Oleh Ust. Husain al thuwailibi
Sejumlah orang “kebakaran kumis” tatkala saya suka menghapus komentar di wall saya. Ya, hal itu tidak diragukan lagi saya lakukan bukan tanpa alasan. Tak mungkin ada asap tanpa adanya api. smile emoticon
Berkomentar di wall siapa saja merupakan hak masing-masing pengguna media sosial, khususnya Facebook. Akan tetapi bukan berarti komentar itu bisa seenaknya kita ucapkan sesuai hawa nafsu kita, tidaklah seorang muslim sejati menggunakan media sosial kecuali mencari maslahat didalamnya dan mengharap ridho Allah dengannya.
Pada prinsipnya, saya memang suka menghapus komentar orang dari wall saya dengan alasan-alasan tertentu, diantaranya karena komentar-komentar itu TIDAK NYAMBUNG DENGAN STATUS/POSTINGAN atau KOMENTAR YANG SENGAJA UNTUK MENJATUHKAN KEHORMATAN SEORANG MUSLIM DI MEDIA SOSIAL.
Komentar siapapun akan saya hapus dari wall saya selama komentar itu:
1. Saya anggap tidak nyambung dengan postingan, komentar hanya bikin sensasi dan mengalihkan perhatian sehingga menggiring pembaca yang lain untuk tidak fokus pada isi dan esensi status. Atau komentar yang memang di sengaja untuk menjatuhkan kehormatan sang pembuat status.
2. Komentar yang memancing amarah, menyulut emosi, atau bahkan memicu perdebatan yang sengit dan tidak pantas, dll
Nah, bilamana seperti itu, maka wajar bila saya menghapus komentar-komentar tak bermutu, apalagi komentar-komentar orang-orang jahil yang memang sejatinya tidak layak untuk banyak berkomentar.
Bila anda merasa kecewa dan tidak terima dengan perbuatan saya menghapus komentar anda, maka berilah komentar yang sewajarnya, yang baik, yang sesuai dengan bahasan status dan tidak keluar dari konteks bahasan, atau kalau mau berdiskusi, maka berdiskusilah dengan sehat, dengan argumentatif dan penuh adab, bila hendak meluruskan, luruskanlah dengan akhlaq dan cinta kasih, bila tidak bersedia, maka lebih baik anda tidak usah komentar sama sekali di wall saya. Simple kan .. ? Sebab saya membuat status atau memposting sebuah tulisan tidak lain demi mengharap wajah Allah, berdakwah apa adanya, mengajak orang kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar (sesuai kemampuan), lewat tulisan, media sosial, Facebook, dll selama itu bermanfaat buat dakwah. Jadi bukan hendak berdebat, saling adu mulut, anggar kepintaran, dan hal-hal jahil lainnya yang tidak layak dilakukan oleh pengguna sosial yang benar-benar hendak mencari maslahat di dunia maya.
Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:
أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقا وببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا وببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه .
“Aku menjamin bagi seseorang dengan sebuah rumah di surga bagi siapa yang mampu MENINGGALKAN PERDEBATAN sekalipun ia benar, dan dengan sebuah rumah di tengah surga bagi yang mampu meninggalkan dusta sekalipun dalam bergurau dan rumah di bahagian atas surga bagi siapa yang mulia akhlaqnya".
(HR. Imam Abu Daud, Imam Tirmizi dan Imam Ibnu Majah dari Abu Umamah Radhiyallahu'anhu).
Apakah menghapus komentar berarti anti kritik ?? Anti nasehat ?? Pengecut ?? Pecundang ??
Tidak, tidak mutlak demikian ...
Anda menganggap seperti itu karena anda sudah terlanjur kecewa komentar anda dihapus, smile emoticon jadi anda sematkan berbagai kata-kata buruk yang sebenarnya tak terbetik sedikitpun dihati sang pembuat status.
Nasehat atau kritik kalau membangun maka itu baik, justru saran dan kritik membangun itu kita harapkan. Maka komentar-komentar yang mengkritik dengan baik dan ber-akhlaq serta sesuai dengan bahasan tentu tidak dihapus. masalahnya, apakah kritikan atau nasehat anda itu membangun atau tidak ?? Atau justru membangun pertengkaran ?? Atau justru membangun kebencian ?? Jadi, apa dulu yang dibangun dari "nasehat" anda ?? Fikir dulu baru berbuat. Dan jangan coba-coba membohongi diri sendiri. Allah maha tau apa yang terbetik didalam hati setiap hamba-hambanya.
Na'am, saya mohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kekhilafan, dan saya mohon maaf kepada saudara saudari sekalian bila saya melakukan tidakan yang tidak baik yang menyakiti hati saudara saudari sekalian.
Allahu A'lam Wal-'Ilmu 'Indallah
Baarakallahufiik.
Abu Husein At-Thuwailibi
Sejumlah orang “kebakaran kumis” tatkala saya suka menghapus komentar di wall saya. Ya, hal itu tidak diragukan lagi saya lakukan bukan tanpa alasan. Tak mungkin ada asap tanpa adanya api. smile emoticon
Berkomentar di wall siapa saja merupakan hak masing-masing pengguna media sosial, khususnya Facebook. Akan tetapi bukan berarti komentar itu bisa seenaknya kita ucapkan sesuai hawa nafsu kita, tidaklah seorang muslim sejati menggunakan media sosial kecuali mencari maslahat didalamnya dan mengharap ridho Allah dengannya.
Pada prinsipnya, saya memang suka menghapus komentar orang dari wall saya dengan alasan-alasan tertentu, diantaranya karena komentar-komentar itu TIDAK NYAMBUNG DENGAN STATUS/POSTINGAN atau KOMENTAR YANG SENGAJA UNTUK MENJATUHKAN KEHORMATAN SEORANG MUSLIM DI MEDIA SOSIAL.
Komentar siapapun akan saya hapus dari wall saya selama komentar itu:
1. Saya anggap tidak nyambung dengan postingan, komentar hanya bikin sensasi dan mengalihkan perhatian sehingga menggiring pembaca yang lain untuk tidak fokus pada isi dan esensi status. Atau komentar yang memang di sengaja untuk menjatuhkan kehormatan sang pembuat status.
2. Komentar yang memancing amarah, menyulut emosi, atau bahkan memicu perdebatan yang sengit dan tidak pantas, dll
Nah, bilamana seperti itu, maka wajar bila saya menghapus komentar-komentar tak bermutu, apalagi komentar-komentar orang-orang jahil yang memang sejatinya tidak layak untuk banyak berkomentar.
Bila anda merasa kecewa dan tidak terima dengan perbuatan saya menghapus komentar anda, maka berilah komentar yang sewajarnya, yang baik, yang sesuai dengan bahasan status dan tidak keluar dari konteks bahasan, atau kalau mau berdiskusi, maka berdiskusilah dengan sehat, dengan argumentatif dan penuh adab, bila hendak meluruskan, luruskanlah dengan akhlaq dan cinta kasih, bila tidak bersedia, maka lebih baik anda tidak usah komentar sama sekali di wall saya. Simple kan .. ? Sebab saya membuat status atau memposting sebuah tulisan tidak lain demi mengharap wajah Allah, berdakwah apa adanya, mengajak orang kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar (sesuai kemampuan), lewat tulisan, media sosial, Facebook, dll selama itu bermanfaat buat dakwah. Jadi bukan hendak berdebat, saling adu mulut, anggar kepintaran, dan hal-hal jahil lainnya yang tidak layak dilakukan oleh pengguna sosial yang benar-benar hendak mencari maslahat di dunia maya.
Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:
أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقا وببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا وببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه .
“Aku menjamin bagi seseorang dengan sebuah rumah di surga bagi siapa yang mampu MENINGGALKAN PERDEBATAN sekalipun ia benar, dan dengan sebuah rumah di tengah surga bagi yang mampu meninggalkan dusta sekalipun dalam bergurau dan rumah di bahagian atas surga bagi siapa yang mulia akhlaqnya".
(HR. Imam Abu Daud, Imam Tirmizi dan Imam Ibnu Majah dari Abu Umamah Radhiyallahu'anhu).
Apakah menghapus komentar berarti anti kritik ?? Anti nasehat ?? Pengecut ?? Pecundang ??
Tidak, tidak mutlak demikian ...
Anda menganggap seperti itu karena anda sudah terlanjur kecewa komentar anda dihapus, smile emoticon jadi anda sematkan berbagai kata-kata buruk yang sebenarnya tak terbetik sedikitpun dihati sang pembuat status.
Nasehat atau kritik kalau membangun maka itu baik, justru saran dan kritik membangun itu kita harapkan. Maka komentar-komentar yang mengkritik dengan baik dan ber-akhlaq serta sesuai dengan bahasan tentu tidak dihapus. masalahnya, apakah kritikan atau nasehat anda itu membangun atau tidak ?? Atau justru membangun pertengkaran ?? Atau justru membangun kebencian ?? Jadi, apa dulu yang dibangun dari "nasehat" anda ?? Fikir dulu baru berbuat. Dan jangan coba-coba membohongi diri sendiri. Allah maha tau apa yang terbetik didalam hati setiap hamba-hambanya.
Na'am, saya mohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kekhilafan, dan saya mohon maaf kepada saudara saudari sekalian bila saya melakukan tidakan yang tidak baik yang menyakiti hati saudara saudari sekalian.
Allahu A'lam Wal-'Ilmu 'Indallah
Baarakallahufiik.
Abu Husein At-Thuwailibi
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan