Kemajuan teknologi membuat pelaksanaan pemilihan presiden kali ini terasa berbeda dengan sebelumnya. Salah satu yang sangat terasa adalah gencarnya masyarakat menyampaikan bentuk dukungan atau penolakan terhadap salah satu pasangan Capres di dunia maya.
Seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Jika sebelumnya trending topic (topik yang hangat dibicarakan) di dunia maya seputar film, artis atau hal lain diluar dunia politik, kali ini yang menjadi trending topic adalah hastag #HancurKitaJokowiPresiden.
Hastag #HancurKitaJokowiPresiden menduduki posisi kedua world wide trends atau trending topic di dunia. Tidak jelas siapa yang pertama kali memulai menggunakan hastag ini, namun diduga hal itu muncul setelah video wawancara Jusuf Kalla dengan BI TV muncul di jejaring sosial.
Seperti diberitakan sebelumnya, video berisi wawancara mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dengan Bisnis Indonesia TV beredar di dunia maya.
Dalam wawancara itu, JK menilai Jokowi hanya populer, namun belum bisa membuktikan keberhasilan membangun Jakarta.
Video berdurasi 3 menit 52 detik itu dibuat sebelum JK menjadi cawapres pendamping capres Jokowi. JK mengkritik pedas Jokowi yang dianggap belum pantas memimpin negeri ini.
Menurutnya, kemampuan dan pengalaman lebih penting daripada sekadar umur. Jokowi belum bisa membuktikan mampu mengurus ibu kota, apalagi negara ini.
"Kalau dia muda, tapi syaratnya punya pengalaman. Jangan karena dia muda, harus punya track record," ujar JK yang dalam tayangan Bisnis Indonesia TV itu mengenakan batik.
Menurut JK, bisa hancur negara ini jika mantan wali kota Solo itu menjadi capres. Kata dia, Jokowi populer, tetapi belum bisa membuktikan mampu mengurus Jakarta, apalagi negera ini berpenduduk sekitar 240 juta jiwa.
"Jangan tiba-tiba karena terkenal di Jakarta dicalonkan presiden. Bisa hancur, bisa bermasalah negeri ini. Kalau sukses di DKI, ya silakan (maju sebagai capres)," imbuhnya.
Pendapat JK ini berkaca kepada negara-negara lain yang presiden atau perdana menterinya tidak datang secara instan, melainkan melalui beberapa tingkatan. Contohnya Amerika Serikat, yang menjadi presiden pasti dari gubernur atau senator.
"Siapa bilang Jokowi tidak punya pengalaman? Dia kan Gubernur DKI, pengalamannya dari Wali Kota Solo. Saya sendiri yang usulkan supaya satu tingkat di atasnya, saya anggap baik di Solo, bisa naik di atasnya DKI," ujarnya.
"Biarlah DKI dulu, itu masalah popularitas, belum membuktikan mampu mengurus Jakarta. Bahwa dia (Jokowi) mampu mengurus Jakarta otomatis punya kemampuan mengurus negeri ini," tegasnya.
Entah mengapa kini JK mau mendampingi Jokowi. Ia pasti memiliki alasan. Dan tentu saja, publiklah punya penilaian. Berikut video tersebut:
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan