Minggu, Mei 11, 2014

Capres Gak Mikir

Kita harus bedakan dulu antara Jokowi sebagai seorang pribadi dengan Jokowi sebagai pejabat Negara agar kita tidak terjebak pada penyerangan terhadap pribadi seseorang.

Pernah dalam sebuah LPJ organisasi (Laporan Pertanggungjawaban -red), saya mengkritisi habis seorang teman saya yang melaporkan pertanggung jawabannya sebagai ketua saat itu, tapi saya katakan, hari ini saya mengkritisi anda sebagai ketua, bukan mengkritisi anda sebagai pribadi/personal, sebab anda adalah seorang pribadi yang baik, tapi ketika anda menjadi ketua, itu soal lain, ada hal-hal yang harus dinilai dari kepemimpinan anda.

Tentu jika Jokowi ditanya tentang kenapa rumput di belakang rumahnya panjang-panjang tapi tidak dipotong? lalu jawabnya “saya gak ngerti, saya gak mikir”, saya tidak akan ambil pusing karena itu urusan pribadi beliau.

Akan tetapi, jika beliau ditanya soal Century kemudian jawabnya “saya gak ngerti”. Saya kira siapapun boleh menghujat, sebab ini soal kapasitas dia sebagai pejabat Negara dan calon pejabat tertinggi Negara -Presiden-.

Aneh sekali. Padahal sejak dalam organisasi skala SMA, kampus dan di luar kampus saja kita sudah dibiasakan debat panjang soal kemampuan calon-calon pemimpin yang ada dengan menghujam pertanyaan-pertanyaan sangat tajam. Tapi dalam skala presiden, anda begitu saja menerima capres yang jika ditanya jawabnya "gak tahu, gak ngerti dan gak mikir" ??

Saya berangan-angan, nanti jika menjadi Presiden, jangan-jangan ketika ditanya soal devisa, energi, swasembada, pertahanan negara, BUMN, transportasi, sektor industri ekstraktif, nonekstaktif dan fasilitatif, agrobisnis, ekonomi makro dan mikro, freeport, dll jawabnya "saya gak ngerti, saya gak mikir".

Lalu apa ide yang ditawarkan untuk Indonesia ke depan??

***

Ini soal Negara dengan segala transparansinya, juga soal transparansi kapasitas dan kemampuan seorang calon pemimpin Negara -Presiden-. Bukan sedang pemilihan ketua RT. (hs)

Oleh: Muhamad Miftah Alaflah
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan