MerahPutih Peristiwa - Desakan pembubaran organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pernah disampaikan Ketua Central Committee Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit.
Dalam sebuah orasi politiknya di Kongres II Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) pada tanggal 28 September 1965 di Istora Senayan, secara tegas Aidit meminta kepada CGMI untuk membubarkan HMI. Jika CGMI tidak bisa membubarkan HMI, Aidit menyarankan agar kader CGMI laki-laki sebaiknya menggunakan sarung.
Malam itu gemuruh tepuk tangan dan teriakan pembubabaran HMI terasa begitu kuat. Sekitar 25.000 kader CGMI memadati Istora Senayan di Jakarta. Di luar gedung lebih dari 40.000 massa pendukung dan simpatisan PKI terus meneriakkan yel-yel "Bubarkan HMI, Bubarkan HMI". Teriakan tersebut terus menggema sepanjang Kongres II CGMI berlangsung.
Tiba giliran Aidit memberikan sambutan. Di hadapan puluhan ribu kader CGMI dan PKI lagi, lagi Aidit meneriakan pembubaran HMI. Bagi Aidit pembubaran HMI adalah urusan kecil dan ia tidak perlu turun tangan. Aidit menyerahkan sepenuhnya pembubaran HMI kepada CGMI.
"Kalau CGMI tidak bisa membubarkan HMI lebih baik anggota CGMI yang laki-laki menggunakan kain saja," kata Aidit yang disambut gemuruh tepuk tangan barisan pendukungnya.
Bukan hanya minta HMI dibubarkan, Aidit juga menyindir Presiden Sukarno lantaran pemimpin besar revolusi tersebut memiliki istri lebih dari satu.
"Negara ini tidak akan bisa maju jika diurus pemimpin yang memiliki empat atau malahan lima orang istri," teriak Aidit.
Bung Karno yang hadir dalam acara Kongres II CGMI hanya diam mendengar orasi politik Aidit, sebaliknya sejumlah hadirian juga diam seribu bahasa. Bung Karno kemudian meninggalkan lokasi Kongres tanpa banyak bicara.
Victor Tanja dalam bukunya berjudul "Himpunan Mahasiswa Islam: Sejarah dan Kedudukannya di tengah Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia terbitan Sinar Harapan, Jakarta: 1982, menjelaskan konflik antara HMI dan PKI sudah berlangsung cukup lama.
Ia membeberkan sejak pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 PKI sudah memandang HMI dengan corak sama dengan Masyumi. Bagi Aidit, HMI harus dienyahkan sama seperti Masyumi yang dibubarkan pada tahun 1960.
Aidit bersama dengan PKI juga melakukan agitasi massif yang ditujukan kepada HMI. Aidit menuding HMI anti Sukarno, kemudian terlibat dalam gerakan separatis di berbagai daerah, antek nekolim dan mendukung gerakan Darul Islam.
"Sejak pemberontakan Madiun kaum komunis memandang HMI sama dengan Masyumi, karena itu mereka berhasrat menghancurkan organisasi ini secepat-cepatnya," tulis Victor.
Gerakan anti HMI terus berkembang luas Dr. Ernst Utrecht seorang Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya di Jember mengeluarkan pengumuman yang intinya melarang HMI ikut serta dalam kegiatan apapun di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Namun Presiden Sukarno tetap membiarkan HMI hidup dengan pertimbangan HMI bukanlah suatu gerakan politik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah dirajut Bung Karno selama puluhan tahun.
"Melalui seorang utusan, Presiden Sukarno berpesan agar HMI meneruskan kegiatan-kegiatannya," tandas Victor.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan