102 ), dan dalam Tafsir-nya (2/145).dari
berbagai jalur periwayatan.
وَأَخْرَجَهُ أَحْمَدُ ( 4 / 126 )، وَاِبْنُ أَبِي عَاصِمٍ فِي السُّنَّةِ ( رَقْمُ 32 )،
وَأَبُو دَاوُدَ
( 4607 )،
وَالآجُرِي فِي الشَّرِيعَةِ ص
( 46 )،
Di riwayatkan juga oleh Ahmad (4/126), Ibnu Abi Asim dalam kitab sunnah (No. 32), dan Abu Dawud (4607), dan Aajurri dalam kitab Syariat (46),
وَاِبْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ رَقْمُ ( 5 ) وَتَمامٌ فِي فَوَائِدِهِ (
355 )،
وَأَبُو نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ ( 10 / 115 )، وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي جَامِعِ بَيَانِ الْعِلْمِ ( 2 / 182 )،
dan Ibnu
Haban dalam kitab sahihnya (5) dan
Tamam dalam kitab fawaidnya (355), dan
Abu Nuaim di kitab al Hilyah (10/115), Ibnu Abdil Barr di Jami` bayanil ilmi (2/182),
وَالْحاكِمُ
( 1 / 97 ) وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي التَّمْهِيْدِ
( 21 / 279 ). مِنْ طُرُقٍ عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ
مُسْلِمٍ.
وَأَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَه ( 44 ) عَنْ يَحْيَى بْنِ حَكِيمٍ ، قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنِ الصَّبَّاحِ الْمَسْمَعِيِ.
وَأَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَه ( 44 ) عَنْ يَحْيَى بْنِ حَكِيمٍ ، قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنِ الصَّبَّاحِ الْمَسْمَعِيِ.
Dan Hakim
(1/97) dan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Tamhid (21/279). Dari beberapa
jalur dari Walid bin Muslim.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (44) dari Yahya bin Hakim, katanya Bercerita kepada kami Abdul Malik bin Shobbah al mas`ma`i
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (44) dari Yahya bin Hakim, katanya Bercerita kepada kami Abdul Malik bin Shobbah al mas`ma`i
وَأَخْرَجَهُ أَبُو ِ عَوَانَةَ فِي مُسْتَخْرَجِهِ عَلَى مُسْلِمٍ ( 1 / 35 )، وَاِبْنُ الْبُخَارِيِّ فِي مَشَيَخَتِهِ ( 1
/ 136 ), عَنْ عِيْسَى بْنِ
يُوْنُسَ.
Dan
diriwayatkan oleh Abu Awana dalam kitab
Mastakhroj ala muslim (1/35), dan Ibn Al-Bukhari dalam Massa yakhotihi (1/136), dari Isa bin Yunus.
أَرُبُعَتُهُمْ ( أَبُو عَاصِمٍ وَالْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ وَعَبْدُ الْمَلِكِ وَعِيْسَى ) عَنْ ثَوْرٍ بْنِ يَزِيدَ
Semua empat itu (Abu Asim dan Walid bin Abdul Malik dan Muslim dan Isa) dari Tsor bin Yazid. _
. _ وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذِي ( 2676 )؛ قَالَ : حَدَّثَنَا
عَلِي بْنُ حُجْرٍ. وَأَخْرَجَهُ اِبْنُ أَبِي عَاصِمَ فِي كِتَابِ السُّنَّةِ
( 27 ) مُخْتَصَرَا ؛
قَالَ
: حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ
عثمان. كِلَاهُمَا : عَمْرُو وَ عَلِي ،
قَالاَ حَدَّثَنَا بَقِيَّةٌ بْنُ
الْوَلِيدِ ،
عَنْ بُجَيْرٍ بْنِ
سَعْدٍ.
Dan
diriwayatkan oleh al-Tirmidzi (2676);
berkata: Dikisahkan oleh Ali bin Hajar. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Asim
dalam kitab sunnah (27) secara singkat; lalu berkata : Bercerita kepada
kami : ‘Amr bin’ Utsman. Keduanya Amr dan Ali, berkata; Bercerita kepada
kami Baqiyah Ibn al-Walid, dari Bujair bin Saad.
وَأَخْرَجَهُ الطَّحَاوِي فِي الْمُشْكِلِ
( 1 / 69 )،
وَالْحاكِمُ
( 1 / 96 )،
مِنْ طَرِيقَيْنِ عَنِ اللَّيْثِ بْنِ
سَعْدٍ ؛
قَالَ
: حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ
الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ
إِبْرَاهِيْمَ بْنِ
الْحارِثِ.
ثَلاثَتُهُمْ L ثَوْرٌ بْنُ يَزِيدَ وَبُجَيْرٌ وَمُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ ) عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانِ.
ثَلاثَتُهُمْ L ثَوْرٌ بْنُ يَزِيدَ وَبُجَيْرٌ وَمُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ ) عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانِ.
Dan
diriwayatkan oleh Tahawi dalam al Musykil
(1/69), dan Hakim (1/96), dari dua rute / jalur dari al-Laits bin Sa’ad, berkata: Bercerita
kepadaku Yazid bin AL Had
dari Muhammad bin Ibrahim bin
al-Harits.
Tiga dari mereka: (Tsur bin Yazid dan Bujaer dan Muhammad bin Ibrahim) dari Ma’daan bin Khaled.
Tiga dari mereka: (Tsur bin Yazid dan Bujaer dan Muhammad bin Ibrahim) dari Ma’daan bin Khaled.
ج وَأَخْرَجَهُ الطَّبْرَاني فِي مُسْنَدِ الشَّامِيِّينَ ( 1379 )، مِنْ طَرِيقِ بَقِيَّةَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ سُلَيمٍ ، قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ جَابِرِ.
د وَأَخْرَجَهُ الطَّحَاوِي فِي الْمُشْكِلِ ( 2 / 69 ) قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو اُمَيَّةَ ، قَالَ : ثَنَا عَمْرُو بْنُ يُونُسَ اْليَامِي ثِنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ ثَنَا عَوْفٌ اْلأَعْرَابِي.
C dan
diriwayatkan oleh Tabrani dalam Musnad Al Syamyin (1379), dari jalur Baqiyah dari Suleiman Bin Sulaim,lalu berkata :
Bercerita kepada kami Yahya bin Jabir
D Di riwayatkan oleh Tahawi dalam Musykil (2/69) Diriwayatkan Abu Umayyah lalu berkata : Bercerita kepada kami Amr bin Yunus al Yami, Bercerita kepada kami Ikrimah ben Ammar lalu berkata : Bercerita kepada kami Auf al a`rabi.
D Di riwayatkan oleh Tahawi dalam Musykil (2/69) Diriwayatkan Abu Umayyah lalu berkata : Bercerita kepada kami Amr bin Yunus al Yami, Bercerita kepada kami Ikrimah ben Ammar lalu berkata : Bercerita kepada kami Auf al a`rabi.
أَرْبعَتُهُمْ L ضَمْرَةُ بْنُ حَبِيْبٍ وَخَالِدٌ بْنُ مَعْدَانِ وَ يَحْيَى بْنُ جَابِرِ وَعَوْفٌ اْلأَعْرَابِي ) عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرُو السُّلَّمِيِ قَالَ : يَحْيَى : ثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ ، وَقَالَ الْوَلِيدُ فِي حَديثِهِ : عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَ حُجْرٍ بْنِ حُجْرٍ مُصَرِّحاً بِالسَّمَاعِ.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan