Kata
pengantar:
Setiap
orang yang menyampaikan kebenaran akan mendapat celaan, cacian. Beda sekali dengan orang yang menyampaikan ajaran salah
yang di anggap benar oleh golongannya. Dia akan di bela dan mendapat acc, bukan di serang dan di selisihi. Saya
ingat ayat:
وَمَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا
كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Dan tidak
datang seorang rasulpun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
Al Hijr 11
Di ayat
lain, Allah menyatakan:
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِن
قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
Demikianlah tidak seorang rasulpun yang
datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan:
"Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila". 52 Dzariyat.
Kajianku ke 4 tentang bangakai ikan haram.
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ ۖ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Dihalalkan bagimu
binatang buruan laut dan makanannya sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi
orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang
buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang
kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.
Al Maidah 96
Komentarku
( Mahrus ali ):
Hewan
buruan baik laut atau darat yang halal dimakan
harus dalam keadaan hidup ketika diburu. Bila ia dalam keadaan mati,
maka tidak dikatakan buruan. Tapi cukup di ambil saja hewan yang mati itu,
tidak perlu diburu. Hewan laut atau darat yang mati itu bukan buruan yang di
halalkan, tapi bangkai yang di haramkan.
Sebagaimana hewan darat tidak semuanya di halalkan, maka
hewan laut juga tidak semua di halalkan. Sebagian di haramkan dan sebagian lagi
dari hewan darat atau laut di halalkan. Bila berburu hewan darat dianjurkan membaca
bismillah ketika menjaring atau menembaknya, maka ketika menjaring ikan laut
dianjurkan baca bismillah. Bila hewan darat setelah di tembak masih hidup,
maka harus di sembelih, maka hewan
lautpun demikian, harus di sembelih ketika masih hidup setelah di
jala. Saya ingat ayat:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ
أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ
تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ
الْحِسَابِ
Mereka
menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?"
Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap)
oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu
mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, Maka makanlah dari
apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu
(waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat
hisab-Nya". Al maidah 4
Abu Sa`labah Al Khusyani
berkata :
أَتَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّىالله عليه وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا بِأَرْضِ أَهْلِ
الْكِتَابِ فَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ وَبِأَرْضِ صَيْدٍ أَصِيدُ بِقَوْسِي
وَأَصِيدُ بِكَلْبِي الْمُعَلَّمِ وَبِكَلْبِي الَّذِي لَيْسَ بِمُعَلَّمٍ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى الله عليه وَسَلَّمَ أَمَّا مَا ذَكَرْتَ أَنَّكَ بِأَرْضِ
أَهْلِ كِتَابٍ فَلَا تَأْكُلُوا فِي آنِيَتِهِمْ إِلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا بُدًّا
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا بُدًّا فَاغْسِلُوهَا وَكُلُوا وَأَمَّا مَا ذَكَرْتَ
أَنَّكُمْ بِأَرْضِ صَيْدٍ فَمَا صِدْتَ بِقَوْسِكَ فَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ
وَكُلْ وَمَا صِدْتَ بِكَلْبِكَ الْمُعَلَّمِ فَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ وَكُلْ
وَمَا صِدْتَ بِكَلْبِكَ الَّذِي لَيْسَ بِمُعَلَّمٍ فَأَدْرَكْتَ ذَكَاتَهُ
فَكُلْهُ *
Aku datang kepada Nabi Muhammad saw, ,aku berkata
:” Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya kami hidup di tanah ahli kitab , tanah buruan ,aku berburu dengan busurku ,aku berburu
dengan anjingku yang terlatih ,kadang dengan anjing yang tak terlatih.
Nabi Muhammad saw,
bersabda :” Apa yang kamu
sebutkan bahwa kamu hidup di tanah Ahli kitab , maka jangan makan dengan bejana
mereka kecuali bila kamu tidak menemukan
yang lain . Bila kamu menjumpainya
,cucilah dan makanlah . Sedang apa yang
kamu sebutkan bahwa kamu berada di tanah buruan, maka hewan yang
kamu panah maka sebutlah nama Allah . Sedang hewan yang
tertangkap dengan anjingmu yang terlatih
dan kamu telah menyebut nama Allah
makanlah . Dan hewan yang kamu tangkap dengan anjingmu yang tak terlatih, lalu
kamu bisa menyembelihnya ,makanlah Muttafaq alaih
5496
Sekarang kita mau membahas
wa tho`aamuhu dalam surat
Maidah 96 ini. Banyak pendapat yang berbeda, bukan pendapat yang sama
pengertiannya, mulai dulu sampai
sekarang, di tanah arab atau Jawa atau
dimanapun anda berada. Mari kita
baca keterangan sbb:
12684 - حدثنا عمرو بن عبد الحميد قال، حدثنا
ابن عيينة، عن عمرو، عن عكرمة قال: قال أبو بكر: طعام البحر كلُّ ما فيه = وقال
جابر بن عبد الله: ما حَسر عنه فكُلْ. وقال: كلّ ما فيه= يعني: جميع ما صيدَ (2)
1.
Intinya : Abu bakar berkata: Tho`aamul
bahri adalah seeluruh apa yang di laut – maksudnya : Seluruh buruan di laut.
Jabir bin Abdillah berkaa: Hewan yang terdampar di pantai, makanlah . Tafsir Thobari.
(2) الأثر: 12684- خرجه السيوطي في الدر
المنثور 2: 232، ولم ينسبه لغير الطبري.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Menurut
Abu bakar al siddiq : Thoaamuhu di 96 Maidah adalah seluruh buruan laut ( bukan yang sudah
membangkai ) .
Dalam
kitab Tafsir Al iz bin Abd Salam 413 /1 terdapat keterangan sbb:
تفسير العز بن عبد السلام (1/ 413)
. {وَطَعَامُهُ مَتَاعاً لَّكُمْ
وَلِلسَّيَّارَةِ} في طعامه قولان:
أحدهما: طافيه وما لفظه البحر قاله أبو
بكر وقتادة،
2.
Intinya: Arti thoaamuhu ada dua
pendapat:
Salah
satunya adalah ikan yang mengambang dan apa yang dilemparkan oleh laut ( ke
pantai ) . Demikian apa yang di katakan oleh Abu bakar dan Qotadah.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Pendapat
Abu bakar disini beda sekali dengan pendapat Abu bakar al siddiq yang pertama
tadi. Disini dikatakan thoaamuhu
adalah hewan / ikan yang mengambang (
membangkai ) dan ikan yang sudah terdampar di pantai. Sedang pendapat beliau
yang pertama tadi dikatakan : Seluruh buruan laut termasuk tho`aamuhu ( bukan
yang membangkai ).
9898 -
* - حدثني المثنى , قال : ثنا الضحاك بن
مخلد , عن ابن جريج , قال
: أخبرني عمرو بن دينار , عن عكرمة , مولى ابن عباس , قال : قال أبو بكر رضي الله عنه : { وطعامه متاعا لكم }
قال : ميتته
3.
Intinya : Abu bakar menyatakan bahwa thoaamuhu adalah bangkainya.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Pendapat
yang ketiga dari Abu bakar ini juga beda sekali dengan yang pertama yang
menyatakan ikan buruan juga dikatakan tho`aamuhu.mana yang harus di buat
pegangan antara pendapat ke satu, kedua
dan ketiga itu. Bacalah selanjutnya dulu
Pendapat
Ibnu Umar :
حدثنا ابن بشار , قال : ثنا عبد الوهاب
, قال : ثنا أيوب , عن نافع أن
عبد الرحمن بن أبي هريرة سأل ابن عمر ,
فقال : إن البحر قذف حيتانا كثيرة
ميتة أفنأكلها ؟ قال : لا تأكلوها !
فلما رجع عبد الله إلى أهله , أخذ
المصحف , فقرأ سورة المائدة , فأتى على
هذه الآية : { وطعامه متاعا لكم وللسيارة }
قال : اذهب , فقل له فليأكله , فإنه
طعامه .
……..,
Abd rahman bin Abu Hurairah bertanya kepada Ibnu Umar, lalu berkata:
Sesungguhnya laut telah melemparkan banyak ikan yang mati , apakah kita boleh
memakannya ? . Beliau menjawab: Jangan dimakan !
Ketika Abdullah ( Ibnu Umar ) kembali kepada
keluarganya, beliau mengambil mushaf, lalu membaca surat Al Maidah, lalu sampai
ayat ini :
وطعامه متاعا لكم وللسيارة
Beliau
berkata: Pergilah, katakan padanya: Makanlah bangkai itu. Sesungguhnya ia
adalah makanannya.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Setahu
saya atsar Ibnu Umar tsb tafarrud pada Abd rahman bin Abu Hurairah. Penyusun
kutubut tis`ah tidak pernah menyatakan dia sebagai perawi terpercaya. Dan hanya
Ibnu Hibban yang menyatakan dia sebagai perawi terpercaya. Ibnu Hajar dan
Dzahabi tidak mencantumkannya dalam kitab tahdzibnya. Tafarrud sedemikian ini,
menurut ulama pakar hadis yang dulu dinyatakan sebagai atsar yang lemah, bukan
sahih atau hasan.
،وقال الإمام أحمد :"لا تكتبوا هذه
الأحاديث الغرائب فإنها مناكير ، وعامتها عن الضعفاء
".
Imam
Ahmad berkata: Janganlah menulis hadis – hadis
yang gharib ( nyeleneh ) Sesungguhnya ia adalah hadis yang munkar . Dan kebanyakanya adalah lemah.
Seandainya
atsar tsb sahih, tidak bisa di buat
hujjah untuk menghalalkan bangkai ikan. Sebab ia sekedar pendapat Ibnu Umar,
bukan hadis sahih. Apalagi bila atsar Ibnu Umar
itu lemah bukan atsar yang sahih.
Atsar ibnu
Umar itu dikatakan Mauquf tidak bisa
dibuat pegangan lepaskan saja.
سئل الشيخ ابن عثيمين ـ غفر الله له ـ:
من الأصول التي يرجع إليها طالب العلم الشرعي أقوال الصحابة ـ رضي الله عنهم ـ فهل
هي حجة يُعمل بها؟
فأجاب بقوله: قول الصحابي أقرب إلى الصواب من غيره بلا ريب، وقوله حجة، بشرطين:
أحدهما: أن لا يخالف نص كتاب الله تعالى أو سنة رسوله صلى الله عليه وسلم،
والثاني: أن لا يخالفه صحابيآخر.
فإن خالف الكتاب أو السنة فالحجة في الكتاب أو السنة، ويكون قوله منالخطأ المغفور.
وإن خالف قول صحابي آخر طلب الترجيح بينهما، فمن كان قولهأرجح فهو أحق أن يتبع، وطرق الترجيح تعرف إما من حال الصحابي أو من قرب قوله إلىالقواعد العامة في الشريعة أو نحو ذلك.
فأجاب بقوله: قول الصحابي أقرب إلى الصواب من غيره بلا ريب، وقوله حجة، بشرطين:
أحدهما: أن لا يخالف نص كتاب الله تعالى أو سنة رسوله صلى الله عليه وسلم،
والثاني: أن لا يخالفه صحابيآخر.
فإن خالف الكتاب أو السنة فالحجة في الكتاب أو السنة، ويكون قوله منالخطأ المغفور.
وإن خالف قول صحابي آخر طلب الترجيح بينهما، فمن كان قولهأرجح فهو أحق أن يتبع، وطرق الترجيح تعرف إما من حال الصحابي أو من قرب قوله إلىالقواعد العامة في الشريعة أو نحو ذلك.
Syaikh
Ibn Utsaimin – semoga Allah mengampuni dosanya ditanya : Termasuk patokan yang
di jadikan rujukan oleh penuntut ilmu Syar`I adalah perkataan – perkataan sahabat ra . Apakah
ia hujjah yang bisa di amalkan.
Beliau
menjawab seraya berkata: Perkataan sahabat lebih dekat kepada kebenaran dari pada perkataan orang lain tanpa
diragukan lagi. Da perkataannya juga hujjah dengan dua sarat.
1. Tidak bertentangan dengan nas kitabullah taala atau sunnah RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam
2. Tidak menyelisihi dengan perkataan sahabat yang lain.
Bila
bertentangan dengan kitab al Quran dan sunnah
Rasul , maka yang dibuat hujjah adalah al quran atau sunnah . Dan
perkataannya termasuk kekeliruan yang di
ampun.
Bila
perkataan sahabat itu bertentangan dengan perkataan sahabat yang lain,
maka harus di cari jalan tarjih antara
keduanya. Barang siapa yang perkataannya lebih rajih , maka lebih berhak untuk
di ikuti . Jalan tarjih telah dikenal
kadang dari kondisi sahabat atau
orang yang perkataannya dekat dengan
kaidah - kaidah umum dalam sariat
atau sesamanya.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Kesan saya
pendapat Syaikh Utsaimin itu hendaknya
seseorang berpegangan kepada al
quran atau hadis bila perkataan sahabat atau hadis mauquf itu bertentangan
dengan al quran.
Pendapat
Ibnu Abbas sbb:
وحدثنا يعقوب حدثنا
ابن علية عن سليمان التيمي عن أبي
مجلز عن ابن عباس في قوله" أحل لكم صيد البحر وطعامه" قال طعامه ما قذف
Ibnu Abbas
tentang firmanNya:
أحل لكم صيد البحر
وطعامه"
Di
halalkan bagimu buruan laut dan makanannya.
Beliau
menjawab: Makanan nya adalah apa yang dilemparkan ke pantai.
Dalam
tafsir ar razi = Mafatihul ghaib atau
tafsir kabir 438/12
تفسير الرازي = مفاتيح الغيب أو التفسير
الكبير (12/ 438)
وقال عكرمة عن ابن
عباس قال طعامه ما لفظ من ميتة
Ikrimah
berkata dari Ibnu Abbas berkata: Tho`aamuhu adalah bangkai yang dilemparkan ke pantai.
حدثنا سليمان بن عمرو بن خالد البرقي ,
قال : ثنا محمد بن سلمة , عن خصيف , عن عكرمة , عن ابن عباس
: { وطعامه }
قال : طعامه المالح منه .
Intinya:
……….., dari Ibnu Abbas , maksud tho`aamuhu adalah ikan asin dari laut.
Pendapat
Ibnu Abbas ada dua macam:
1.
Apa yang dilemparkan ke pantai mati atau
hidup.
2.
Ikan asin dari laut
Komentarku
( Mahrus ali ):
Kesimpulan
:
Pendapat
Abu bakar tentang tho`aamuhu :
1. Seluruh buruan laut
2. Ikan yang mengambang dan apa yang dilemparkan oleh laut
3. Bangkainya.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Abu
bakar tidak menyebut ikan asin termasuk thoaamuhu.
Pendapat
Ibnu Umar tentang thoaamuhu apa yang
dilemparkan ke pantai lalu mati.
Pendapat
Ibnu Abbas:
1. Ikan asin.
2. Apa yang terdampar di pantai.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Setahu
saya, imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, Imam Ahmad tidak mencantumkan pendapat Abu bakar,
Ibn Umar dan Ibnu Abbas tentang
thoaamuhu itu dalam kitab sunan mereka.
Namun saya
tidak cocok dengan pendapat yang mengartikan bangkai termasuk thoaamuhu. Pada
hal bangkai ikan adalah khobits yang tidak boleh dimakan menurut ayat:
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ
الْخَبَائِثَ
dan mengharamkan bagi mereka segala yang jember / jijik Ala`raf 157
بيان
المعاني (1/ 434)
«وَيُحَرِّمُ
عَلَيْهِمُ الْخَبائِثَ» كالميتة والدم ولحم الخنزير وما أهلّ به لغير اللّه
والربا والرشوة والخمر والميسر ، وكل ما خبث من
الفعل والقول والعمل
Dan mengharamkan bagi mereka perkara yang khabits seperti bangkai , darah, daging babi, dan
hewan yang di sembelih dengan menyebut nama selain Allah, riba, sogok, khamer ,
judi dan setiap perkara yang khabits
dari perbuatan, perkataan atau perbuatan. Bila kita makan bangkai, maka kita termasuk melanggar ayat sbb:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ
اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ
وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ
وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
‘Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang
tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada
kawankawannya agar mereka membantah kamu dan jika kamu menuruti mereka,
sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.’ (al-An’am: 121).”Bangkai termasuk hewan yang tidak menyebut nama Allah ketika menyembelihnya.
Bila kita makan bangkai ikan, maka kita termasuk melanggar ayat:
قُلْ لَا أَجِدُ فِي
مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ
مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ
فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ
فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Tiadalah
aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi
orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah
yang mengalir atau daging babi --karena sesungguhnya semua itu kotor-- atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Al an`am 45
Saya masih cocok dengan
pendapat Abu bakar yang menyatakan bahwa
thoaamuhu adalah seluruh buruan ikan laut.
Bangkai yang mengambang bukan buruan
Bangkai yang terdampar
dipantai juga bukan ikan buruan. Dan
tidak layak dimakan manusia yang muslim. Sebab larangan bangkai dalam al quran
telah jelas.
إِنَّمَا حَرَّمَ
عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ
لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ
إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al Baqarah 173
Untuk ikan asin, maka bila ketika menjaringnya dengan membaca
bismillah, lalu ada ikan yang mati sebelum di sembelih karena terlalu cepat
mati, maka di hukumi halal. Karena ia disamakan dengan hewan buruan darat yang
mati ketika di panah dan belum sempat di sembelih. Ia halal selama ketika
memanahnya dengan baca bismillah
sebagaimana hadis yang baru
diterangkan.
Tapi bila ketika melemparkan
jaringan tidak di bacakan bismillah, lalu ikan yang tertangkap mati, hukumnya
bangkai yang harus dibuang, dan haram dijual belikan karena ada hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللُهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
اللهَ حَرَّمَ الْخَمْرَ وَثَمَنَهَا وَحَرَّمَ الْمَيْتَةَ وَثَمَنَهَا وَحَرَّمَ
الْخِنْزِيرَ وَثَمَنَهُ
Dari Abu
Hurairah ra , sesungguhnya Rasulullah SAW
berkata : Sesungguhnya Allah mengharamkan khomer ,bangkai.babi dan harga
– harganya . HR Abu Dawud 3485
Imam Syafii
pernah berkata:
اختلاف الحديث لمحمد الشافعي (ص: 154)
وقال في الآية الاخرى " أحل لكم
صيد البحر
وطعامه متاعا لكم " فاحتمل أن
يصيدوا صيد البحر وأن يأكلوه إن لم
يصيدوه وأن يكون ذلك طعامه
Allah
berfirman dalam ayat lain sbb:
أحل لكم صيد البحر وطعامه متاعا لكم
Dihalalkan bagimu
binatang buruan laut dan makanannya sebagai makanan yang lezat bagimu,
Mungkin
sekali mereka berburu buruan laut, dan mereka makan bila tidak berburu dan
hendaklah itu sebagai tho`amnya ( makanannya ).
Saya juga
bisa cocok dengan pendapat Ibnu Abbas
yang menyatakan tho`amuhu adalah ikan
asin. Tapi saratnya tho`amuhu di artikan makanan yang berasal dari laut. Jadi tho`amuhu itu adalah tho`amul bahri maksudnya makanan dari
laut sebagaimana tafsir depag terjemahan
sbb:
أُحِلَّ
لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ ۖ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Dihalalkan
bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai
makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan
diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram.
Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. 96
Maidah.
Tapi ada
sarat dalam ikan asin disini adalah menjalanya dengan tehnis yang syar`I, yaitu
membaca bismillah dulu. Bila dapat ikan hidup, sembelihlah dengan nama Allah .
Caranya bukalah di bagian kepalanya yang bawah lalu putus urat insangnya dengan pisau yang tajam, atau boleh juga di
bawah kepalanya langsung. Yang penting di sembelih dengan nama Allah bukan
dibiarkan mati.
Bila ikan cepat mati sebelum di sembelih dan anda
juga ingin menyembelihnya tapi tidak cukup waktunya dan ikan sudah mati, pada
hal anda sudah berusaha menyembelihnya ,
maka insya Allah ikan itu halal. Sebab ketika menjalanya anda sudah membaca
bismillah.
Untuk ikan
asin di pasar itu kebanyakan di jaring tanpa baca bismillah.Jadi hukumnya tidak
boleh dimakan dan bisa dianggap bangkai yang harus dibuang dan jangan dimakan.
Ada orang bilang, apakah tidak israf membuang
bangkai itu?
Saya
katakan : Itu sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyuruh buang khamer. Pada hal ia
adalah benda yang bisa jadi uang saat
itu.
Ingat!
Tafsir tho`aamuhu dalam ayat 96 Maidah dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam sendiri tidak saya jumpai dalam
hadis yang sahih. Maunya saya diam saja
sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam diam dalam masalah ini. Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam diam karena tidak ada yang bertanya tentang
masalah itu. Sedang saya mendapat banyak pertanyaan tentang hal itu.
Bila tidak saya jawab, akan menjadi polemik
berkepanjangan, bukan solusi yang baik. Akhirnya saya pilihkan dari atsar salaf
yang cocok dengan al Quran bukan pendapat sahabat yang bertentangan dengannya.
وَقَالَ أَبُو
حَنِيفَة - رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى - لَا يُؤْكَل مَا مَاتَ فِي الْبَحْر كَمَا لَا يُؤْكَل
مَا مَاتَ فِي الْبَرّ لِعُمُومِ
قَوْله تَعَالَى " حُرِّمَتْ
عَلَيْكُمْ الْمَيْتَة
Imam
Abu Hanifah rahimahullah taala berkata: Tidak boleh dimakan hewan yang mati di laut sebagaimana
tidak boleh dimakan hewan yang mati di darat karena firman Allah
taala yang masih umum : Yaitu bangkai
diharamkan untuk mu
تفسير مفاتيح الغيب (ص: 2142)
فعن علي رضي اللّه عنه أنه قال: ما طفا
من صيد البحر فلا نأكله، و هذا أيضا مروي عن ابن عباس و جابر بن عبد اللَّه،
Dari Ali
ra , sesungguhnya beliau berkata: Ikan yang mengambang dari ikan buruan laut,
maka kita tidak memakannya – ini juga diriwayatkan dari Ibn Abbas dan Jabir bin
Abdullah.
Saya
sering membeli ikan gurami yang masih hidup, lalu penjaganya mengambilnya dari
kolam, lalu di ambilkan palu besar untuk memukul kepala gurami itu.Saya
melarangnya. Ini tidak boleh dan termasuk hewan yang matinya dipukul yang haram
di makan. Saya perintahkan kepadanya
untuk membaca bismillah untuk
menyembelhnya dengan pisau yang tajam di bawah kepalanya atau diputus insangnya.
Bila ikan
gurami di sembelih dengan tidak menyebut nama Allah, maka tetap hukumnya adalah
bangkai yang tidak bisa dimakan sebagaimana ayat:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ
اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ
إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ
لَمُشْرِكُونَ
‘Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang
tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada
kawankawannya agar mereka membantah kamu dan jika kamu menuruti mereka,
sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.’ (al-An’am: 121).”
Jadi harus di sembelih dengan nama Allah.Bila ikan gurami itu dibiarkan mati sendiri juga termasuk bangkai yang tidak boleh dimakan, haram juga diberikan kepada orang sebagaimana ayat:
حُرِّمَتْ
عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ
اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ
وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى
النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ
ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ
Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Maidah
3Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan