Idrus Ramli menyatakan lagi:
Berdasarkan
logika Mahrus Ali, apakah Imam al-Syafi’i,
Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyah adalah orang yang
Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyah adalah orang yang
tidak
mengerti agama, bahasa dain tidak menggunakan akal
sehat?
Sebenarnya apabila kealiman dan kenormalan akal
seseorang diukur dengan pemahaman terhadap pernyataan
seseorang diukur dengan pemahaman terhadap pernyataan
Sayyidina U’mar
di atas, agaknya Mahrus Ali lah yang paling
layak disebut tidak mengerti ilmu agama, bahasa dan tidak
memiliki akal sehat.[1]
layak disebut tidak mengerti ilmu agama, bahasa dan tidak
memiliki akal sehat.[1]
Komentarku ( Mahrus ali):
Bila
kamu mengatakan kepada saya begitu, maka lebih baik anda diam saja agar tidak menyesatkan umat, kasihan umat ini
tersesat karenamu. Bukan mereka lurus karenamu. Sebab anda adalah pembela
kebid`ahan untuk melawan tuntunan, bukan melawan kekufuran. Mestinya jadi
pahlawan penegak tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk membasmi kebid`ahan dan kesyirikan.
Realitanya anda adalah penegak kebid`ahan dan kesyirikan untuk membasmi
tuntunan dan tauhid.
Bila
anda tuduhkan keritikan tersebut kepada saya, adalah salah alamat. Mestinya
untukmu dan golonganmu. Sebab saya mengikuti Nabi SAW dan para sahabat yang
tidak membagi bid`ah menjadi dua apalagi lima. Sedang anda mengikuti ulama sekiranya cocok dengan nafsu anda dan
membuang pendapat ulama yang tidak
segaris dengan pemikiran anda.
Bahkan
ulama ahli bid`ah atau juhala` pun asal
cocok denganmu anda ambil langsung untuk pedoman.Tuduhanmu kepada saya itu ber arti kamu mengatakan kepada mereka tidak mengerti ilmu agama, bahasa
dan tidak memiliki akal sehat.
Kita ini diperintahkan ikut nabi dan para sahabat,
lihat ayat:
وَالسَّابِقُوْنَ الأَوَّلُونَ
مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم
بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
9.100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar. At-Taubah (9): 100Kita tidak ikut kepada Imam Syafii yang bertentangan dengan dalil, dan Imam Syafi`I sendiri tidak suka untuk diikuti bila salah. Imam Syafii memesan kita agar mengikuti dalil. Lihat perkataan beliau sbb:
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا
بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ
فَهِيَ قَوْلِي.
Bila
ada hadis sahih, maka lemparkan
perkataanku ke tembok. Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan, maka itulah perkataan ku
لاَ تُقَلِّدْ دِينَك
الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا.
Dalam
masalah agama,jangan ikut orang, sebab
mereka mungkin juga salah.
Jangan
ikut orang, tapi buang saja pendapatnya bila bertentangan dengan dalil.
Ikutilah dalil yang mesti benarnya bukan pendapat kadang benar dan kadang
salah. Diam lebih baik dari pada melontarkan gagasan untuk menentang ajaran
Allah dan memenangkan ajaran setan.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan